Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/10/2021, 13:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Perikarditis adalah kondisi saat kantung yang melindungi jantung (perikardium) meradang.

Perikardium atau selaput jantung berisi cairan yang menutupi permukaan luar jantung. Cairan tersebut berfungsi memberi pelumasan dan melindungi jantung dari infeksi dan keganasan.

Perikardium juga menjaga jantung agar tidak mengembang secara berlebihan saat volume darah meningkat dan menjaga kerja jantung tetap efisien.

Baca juga: 7 Gejala Peradangan Selaput Jantung (Perikarditis) dan Penyebabnya

Saat meradang, perikardium membengkak dan teriritasi. Akibatnya, dada terasa nyeri secara tajam karena perikardium yang teriritasi saling bergesekan.

Gejala

Perikarditis dapat menyebabkan nyeri dada yang:

  • tajam dan menusuk (disebabkan oleh jantung bergesekan dengan perikardium)
  • dapat bertambah buruk saat batuk, menelan, menarik napas dalam-dalam, atau berbaring terlentang
  • terasa lebih baik saat duduk bersandar ke depan
  • terasa lebih baik saat membungkuk atau menahan dada agar dapat bernapas lebih nyaman.

Gejala perikarditis lainnya termasuk:

  • nyeri punggung, leher, atau bahu kiri
  • kesulitan bernapas saat berbaring
  • batuk kering
  • kecemasan atau kelelahan
  • perut atau kaki bengkak
  • demam ringan
  • detak jantung berdebar
  • sesak napas saat berbaring

Kasifikasi

Perikarditis dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis tergantung pada berapa lama kondisi telah berlangsung.

Baca juga: 6 Perubahan Gaya Hidup untuk Mencegah Penyakit Jantung

  • Perikarditis akut. Berawal secara tiba-tiba, tidak berlangsung lebih dari tiga minggu. Memiliki kemungkinan terjadi lagi. Sulit untuk membedakan antara perikarditis akut dan nyeri akibat serangan jantung.
  • Perikarditis berulang. Terjadi sekitar empat sampai enam minggu setelah episode perikarditis akut tanpa gejala di antaranya.
  • Perikarditis terus-menerus. Berlangsung sekitar empat hingga enam minggu, tetapi kurang dari tiga bulan. Gejala timbul secara terus-menerus.
  • Perikarditis konstritif kronis. Berkembang perlahan dan berlangsung lebih dari tiga bulan.

Penyebab

Umumnya, perikarditis disebabkan oleh infeksi virus. Namun, seringkali penyebab perikarditis tidak diketahui.

Perikarditis biasanya dapat terjadi setelah infeksi sistem pernapasan atau pencernaan.

Perikarditis kronis dan berulang dapat disebabkan oleh gangguan autoimun, seperti lupus, skleroderma,dan rheumatoid arthritis.

Gangguan autoimun merupakan kondisi saat sistem kekebalan tubuh membuat antibodi secara keliru dan menyerang jaringan atau sel tubuh.

Kemungkinan penyebab lain yang dapat menyebabkan perikarditis, yaitu:

  • serangan jantung dan operasi jantung
  • gagal ginjal
  • HIV/AIDS, kanker, TBC, dan masalah kesehatan lainnya
  • cedera akibat kecelakaan atau terapi radiasi
  • obat-obatan tertentu, seperti fenitoin (obat anti kejang), warfarin dan heparin (pengencer darah), dan procainamide (obat untuk mengobati detak jantung tidak teratur).

Baca juga: 6 Makanan Rendah Natrium untuk Meningkatkan Kesehatan Jantung

Perikarditis dapat dialami orang segala usia. Namun, pria berusia 16 hingga 65 tahun memiliki risiko lebih tinggi.

Penderita perikarditis akut hingga 30 persen memiliki kemungkinan mengalami kekambuhan. Sebagian kecil juga memiliki kemungkinan memiliki perikarditis kronis.

Diagnosis

Rasa sakit yang tajam pada dada dan area belakang bahu, serta kesulitan bernapas adalah gejala kunci yang menunjukkan seseorang memiliki perikarditis ketimbang serangan jantung.

Dokter akan melakukan anamnesis, bertanya soal riwayat kesehatan, dan gejala yang dirasakan.

Kemudian, dokter akan mendengarkan detak jantung. Perikarditis dapat menimbulkan suara bergesekan atau berderit.

Beberapa pemeriksaan lanjutan yang mungkin dilakukan dokter, meliputi:

  • Elektokardiogram (EKG)
  • Rontgen dada
  • Ekokardiogram
  • CT Scan
  • MRI

Komplikasi

Diagnosis dini dan pengobatan perikarditis dapat mengurangi risiko komplikasi jangka panjang.

Baca juga: 5 Cara Mencegah Penyakit Jantung

Komplikasi perikarditis meliputi:

  • Efusi perikardial. Perikarditis biasanya dikaitkan dengan cairan di sekitar jantung yang menyebabkan komplikasi lebih serius.
  • Perikarditis konstriktif kronis. Penderita perikarditis jangka panjang atau kronis memiliki penebalan permanen dan jaringan parut pada perikardium. Kondisi ini memengaruhi efisiensi kerja jantung. Komplikasi ini dapat menyebabkan pembengkakan parah pada kaki dan perut serta sesak napas.
  • Tamponade jantung. Kondisi yang mengancam nyawa ini dapat timbul saat terlalu banyak cairan terkumpul di perikardium. Cairan yang berlebihan dapat memberi tekanan pada jantung dan memengaruhi fungsinya. Jika darah yang keluar dari jantung lebih sedikit, tekanan darah akan turun secara dramatis. Dibutuhkan perawatan darurat untuk menangani tamponade jantung.

Perawatan

Penanganan untuk perikarditis akan tergantung pada penyebabnya.

Dokter mungkin akan memberikan obat penghilang rasa sakit antiinflamsi, seperti ibuprofen yang akan membuat penderita merasa lebih baik dalam waktu satu hingga dua minggu.

Beberapa obat lain yang mungkin diresepkan juga meliputi kolsikin atau kortikosetroid.

Prosedur lain yang mungkin dilakukan, yaitu di bawah ini.

  • Perikardiosentesis. Penggunaan jarum kecil atau tabung kecil (kateter) untuk mengeluarkan dan mengalirkan kelebihan cairan dari rongga perikardial. Penderita juga akan diberi anestesi lokal (obat mati rasa) sebelum prosedur dilakukan. Dokter akan menggunakan bantuan ultrasound dan ekokardiogram untuk memandu jarum dan tabung ke lokasi gangguan daam tubuh.
  • Perikardiektomi. Operasi melibatkan pengangkatan perikardium. Prosedur ini dilakukan jika kantung yang mengelilingi jantung kaku permanen akibat perikarditis konstruktif.

Baca juga: 11 Ciri-ciri Penyakit Jantung di Usia Muda

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com