Hal yang perlu diperhatikan, obat jenis opioid perlu pengawasan dokter. Obat yang bekerja pada sistem saraf pusat ini apabila digunakan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketergantungan.
Baca juga: 8 Penyebab Osteoporosis dan Faktor Risikonya
Obat antiperadangan nonsteroid atau nonsteroidal anti-inflammatory drug (NSAID) berfungsi untuk mengurangi rasa sakit sekaligus peradangan.
Contoh NSAID yang dijual tanpa resep dokter antara lain ibuprofen (Advil, Motrin IB, dll.) dan naproxen (Aleve). Beberapa jenis NSAID tersedia hanya dengan resep dokter. Jenisnya bisa berupa krim, gel, obat oles, dan obat yang diminum.
Orang dengan masalah kesehatan tertentu perlu berkonsultasi ke dokter apabila ingin mengonsumsi NSAID.
Pasalnya, sebagian obat ini memiliki efek samping mengiritasi lambung dan dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke.
Baca juga: Osteoporosis: Gejala, Penyebab, Cara Mencegah
Obat radang sendi lainnya yakni jenis counterirritant berupa krim atau salep yang dioleskan pada bagian yang sakit.
Obat counterirritant biasanya mengandung bahan aktif mentol atau capsaicin yang terasa hangat di kulit.
Obat ini bekerja dengan mengganggu transmisi sinyal nyeri dari sendi, sehingga rasa sakit jadi teralihkan dengan rasa hangat di kulit.
Obat antirematik pemodifikasi penyakit atau disease-modifying antirheumatic drug (DMARD) berfungsi untuk mengobati radang sendi jenis rheumatoid arthritis yang disebabkan gangguan kekebalan tubuh.
Obat ini bekerja dengan menghentikan sistem daya tahan tubuh sementara agar tidak menyerang persendian penderitanya.
Contoh obat DMARD antara lain methotrexate (Trexall, Rasuvo, others) dan hydroxychloroquine (Plaquenil).
Obat pengubah respons biologis fungsinya untuk mengobati radang sendi bersama dengan obat DMARD.
Ada beberapa jenis obat pengubah respons biologis, salah satu yang kerap diresepkan adalah inhibitor nekrosis tumor.
Contoh obat ini di antaranya etanercept (Enbrel, Erelzi, Eticovo) dan infliximab (Remicade, Inflectra, dll.).
Obat radang sendi sejenis ada juga yang menargetkan zat lain pemicu peradangan, seperti interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), enzim Janus kinase, dan jenis sel darah putih tertentu yang dikenal sebagai sel B dan sel T.
Baca juga: 8 Macam Kelainan pada Tulang Manusia yang Perlu Diwaspadai