Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Penyebab Nyeri Saat Haid, Wanita Perlu Tahu

Kompas.com - 29/01/2023, 21:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Rasa nyeri yang muncul saat haid bisa dialami oleh siapa saja.

Nyeri yang dirasakan bisa berbeda-beda intensitasnya dan terkadang bisa sangat tidak tertahankan sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari.

Meskipun umumnya bisa hilang sendiri, ada beberapa kondisi yang menyebabkan nyeri haid menjadi tidak tertahankan. Untuk itu, ketahui penyebab nyeri saat haid berikut ini.

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Telat Haid

Penyebab nyeri saat haid

Dilansir dari NHS, nyeri saat haid terjadi karena dinding otot rahim mengencang atau mengalami kontraksi untuk membantu meluruhkan lapisan rahim.

Ketika kontraksi berlangsung, aliran darah dan oksigen ke rahim akan berhenti sementara sehingga menimbulkan rasa nyeri.

Rasa nyeri yang diproduksi oleh tubuh kemudian akan memicu produksi hormon prostaglandin.

Hormon ini kemudian akan memicu kontraksi yang lebih intens sehingga menimbulkan rasa nyeri yang semakin bertambah.

Selain itu, ada beberapa kondisi yang akan memicu rasa nyeri ketika haid. Disarikan dari Healthline dan NHS, ada beberapa penyebab nyeri saat haid, seperti:

  • Sindrom pramenstruasi (PMS)

Sindrom pramenstruasi adalah penyebab nyeri perut saat haid yang disebabkan oleh perubahan hormon di dalam tubuh.

Kondisi ini merupakan kondisi yang umum dialami dan akan muncul dalam 1 hingga 2 minggu sebelum menstruasi dimulai. Nyeri haid karena PMS akan hilang dengan sendirinya.

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mengatasi Vagina Terasa Nyeri Saat Hamil

  • Endometriosis

Endometriosis adalah kondisi medis yang menyebabkan jaringan yang biasa tumbuh di dalam rahim muncul di tempat lainnya, seperti di indung telur dan di tuba falopi.

Kondisi ini akan menyebabkan rasa sakit yang tidak tertahankan ketika jaringan ini mulai luruh.

  • Fibroid rahim

Fibroid rahim adalah jenis tumor jinak yang bisa tumbuh di dalam atau di sekitar rahim.

Kondisi ini kemudian memicu darah haid keluar lebih banyak dan terasa sakit selama menstruasi, meskipun sering tidak menimbulkan gejala apapun pada beberapa orang.

  • Penyakit radang panggul

Penyakit radang panggul disebabkan oleh infeksi pada rahim, tuba falopi, atau indung telur dan biasanya disebabkan oleh bakteri.

Kondisi ini kemudian akan menyebabkan inflamasi atau peradangan pada organ reproduksi dan menyebabkan rasa nyeri.

Baca juga: Mengenal Penyebab dan Cara Mengatasi Vagina Terasa Nyeri Saat Hamil

  • Adenomiosis

Adenomiosis adalah kondisi medis langka yang disebabkan oleh tumbuhnya endometrium, atau lapisan permukaan rongga rahim, di dalam dinding otot rahim.

Kondisi ini kemudian akan menyebabkan inflamasi dan rasa nyeri, serta darah haid yang keluar lebih deras.

  • Stenosis spinal

Stenosis spinal juga merupakan kondisi medis langka yang membuat serviks, yang terletak pada bagian bawah rahim, memiliki ukuran yang kecil atau sempit.

Akibatnya, aliran darah menstruasi menjadi lebih lambat dan memicu tekanan di dalam rahim yang menyebabkan rasa nyeri.

  • Penggunaan IUD

Penggunaan alat kontrasepsi IUD atau intrauterine device juga bisa menyebabkan rasa nyeri ketika haid, khususnya beberapa bulan setelah menggunakan alat ini.

Mengetahui penyebab nyeri saat haid sangat penting karena umumnya tidak disebabkan oleh masalah yang serius dan bisa hilang dalam beberapa hari.

Namun, segera periksa ke dokter ketika menstruasi menjadi tidak teratur, rasa nyeri datang secara tiba-tiba, dan terjadi perubahan volume darah menstruasi karena bisa menjadi salah satu tanda infeksi.

Baca juga: 8 Gejala Kista Ovarium yang Pantang Diabaikan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com