KOMPAS.com - Pria memiliki dua buah zakar yang terletak di dalam skrotum yang menerima aliran darah dari tali yang dikenal sebagai korda spermatika.
Torsio testis terjadi ketika tali tersebut terpuntir dan menyebabkan aliran darah berhenti. Saat kondisi ini terjadi, Anda akan mengalami pembengkakan dan rasa sakit yang parah.
Torsi testis harus segera ditangani karena dapat menyebabkan kematian pada testis dan jaringan di sekitarnya.
Baca juga: 8 Penyebab Nyeri Testis yang Perlu Diwaspadai
Pada dasarnya, torsio testis dapat terjadi kapan saja seperti saat berdiri, tidur berolahraga, duduk, atau tanpa pemicu yang jelas.
Maka dari itu, kondisi ini umumnya dikaitkan dengan sifat bawaan yang memungkinkan satu atau kedua testis berputar bebas di dalam skrotum atau disebut “bell clapper scrotum”.
Meskipun penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, terdapat beberapa faktor yang dinilai dapat meningkatkan risiko Anda mengalami torsio testis,di antaranya:
Berdasarkan Medical News Today, gejala torsio testis dapat meliputi:
Baca juga: Kriptorkismus (Kelainan Testis): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Gejala dapat muncul secara tiba-tiba atau berkembang selama beberapa hari. Oleh karena itu, segera hubungi dokter Anda untuk penanganan lebih lanjut.
Mengutip Healthline, tes yang dapat digunakan untuk mendiagnosis torsio testis meliputi:
Anda tidak dapat mengabaikan kondisi ini karena torsio testis merupakan suatu keadaan darurat medis.
Menurut Healthline, perawatan untuk mengatasi torsio testis dapat dilakukan dengan prosedur pembedahan.
Pembedahan bertujuan untuk mengembalikan aliran darah ke testis agar mencegah jaringan testis mati.
Dokter juga akan melepaskan tali atau korda spermatika di skrotum untuk mencegah kondisi ini terjadi kembali.
Selain itu, dokter juga akan meresepkan obat pereda nyeri untuk mengurangi rasa tidak nyaman setelah operasi.
Torsio testis merupakan keadaan darurat yang membutuhkan perawatan segera.
Baca juga: Mengenal Blue Balls, Nyeri Testis pada Pria
Berdasarkan Healthline, kondisi ini dapat mengakibatkan komplikasi yang parah jika tidak ditangani dengan cepat, seperti:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.