Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/11/2021, 10:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Asbes menjadi salah satu bahan yang banyak digunakan sebagai atap bangunan oleh masyarakat Indonesia.

Namun, paparan serat asbes atau debu dari asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit yang disebut dengan asbestosis.

Asbestosis adalah penyakit paru-paru yang tidak dapat disembuhkan dan dapat menyebabkan sesak napas, batuk kronis, kelelahan, serta nyeri dada.

Baca juga: 6 Cara Menjaga Paru-paru Tetap Sehat

Serat asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama akan mengiritasi jaringan paru-paru, bahkan menyebabkan kerusakan permanen yang meningkatkan risiko kanker paru-paru.

Jika semakin parah, iritasi ini akan membentuk jaringan parut yang menyebabkan paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal.

Kemampuan paru-paru untuk mengembang dan mengatur oksigen yang masuk menjadi terganggu akibat terbentuknya jaringan parut.

Kondisi ini menyebabkan penderita asbestosis mengalami sesak napas dan merasakan gangguan pernapasan lainnya.

Gejala

Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, gejala asbestosis umumnya baru muncul sekitar 10 sampai 40 tahun dari paparan asbes pertama.

Gejala asbestosis, di antaranya:

  • Sesak napas
  • Mengi atau terdengar suara saat bernapas (bengek)
  • Batuk kering secara terus-menerus
  • Dada terasa sesak atau sakit
  • Sulit menelan
  • Pembengkakan pada daerah leher
  • Kehilangan nafsu makan
  • Penurunan berat badan
  • Tubuh terasa sangat lelah
  • Perubahan bentuk pada ujung-ujung jari, seperti membengkaknya jari dan kuku atau clubbing finger.

Baca juga: Bagaimana Asap Rokok Bisa Picu Kanker Paru-Paru?

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, penyakit asbestosis disebabkan oleh paparan debu serat asbes yang terhirup dalam jangka waktu yang lama.

Serat asbes yang terhirup akan terperangkap dan menumpuk di dalam alveoli atau kantong udara di dalam paru-paru.

Selanjutnya, serat asbes akan membentuk jaringan parut yang mengiritasi dan melukai jaringan paru-paru sehingga paru-paru menjadi kaku.

Paru-paru yang kaku menyebabkan organ tersebut tidak dapat berkontraksi (mengembang dan mengempis) secara normal.

Hal inilah yang mengakibatkan penderita asbestosis kesulitan bernapas. Kondisi ini dapat semakin parah jika penderita memiliki kebiasaan merokok.

Faktor risiko

Mengutip Mayo Clinic, terdapat beberapa pekerjaan yang meningkatkan risiko terserang penyakit ini, yaitu:

  1. Pekerja konstruksi bangunan
  2. Penambang asbes
  3. Mekanik
  4. Teknisi listrik
  5. Melakukan pekerjaan di jalan kereta api
  6. Pekerja perkapalan
  7. Buruh pabrik asbes.

Baca juga: 19 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Paru-paru

Selain itu, memiliki anggota keluarga satu rumah yang bekerja di pertambangan atau konstruksi yang berhubungan dengan asbes juga berisiko terkena asbestosis.

Diagnosis

Dilansir dari Healthline, dokter akan melakukan anamnesis mengenai gejala, riwayat penyakit, dan pekerjaan penderita.

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada dada menggunakan stetoskop untuk mendengar bunyi pernapasan.

Untuk memastikan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut:

  1. Tes fungsi paru, untuk mengukur jumlah dan kecepatan udara yang dihirup dan dan diembuskan penderita
  2. Tes pemindaian dengan rontgen dada dan CT scan, untuk melihat gambar paru-paru dan memeriksa paru-paru secara lebih rinci
  3. Biopsi, mendeteksi serat asbes dengan mengambil sampel jaringan atau cairan di dalam paru-paru

Perawatan

Merangkum Healthline dan National Health Service, tidak ada obat untuk menyembuhkan asbestosis.

Penanganan bertujuan untuk membantu mengendalikan atau meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakit, serta mencegah komplikasi.

Berikut beberapa metode penanganan bagi penderita asbestosis:

Baca juga: 10 Tanda Penyakit Paru-paru yang Pantang Disepelekan

  • Rehabilitasi paru, merupakan program latihan pernapasan untuk membantu paru-paru agar dapat bekerja lebih efektif dan mengelola gejala
  • Terapi oksigen, untuk mengatasi sesak napas atau gangguan pernapasan lainnya akibat kekurangan oksigen
  • Pada kasus yang ringan, dokter mungkin akan memberikan inhaler untuk memudahkan pernapasan
  • Transplantasi paru, pada kasus yang parah transplantasi paru mungkin diperlukan untuk mengganti paru-paru yang rusak.

Selama proses pengobatan, penderita juga disarankan melakukan beberapa tindakan berikut ini:

  • Menghindari paparan debu asbes agar asbestosis tidak semakin parah
  • Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok untuk mencegah kerusakan paru-paru lebih lanjut
  • Melakukan vaksinasi flu dan pneumonia, untuk mengurangi risiko infeksi paru-paru.

Komplikasi

Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, berikut beberapa komplikasi yang disebabkan oleh asbestosis:

  1. Mesothelioma, yaitu kanker langka pada lapisan yang mengelilingi paru-paru dan rongga dada, bahkan lapisan perut
  2. Kanker paru-paru, yaitu tumor ganas yang terbentuk di paru-paru. Penderita yang merokok lebih berisiko mengalaminya
  3. Penumpukan cairan pada pleura atau disebut efusi pleura.

Baca juga: Ini Beda Kondisi Paru-paru Perokok dan Paru-paru Sehat

Pencegahan

Mengutip Mayo Clinic, menghindari paparan debu asbes adalah cara terbaik mencegah asbestosis.

Menggunakan pelindung wajah dan pakaian khusus saat melakukan pekerjaan yang rentan terhadap paparan asbes juga dapat mencegah asbestosis.

Jika menggunakan asbes sebagai atap rumah dan sudah rusak sebaiknya segera ganti dengan material lain yang lebih aman.

Hal ini dikarenakan asbes yang rusak dapat mengeluarkan serat atau debu asbes yang beterbangan di udara sehingga mudah terhirup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com