KOMPAS.com - Middle East Respiratory Syndrome (MERS) atau juga disebut flu arab atau flu unta adalah penyakit yang mempengaruhi sistem pernapasan.
Penyakit ini disebabkan oleh virus (coronavirus) yang disebut MERS-CoV.
Virus ini menyebabkan penyakit pernapasan ringan hingga sedang.
Baca juga: Sama-sama Virus Corona: Perbedaan SARS, MERS, dan Pneumonia Wuhan
Tetapi dalam beberapa kasus gejalanya parah dan dapat menyebabkan kematian.
Sebagian besar pasien MERS yang tercatat mengalami penyakit pernapasan parah dengan gejala demam, batuk, dan sesak napas.
Melansir CDC, sekitar 3 atau 4 dari setiap 10 pasien yang dilaporkan dengan MERS telah meningggal.
Virus MERS berasal dari virus MERS-CoV yang terutama menyebar dari hewan ke manusia.
Virus telah ditemukan pada unta dan paparan unta merupakan faktor risiko MERS.
Virus ini dapat menyebar di antara orang-orang yang melakukan kontak dekat. Hal ini termasuk petugas kesehatan yang merawat orang dengan MERS.
Masa inkubasi virus ini belum diketahui secara pasti.
Masa inkubasi rata-rata adalah sekitar 5 hari, tetapi ada kasus yang terjadi antara 2 hingga 14 hari setelah terpapar.
Gejala MERS dapat berkisar dari ringan hingga berat. Dalam beberapa kasus, MERS mungkin tidak menimbulkan gejala.
Ini membuat terdapat kemungkinan orang dengan infeksi MERS tidak didiagnosis dengan tepat.
Namun paling sering, gejala MERS bisa dimulai dalam waktu satu hingga dua minggu setelah terinfeksi virus.
Baca juga: Mengenal Coronavirus yang Diduga Biang Wabah Pneumonia di China
Gejala paling sering mulai sekitar 5 hari setelah terpapar virus, tetapi bisa terjadi hingga 14 hari kemudian.
Gejala yang lebih umum termasuk:
Dalam kasus yang lebih parah, pasien mungkin dapat secara cepat mengembangkan pneumonia.
Mereka juga mungkin dapat mengalami gagal napas, kerusakan ginjal, demam tinggi, dan bahkan kematian.
Segera temui dokter jika mengalami gejala, apalagi jika melakukan perjalanan daerah Timur Tengah atau melakukan kontak dengan orang yang terinfeksi dengan virus ini.
Dokter akan bertanya terkait riwayat kesehatan, juga menanyakan kemungkinan pasien terpapar MERS serta jika pasien sempat melakukan perjalanan tertentu.
Karena gejala MERS mirip dengan gejala penyakit lain, dokter juga mungkin akan melakukan beberapa tes untuk memastikan diagnosisnya.
Baca juga: Coronavirus
Beberapa tes lain yang dapat membantu dokter membuat diagnosis, yaitu:
Belum ditemukan obat khusus untuk MERS. Namun, perawatan dapat dilakukan untuk membantu mendukung tubuh dalam melawan penyakit.
Teknik ini disebut sebagai perawatan suportif.
Perawatan suportif mungkin termasuk:
Perawatan selama sakit parah dapat meliputi:
Baca juga: Yang Terjadi Pada Tubuh Saat Kita Terpapar Virus Corona
Dalam beberapa kasus, MERS dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang lebih parah. Komplikasi dapat mencakup:
Komplikasi parah ini dapat menyebabkan kematian akibat MERS.
Jika berencana untuk bepergian ke salah satu negara di mana terdapat MERS, Centers for Disease Control Prevention (CDC) menyarankan untuk mengambil langkah-langkah berikut untuk mencegah MERS:
Baca juga: Lawan Virus Corona, Begini Langkah Mencuci Tangan yang Benar
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.