KOMPAS.com - Pendarahan gastrointestinal (GI) adalah gejala gangguan pada saluran pencernaan.
Saluran pencernaan terdiri dari organ-organ berikut:
Baca juga: Pendarahan Saluran Pencernaan (Gastrointestinal): Gejala dan Penyebab
Jika pendarahan terjadi di kerongkongan, lambung, atau bagian awal usus kecil (duodenum), kondisi ini disebut pendarahan GI bagian atas.
Sementara itu, pendarahan di usus halus bagian bawah, usus besar, rektum, atau anus, disebut sebagai pendarahan GI bagian bawah.
Darah umumnya muncul pada feses atau muntah, tapi tidak selalu terlihat meskipun dapat menyebabkan feses terlihat hitam atau lembek.
Tingkat pendarahan dapat berkisar dari ringan hingga berat dan dapat mengancam jiwa.
Orang dengan pendarahan GI atas mungkin memiliki gejala berikut:
Segera ke dokter jika feses bayi menjadi hitam atau lembek karena terdapat kemungkinan adanya pendarahan pada saluran cerna bagian atas.
Gejala pada pendarahan GI bagian rendah meliputi:
Baca juga: Gangguan Pencernaan
Pendarahan yang serius dan signifikan, terutama pada bagian atas, dapat menyebabkan gejala lain, seperti:
Anak-anak mungkin menunjukkan perubahan perilaku, menjadi sangat lesu, menangis tanpa henti, atau kesusahan untuk tetap terjaga dan awas.
Bagian yang berbeda dari saluran pencernaan dipengaruhi oleh kondisi tertentu. Terdapat berbagai penyebab pendarahan di berbagai lokasi.
Ulkus peptikum adalah penyebab umum pendarahan GI. Ulkus ini adalah luka terbuka yang berkembang di lapisan perut atau duodenum.
Infeksi dari H. pyloribacteria biasanya menyebabkan tukak lambung.
Selain itu, pembuluh darah yang membesar di kerongkongan bisa robek dapat berdarah sebagai akibat dari kondisi bernama varises esofagus.
Robekan pada dinding kerongkongan dapat menyebabkan pendarahan GI. Kondisi ini disebut sindrom Mallory-Weiss.
Baca juga: Infeksi Helicobacter Pylori (H. pylori)
Salah satu penyebab paling umum dari pendarahan GI adalah kolitis, terjadi saat usus besar meradang.
Penyebab kolitis, termasuk:
Wasir adalah penyebab umum lain dari GI atau pendarahan dubur. Kondisi ini disebabkan oleh pembuluh darah yang membesar di rektum atau anus.
Vena yang membesar ini dapat pecah dan berdarah, menyebabkan pendarahan dubur.
Fisura anus juga dapat menyebabkan pendarahan saluran cerna bagian bawah.
Kondisi ini merupakan robekan pada cincin otot yang membentuk sfingter anal, biasanya disebabkan oleh sembelit atau feses yang keras.
Dokter akan memeriksa riwayat medis, termasuk riwayat pendarahan sebelumnya, melakukan pemeriksaan fisik, dan melakukan tes lain.
Tes dapat termasuk:
Baca juga: 5 Penyakit yang Menyerang Gangguan Pencernaan
Pengobatan pendarahan di saluran pencernaan bergantung pada penyebab pendarahan, serta tergolong akut atau kronis.
Jika kanker menyebabkan pendarahan, hal yang biasa dilakukan adalah pengangkatan tumor.
Sementara itu, jika ulkus peptikum menjadi penyebab pendarahan, dokter akan meresepkan obat untuk pengobatan H. pylori, merubah pola makan, dan perubahan gaya hidup.
Langkah pertama adalah untuk menghentikan pendarahan, biasanya dengan menyuntikkan bahan kimia langsung ke tempat pendarahan atau dengan membakar lokasi pendarahan dengan alat pemanas yang melewati endoskop.
Baca juga: Punya Masalah Pencernaan? Hindari 4 Hal Berikut saat Berpuasa
Setelah itu, fokus perawatan adalah untuk mengobati kondisi yang menyebabkan pendarahan tersebut.
Intervensi bedah juga mungkin dilakukan, terutama jika penyebab pendarahan adalah tumor atau polip, atau jika pengobatan endoskopi tidak berhasil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.