KOMPAS.com - Penyakit Alzheimer merupakan bentuk progresif dari demensia.
Demensia merupakan istilah yang mencakup sekumpulan kondisi akibat cedera otak atau penyakit yang memengaruhi ingatan, pemikiran, dan tingkah laku.
Alzheimer dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari.
Baca juga: 8 Gejala Alzheimer yang Kerap Diabaikan
Belum diketahui penyebab yang pasti dari penyakit Alzheimer. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang dalam mengalami penyakit ini:
Melansir mayoclinic, kurang dari 1 persen kasus Alzheimer disebabkan oleh perubahan genetik spesifik yang menyebabkan seseorang mengalami kondisi ini.
Kasusnya lebih langka. Namun, perubahan genetik tersebut dapat mengakibatkan berkembangnya Alzheimer pada usia paruh baya.
Kerusakan paling sering dimulai di wilayah otak yang mengontrol memori, tetapi prosesnya dapat bermula bertahun-tahun sebelum gejala pertama timbul.
Hilangnya neuron menyebar dalam pola yang dapat diprediksi ke daerah lain di otak. Pada tahap akhir penyakit, otak telah menyusut secara signifikan.
Kehilangan memori adalah gejala utama pada penyakit Alzheimer, seperti kesulitan mengingat peristiwa atau percakapan yang baru saja terjadi.
Seiring dengan berkembangnya penyakit, gangguan memori akan memburuk dan gejala lain bertambah.
Baca juga: Alzheimer: Gejala, Penyebab, Pencegahan, dan Cara Mengatasi
Gangguan pada otak yang timbul akibat Alzheimer dapat berkaitan dengan hal di bawah ini.
Penderita Alzheimer memiliki ingatan yang buruk. Hal ini dapat memengaruhi kualitas penderitanya di kehidupan sehari-hari.
Penderita Alzheimer mungkin:
Penyakit Alzheimer menyebabkan penderitanya sulit berkonsentrasi dan berpikir, khususnya terhadap konsep abstrak seperti angka.
Penderita Alzheimer akan kesulitan melakukan:
Penderita Alzheimer juga memiliki kemungkinan tidak dapat mengenali dan menangani angka.
Baca juga: Beda Gejala Demensia dan Alzheimer, Serupa tapi Tak Sama
Alzheimer dapat menyebabkan penurunan kemampuan membuat keputusan dan penilaian yang masuk akal dalam situasi sehari-hari, seperti:
Rutinitas yang membutuhkan langkah-langkah seperti memasak atau memainkan permainan kesukaan akan menjadi sebuah kesulitan bagi penderita Alzheimer.
Orang yang menderita Alzheimer juga mungkin lupa melakukan tugas-tugas dasar seperti berpakaian dan mandi.
Beberapa gejala lain yang dapat timbul setelah kondisi semakin parah, yaitu:
Satu-satunya cara untuk mendiagnosis Alzheimer adalah dengan memeriksa jaringan otak yang telah mati.
Namun, dokter juga dapat menggunakan pemeriksaan dan tes lain untuk mengevaluasi kemampuan mental, mendiagnosis demensia, dan mengesampingkan kondisi lain.
Baca juga: Anda Susah Tidur? Segera Atasi Agar Bebas Penyakit Alzheimer
Pertanyaan yang mungkin diajukan:
Lalu, tes yang mungkin akan dilakukan adalah:
Penderita Alzheimer mungkin dapat mengalami kesulitan dalam:
Sementara itu, saat Alzheimer berkembang ke tahap terakir, perubahan otak dapat mulai memengaruhi fungsi fisik, seperti menelan, kordinasi, serta kontrol usus dan kandung kemih.
Masalah lain yang mungkin timbul, meliputi:
Baca juga: 10 Tanda Awal Demensia yang Harus Diwaspadai
Belum ditemukan obat untuk mengobati penyakit Alzheimer.
Dokter akan memfokuskan perawatan untuk meredakan gejala dan memperlambat progres penyakit semaksimal mungkin.
Beberapa obat-obat yang mungkin diresepkan untuk meredakan gejala dapat berupa donepezil atau rivastigmine.
Obat tersebut dapat menjaga level tinggi asetilkolin pada otak, jenis neurotransmiter yang dapat memperbaiki kemampuan mengingat.
Dalam kasus Alzheimer yang tingkatannya menengah hingga parah, dokter mungkin akan memberikan donepezil atau memantine.
Memantine dapat menghambat efek jumlah glutamat yang terlalu banyak pada otak.
Glutamat merupakan zat kimia otak yang diproduksi lebih banyak pada penderita Alzheimer dan merusak sel-sel otak.
Beberapa perawatan lain yang dapat dilakukan untuk menjaga penderita Alzheimer, antara lain:
Baca juga: Sering Berpikir Negatif Tingkatkan Risiko Demensia, Kok Bisa?
Sama seperti belum adanya obat untuk Alzheimer, belum diketahui secara pasti apa yang dapat menyebabkan penyakit ini.
Namun, peneliti menekankan agar menjalani gaya hidup sehat, seperti:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.