KOMPAS.com - Aorta merupakan arteri besar yang membawa darah dari jantung dan mengalirkan oksigen.
Diseksi aorta adalah kondisi saat terdapat kebocoran pada bagian dalam pembuluh darah.
Darah yang bocor dapat menyebabkan adanya perpecahan (diseksi) antara lapisan dalam dan tengah dinding aorta saat berlangsung.
Baca juga: 8 Gejala Diseksi Aorta, Robeknya Pembuluh Darah Aorta yang Perlu Diwaspadai
Jika darah melewati luar aorta, kondisi ini dapat membahayakan nyawa.
Diseksi aorta dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.
Namun, tidak ada gejala atau tanda yang dapat mengindikasikan diseksi aorta secara positif.
Beberapa gejala yang timbul dapat mirip dengan gejala penyakit jantung lainnya, seperti serangan jantung.
Gejala paling umum adalah nyeri dada, perasaan menusuk di area dada yang membuat sesak.
Berbeda dengan serangan jantung, rasa sakit pada diseksi aorta berawal secara tiba-tiba saat terjadi robekan dan "berpindah-pindah".
Tanda dan gejala lain yang mungkin timbul pada diseksi aorta berupa:
Baca juga: Penyebab Aneurisma Aorta dan Gejalanya
Diseksi aorta dapat terjadi akibat adanya kerusakan sel pembentuk dinding aorta.
Kerusakan tersebut kemungkinan telah berlangsung tanpa disadari selama bertahun-tahun sebelum dinding aorta melemah dan akhirnya robek, mengakibatkan diseksi aorta
Tidak diketahui apa penyebab pasti terjadinya diseksi aorta.
Melansir healthline, dokter berasumsi bahwa tekanan darah tinggi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketegangan pada dinding arteri.
Segala hal yang membuat dinding aorta melemah dapat menyebabkan diseksi, termasuk kondisi bawaan di mana jaringan tubuh berkembang secara tidak normal, seperti:
Saat aorta bergerak ke atas saat pertama kali meninggalkan jantung. Ini disebut aorta asendens.
Saat melengkung ke bawah dan melewati dada ke perut, disebut sebagai aorta desendens.
Diseksi dapat terjadi saat aorta naik atau turun.
Klasifikasinya adalah sebagai berikut:
Baca juga: 3 Gejala Penyakit Arteri Koroner yang Perlu Diwaspadai
Umumnya, diseksi terjadi pada aorta asendens. Kondisi ini dsebut sebagai tipe A.
Diseksi bermula pada aorta desendens. Kondisi ini dikategorikan sebagai tipe B. Diseksi aorta tipe B cenderung tidak terlalu mengancam jiwa dibanding tipe A.
Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko diseksi aorta, meliputi:
Penyakit genetik juga dapat meningkatkan risiko seseorang dalam mengalami diseksi aorta, beberapa di antaranya:
Baca juga: 7 Penyebab Plak Bisa Terbentuk di Pembuluh Darah
Kondisi lain peningkat risiko,yaitu:
Dalam mendiagnosis diseksi aorta, dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengar jika ada suara abnormal pada aorta.
Tekanan darah pada satu tangan juga kemungkinan akan berbeda dari tangan yang lain.
Dokter juga akan melakukan tes elektrokardiogram (EKG) untuk melihat aktivitas listrik di jantung.
Dalam beberapa kasus, diseksi aorta dapat disalahartiakn sebagai serangan jantung pada tes ini.
Tidak menutup kemungkinan juga bahwa seseorang bisa mengalami kedua kondisi ini di saat bersamaan.
Beberapa tes lain mencakup pemindaian pencitraan, seperti:
Baca juga: 7 Penyebab Plak Bisa Terbentuk di Pembuluh Darah
TEE merupakan prosedur yang menggunakan perangkat pemancar gelombang suara ke tenggorokan hingga kerongkongan, sampai dekat dengan area setinggi jantung.
Gelombang ultrasound digunakan untuk membentuk gambar jantung dan aorta.
Kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul meliputi:
Penanganan untuk diseksi aorta tipe A mencakup:
Baca juga: 7 Hal yang Bisa Terjadi Jika Aliran Darah Tidak Lancar
Beberapa langkah yang dapat menurunkan risiko terkena diseksi aorta, yaitu:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.