KOMPAS.com - Ketuban pecah dini (KPD) adalah ketika kantung ketuban pecah sebelum 37 minggu kehamilan.
Kantung ketuban menampung cairan ketuban dan bayi yang sedang tumbuh.
Ketika ketuban pecah sebelum waktunya, cairan dalam kantung bocor atau menyembur keluar dari jalan lahir.
Baca juga: Ketuban Pecah Dini: Penyebab, Tanda, Penanganan, dan Cara Mencegah
KPD disebabkan oleh membran yang lemah atau tipis. Hal-hal yang dapat meningkatkan risiko masalah ini adalah:
Gejala dapat terjadi sedikit berbeda pada setiap kehamilan. Gejala tersebut mencakup:
Gejala tersebut bisa mirip dengan gejala kondisi lain. Temui penyedia layanan kesehatan untuk diagnosis pasti.
Baca juga: 4 Cara Untuk Menstimulasi dan Mempercepat Proses Persalinan
Apabila mengalami cairan yang bocor deras dari jalan lahir, kemungkinan hal tersebut karena KPD.
Meski begitu, sulit untuk membedakan tetesan ketuban yang lambat dari urin.
Ibu hamil yang mengalaminya dapat menjalani tes diagnosis seperti:
Penyedia layanan kesehatan memantau kondisi berikut untuk menentukan perawatan yang tepat:
Setelah itu, ibu hamil dapat diresepkan obat-obatan seperti:
Persalinan kemungkinan tidak akan diinduksi sampai setidaknya minggu ke-34 kehamilan.
Tapi terkadang perlu dilakukan lebih awal jika ada masalah.
Baca juga: Perbedaan Kontraksi Asli Mau Melahirkan dan Kontraksi Palsu
Gejala KPD bisa mirip dengan gejala kondisi lain. Temui penyedia layanan kesehatan untuk diagnosis jika mengalami gejala KPD.
KPD banyak terjadi pada kelahiran prematur. Bayi yang lahir terlalu dini berisiko memiliki banyak masalah serius.
Komplikasi lain dari KPD meliputi:
Penyebab KPD seringkali tidak diketahui. Tidak ada cara untuk menghentikan hal ini terjadi pada mayoritas kasus kehamilan.
Ibu hamil harus menjaga diri dengan baik selama masa kehamilan. Selain itu, jangan merokok selama masa kehamilan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.