Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/12/2021, 10:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aorta merupakan pembuluh darah utama dan terbesar di dalam tubuh manusia.

Aorta berfungsi untuk mengalirkan darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh.

Di dalam aorta terdapat dinding tebal yang berfungsi untuk mempertahankan bentuk aorta meski tekanan darah di dalamnya tinggi.

Baca juga: Penyebab Aneurisma Aorta dan Gejalanya

Ketika dinding aorta mengalami kerusakan atau gangguan maka dinding aorta akan melemah dan tidak dapat menahan tekanan darah di dalamnya.

Kondisi ini dapat menyebabkan aneurisma aorta, yaitu kondisi kesehatan di mana terjadi penggelembungan atau penonjolan abnormal pada dinding aorta.

Aneurisma aorta dapat terjadi di berbagai lokasi pada aorta dan dapat berbentuk seperti tabung atau bulat.

Aneurisma aorta dapat berkembang secara perlahan tanpa menimbulkan gejala. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat menyebabkan perdarahan internal yang membahayakan nyawa.

Selain itu, aneurisma aorta juga meningkatkan risiko terserang stroke. Maka dari itu, kondisi ini harus mendapat penanganan yang tepat.

Jenis

Melansir Mayo Clinic, terdapat dua jenis aneurisma aorta, yaitu:

  1. Aneurisma aorta abdominal
    Merupakan aneurisma aorta perut yang terjadi di sepanjang bagian aorta yang melewati perut.
  2. Aneurisma aorta toraks
    Aneurisma aorta toraks terjadi di sepanjang bagian aorta yang melewati rongga dada.

Gejala

Merangkum WebMD dan DocDoc, aneurisma aorta merupakan penyakit yang berkembang seiring berjalannya waktu.

Baca juga: Aneurisma Otak

Pada tahap awal, kondisi ini dapat bersifat asimptomatik atau tidak menunjukkan gejala apa pun.

Namun ketika semakin membesar, kondisi ini dapat menimbulkan gejala yang bervariasi sesuai dengan lokasi dan jenis yang diderita, yakni:

  • Aneurisma aorta abdominal, dengan gejala seperti:
  1. Nyeri punggung
  2. Nyeri intens dari dalam perut
  3. Sensasi berdenyut di sekitar pusar
  • Aneurisma aorta toraks, dengan gejala seperti:
  1. Nyeri dada atau punggung
  2. Suara serak
  3. Batuk
  4. Kesulitan bernapas atau menelan
  • Aneurisma aorta dapat menyebabkan pembuluh aorta pecah atau robek, yang ditandai dengan gejala:
  1. Nyeri hebat yang muncul secara tiba-tiba pada perut atau punggung
  2. Pusing atau kepala berkunang-kunang
  3. Mual dan muntah
  4. Kulit lembap atau berkeringat
  5. Sesak napas atau napas berbunyi (mengi)
  6. Denyut jantung lebih cepat dari biasanya
  7. Rasa lemah dan lemas
  8. Sensasi mati rasa atau kesemutan
  9. Kebingungan atau linglung
  10. Syok atau kehilangan kesadaran.

Baca juga: Aneurisma Berry

Penyebab

Dikutip dari DocDoc, aneurisma aorta terjadi karena ketika dinding pembuluh aorta melemah sehingga mengalami penggelembungan.

Akan tetapi, penyebab melemahnya dinding aorta hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti.

Meskipun masih belum diketahui secara pasti, kondisi ini diduga terjadi karena tekanan darah tinggi dan aterosklerosis.

Tekanan darah tinggi yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan dinding aorta melemah dan memicu tonjolan pada dinding aorta.

Sementara itu, aterosklerosis merupakan penyempitan dan pengerasan arteri akibat timbunan plak kolesterol pada dinding aorta. Kondisi ini dapat melemahkan dinding aorta.

Faktor risiko

Dirangkum dari Heart Foundation dan American Heart Association, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami aneurisma aorta, antara lain:

  • Menderita hipertensi atau tekanan darah tinggi
  • Mengidap aterosklerosis, yaitu pengerasan pembuluh darah
  • Penyakit peradangan pada pembuluh darah atau vaskulitis
  • Cedera akibat rauma, seperti kecelakaan mobil
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Berjenis kelamin pria
  • Berusia 60 tahun ke atas
  • Kolesterol tinggi
  • Penyakit arteri koroner
  • Memiliki anggota keluarga yang pernah menderita aneurisma aorta
  • Cedera akibat trauma, seperti mengalami kecelakaan mobil
  • Memiliki kelainan genetik atau jantung bawaan, seperti sindrom Marfan, sindrom Ehlers-Danlos, dan sindrom Loeys-Dietz.

Baca juga: 9 Gejala Aneurisma Otak dan Penyebabnya

Diagnosis

Merangkum Cedars-Sinai dan Heart Foundation, dikarenakan kerap tidak menimbulkan gejala, kondisi ini sering kali terdiagnosis saat melakukan pemeriksaan untuk kondisi medis lainnya.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis aneurisma aorta, antara lain:

  1. Pemeriksaan fisik dan anamnesis mengenai riwayat kesehatan dan gejala yang dirasakan
  2. Ekokardiografi atau ultrasound jantung, untuk memeriksa struktur dan fungsi jantung, serta aorta menggunakan gelombang ultrasonik
  3. CT scan
  4. MRI jantung
  5. Rontgen dada atau perut
  6. Elektrokardiogram (EKG), yaitu pemeriksaan untuk mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung
  7. Tes darah, untuk menyingkirkan kondisi lain yang dapat menyebabkan pembengkakan pada pembuluh darah, seperti sifilis
  8. Tes genetik, untuk mendeteksi kelainan genetik yang meningkatkan risiko mengalami aneurisma.

Perawatan

Dirangkum dari WebMD dan Cedars-Sinai, penanganan aneurisma aorta akan disesuaikan dengan ukuran aneurisma dan mencegah pecahnya aneurisma.

Apabila ukuran aneurisma masih kecil maka dokter akan menyarankan penderita untuk melakukan pemeriksaan atau kontrol rutin guna memonitor perkembangan aneurisma.

Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan ekokardiogram setiap enam bulan sekali, serta memantau kadar kolesterol dan tekanan darah penderita.

Baca juga: Aneurisma Otak: Gejala dan Penyebabnya

Selain itu, dokter juga dapat memberikan obat-obatan yang dapat mencegah dan mengurangi risiko pecahnya aorta, seperti:

  • Obat beta-blockers atau penghambat beta

Obat ini bekerja dengan memperlambat denyut jantung dan membantu mengendurkan otot jantung, serta meringankan kerja jantung.

Beta-blockers juga membantu melebarkan pembuluh darah agar sirkulasi darah berjalan lancar dan jantung.

  • Obat penghambat reseptor angiotensin 2 (ARB)

Obat ini diberikan untuk menurunkan tekanan darah apabila tekanan darah masih tetap tinggi meski telah menggunakan obat beta-blockers.

Namun, apabila aneurisma telah berukuran besar atau penderita menderita penyakit jaringan ikat, seperti Sindrom Ehlers-Danlos maka dokter akan melakukan operasi.

Jenis operasi yang dilakukan akan disesuaikan dengan lokasi aneurisma dan kesehatan penderita secara keseluruhan.

Prosedur operasi yang dapat dilakukan untuk menangani aneurisma aorta, yaitu:

  • Bedah terbuka

Operasi ini dilakukan untuk memperbaiki dinding aorta yang melemah akibat aneurisma dengan menggunakan cangkok atau tambalan sintetis.

Baca juga: Diseksi Aorta

  • Bedah endovascular

Prosedur ini merupakan pemasangan stent atau ring pada bagian aneurisma dengan menggunakan kateter melalui vena.

Pemasangan stent atau ring dilakukan untuk menguatkan dinding aorta yang melemah akibat aneurisma.

Setelah menjalani prosedur operasi, umumnya penderita disarankan untuk melakukan pola hidup sehat, seperti:

  1. Berhenti merokok
  2. Hindari atau batasi konsumsi makanan tinggi garam, kolesterol, dan lemak, serta mengonsumsi lebih banyak buah dan sayur
  3. Hindari aktivitas fisik berat, seperti melakukan olahraga angkat beban
  4. Hindari pikiran berat yang dapat menyebabkan stres, serta berusaha untuk mengelola stres dengan cara yang tepat, seperti meditasi.

Komplikasi

Menurut Very Well Health, aneurisma yang berukuran terlalu besar dapat membahayakan nyawa dan menimbulkan komplikasi, seperti:

  1. Ruptur aorta, yaitu pecahnya aorta yang menyebabkan perdarahan internal hebat
  2. Diseksi aorta, yaitu kondisi di mana terjadi robekan pada lapisan aorta
  3. Regurgitasi aorta, yaitu kebocoran katup aorta
  4. Terbentuknya gumpalan atau bekuan darah yang dapat menyebabkan aliran darah tersumbat.

Baca juga: Regurgitasi Aorta

Pencegahan

Dirangkum dari Health Direct dan Heart Foundation, tidak ada cara efektif yang dapat mencegah aneurisma aorta.

Akan tetapi, perubahan gaya hidup dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terserang aneurisma dan memperlambat pembesaran aneurisma.

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terserang aneurisma aorta, di antaranya:

  1. Berhenti dan hindari merokok
  2. Menjaga tekanan darah tetap stabil
  3. Mengobati pengerasan pembuluh darah
  4. Menjaga berat badan agar tetap ideal dan sehat
  5. Mengelola tekanan darah tinggi
  6. Mengobati kondisi kesehatan yang meningkatkan risiko mengalami aneurisma aorta
  7. Batasi konsumsi alkohol
  8. Aktif bergerak dengan berolahraga secara teratur
  9. Pastikan kadar kolesterol tetap stabil
  10. Batasi asupan garam dan makanan berlemak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com