Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 06/10/2021, 21:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Gibran Aditiara Wibawa, Sp.BS
Divalidasi oleh:
dr. Gibran Aditiara Wibawa, Sp.BS

Dokter Spesialis Bedah Saraf. Mayapada Hospital Jakarta Selatan. www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Aneurisma otak adalah kondisi yang terjadi saat titik lemah pada dinding arteri otak menonjol dan terisi darah.

Kondisi ini juga umum disebut aneurisma intrakranial atau aneurisma selebral.

Aneurisma otak berpotensi mengancam jiwa dan dapat memengaruhi seseorang pada usia berapapun.

Baca juga: Penyebab Aneurisma Aorta dan Gejalanya

Jika pecah, penderita dapat terancam stroke, kerusakan otak, bahkan kematian jika tidak segera ditangani.

Gejala

Aneurisma tidak pecah

Segera temui dokter jika mengalami gejala di bawah ini:

  • sakit kepala kronis
  • pupil terdilatasi
  • pengelihatan kabur atau ganda
  • nyeri di atas dan di belakang mata
  • kelopak mata terkulai
  • susah bicara
  • kelemahan atau mati rasa pada satu sisi wajah

Aneurisma pecah

Aneurisma pecah merupakan keadaan bahaya.

Dibutuhkan pertolongan darurat jika tiba-tiba mengalami sakit kepala menyakitkan, kehilangan kesadaran, atau memiliki gejala lain di bawah ini:

  • sakit kepala hebat secara tiba-tiba
  • hilang kesadaran
  • mual dan muntah
  • kantuk
  • kehilangan keseimbangan dalam hal-hal, seperti berjalan atau berlari
  • leher kaku
  • pupil terdilatasi
  • pengelihatan kabur atau ganda
  • nyeri di atas dan di belakang mata
  • kelopak mata terkulai
  • susah bicara
  • Kejang-kejang
  • linglung atau kebingungan

Baca juga: Aneurisma Otak: Gejala dan Penyebabnya

Meskipun aneurisma otak umumnya tidak menunjukkan gejala, kondisi ini dapat menekan otak dan saraf saat membesar.

Penyebab

Terdapat beberapa faktor yang dapat memicu berkembangnya atau pecahnya aneurisma di otak.

Melansir healthline, sebuah studi di jurnal Stroke American Heart Association mengungkapkan bahwa faktor berikut dapat memicu pecahnya aneurisma:

  • olahraga berlebihan
  • konsumsi kopi atau soda
  • mengejan saat buang air besar
  • kemarahan yang intens
  • hubungan seksual yang terlalu ekstrim

Beberapa aneurisma dapat berkembang seiring penderitanya hidup. Namun, dalam kasus lain merupakan faktor genetik atau diakibatkan oleh cedera otak.

Selain itu, faktor lain yang dapat meningkatkan risiko seseorang dengan aneurisma, yaitu:

  • usia lanjut
  • merokok
  • tekanan darah tinggi
  • penyalahgunaan narkotika, seperti kokain
  • konsumsi alkohol yang berat

Komplikasi

Pendarahan pada aneurisma otak yang pecah biasanya hanya berlangsung selama beberapa detik.

Baca juga: 9 Gejala Aneurisma Otak dan Penyebabnya

Namun, darah yang keluar dapat menyebabkan kerusakan langsung pada sel-sel di sekitarnya. Juga, meningkatkan tekanan dalam tengkorak.

Tekanan yang terlalu tinggi pada tengkorak dapat mengganggu suplai darah dan oksigen ke otak hingga penderita mengalami kehilangan kesadaran hingga kematian.

Komplikasi yang dapat timbul akibat pecahnya aneurisma, meliputi hal berikut.

  • Pendarahan ulang. Aneurisme yang bocor atau pecah memiliki risiko untuk kembali berdarah. Pendarahan ulang dapat mengakibatkan kerusakan lebih jauh pada otak.
  • Vasospasme. Setelah aneurisme pecah, pembuluh darah dapat menyempit secara tidak menentu. Kondisi ini dapat membatasi aliran darah ke sel otak (stroke iskemik) dan menyebabkan kerusakan hingga kehilangan sel tambahan.
  • Hidrosefalus. Kondisi saat adanya pendarahan di ruang antara otak dan jaringan sekitarnya (pendarahan subarachnoid). Umumnya, darah dapat memblokir sirkulasi cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (cairan serebrospinal). Kadar serebrospinal yang terlalu tinggi dapat meningkatkan tekanan pada otak dan dapat merusak jaringan.
  • Hiponatremia. Pendarahan subarachnoid dari aneurisma otak yang pecah dapat mengganggu keseimbangan natrium dalam darah. Kondisi ini dapat terjadi akibat kerusakan pada hipotalamus, area di dekat dasar otak.

Penurunan kadar natrium darah (hiponatremia) dapat menyebabkan pembengkakan sel-sel otak dan kerusakan permanen.

Diagnosis

Beberapa tes pencitraan dapat membantu diagnosis dari aneurisma otak, seperti:

Baca juga: Pendarahan Otak, Apa Bisa Sembuh?

  • CT Scan
  • MRI
  • angiogram
  • tes cairan serebrospinal

Perawatan

Jika aneurisma memungkinkan untuk diakses, pembedahan dapat memperbaiki atau memutus aliran darah ke aneurisma.

Upaya ini dapat mencegah pertumbuhan lebih lanjut atau kemungkinan untuk pecah.

Beberapa operasi meliputi hal di bawah ini.

  • Kliping bedah. Prosedur saat aneurisma ditutup menggunakan klip logam melingkar
  • Endovaskular. Kateter dimasukkan melalui arteri ke aneurisma dan memblokir aliran darah.

Pencegahan

Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah pecahnya aneurisma, yaitu:

  • berhenti merokok
  • makan makanan buah, sayuran, biji-bijian, daging tanpa lemak, dan produk susu rendah lemak
  • olahraga teratur, tapi tidak berlebihan
  • mengelola tekanan darah atau kolestrol tinggi

Baca juga: Pendarahan Otak Bisa Menyebabkan Kematian, Cegah dengan Cara Berikut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Terkini Lainnya

Apa Ciri-ciri Orang yang Kolesterol Tinggi? Berikut 4 Daftarnya…

Apa Ciri-ciri Orang yang Kolesterol Tinggi? Berikut 4 Daftarnya…

Health
12 Dampak Serius Diabetes bagi Tubuh, dari Luka Kaki hingga Gangguan Mental

12 Dampak Serius Diabetes bagi Tubuh, dari Luka Kaki hingga Gangguan Mental

Health
Dokter: Vaksin HPV Tidak Hanya untuk Perempuan, tapi Juga Laki-laki

Dokter: Vaksin HPV Tidak Hanya untuk Perempuan, tapi Juga Laki-laki

Health
Antara Data dan Diksi: Saat Komunikasi Kesehatan Kehilangan Akurasi

Antara Data dan Diksi: Saat Komunikasi Kesehatan Kehilangan Akurasi

Health
Tiba-tiba Sulit Naik Tangga? Waspadai Kelemahan Otot

Tiba-tiba Sulit Naik Tangga? Waspadai Kelemahan Otot

Health
Anak dengan Kelainan Celah Bibir dan Langit-langit Mulut Berisiko Alami Ganggu Perkembangan

Anak dengan Kelainan Celah Bibir dan Langit-langit Mulut Berisiko Alami Ganggu Perkembangan

Health
6 Ciri-ciri Sakit Ginjal pada Wanita dan Pria, Jangan Sampai Terlambat

6 Ciri-ciri Sakit Ginjal pada Wanita dan Pria, Jangan Sampai Terlambat

Health
Belajar dari Menkes, Apakah Miliki Lingkar Pinggang Besar Bahaya? Ini Ulasannya…

Belajar dari Menkes, Apakah Miliki Lingkar Pinggang Besar Bahaya? Ini Ulasannya…

Health
Mengenal Lemak Visceral yang Bikin Ukuran Celana Melebar

Mengenal Lemak Visceral yang Bikin Ukuran Celana Melebar

Health
Gangguan Bipolar dan Skizofrenia: Pentingkah Minum Obat?

Gangguan Bipolar dan Skizofrenia: Pentingkah Minum Obat?

Health
Apakah Baik Minum Kopi Tanpa Gula di Pagi Hari? Ini Penjelasannya...

Apakah Baik Minum Kopi Tanpa Gula di Pagi Hari? Ini Penjelasannya...

Health
Apa Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat? Ini 8 Tanda yang Perlu Diwaspadai…

Apa Ciri-ciri Ginjal Tidak Sehat? Ini 8 Tanda yang Perlu Diwaspadai…

Health
Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar

Perbedaan Gangguan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak, Ini Kata Pakar

Health
Menkes: Ukuran Celana 33 Bisa Jadi Sinyal Visceral Fat, Apa Bahayanya?

Menkes: Ukuran Celana 33 Bisa Jadi Sinyal Visceral Fat, Apa Bahayanya?

Health
Dokter: HPV Penyebab Kanker Serviks Tidak Hanya Bisa Menular Melalui Hubungan Seksual

Dokter: HPV Penyebab Kanker Serviks Tidak Hanya Bisa Menular Melalui Hubungan Seksual

Health
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau