Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/12/2021, 13:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ginjal memiliki bagian yang disebut glomerulus, untuk menyaring limbah dan membuang cairan, serta elektrolit berlebih dari tubuh.

Apabila glomerulus mengalami kerusakan yang membuatnya tidak dapat berfungsi sebagaimana seharusnya maka ginjal dapat berhenti berfungsi dan terjadi gagal ginjal

Kerusakan pada glomerulus dapat terjadi karena glomerulonefritis, yaitu peradangan pada glomerulus, yang terdiri dari pembuluh darah kecil.

Baca juga: Apakah Minum Kopi Bahayakan Kesehatan Ginjal?

Glomerulonefritis dapat bersifat akut atau terjadi secara mendadak, dan kronis atau berkembang secara perlahan dalam waktu yang lama.

Glomerulonefritis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti kelainan sistem imun, infeksi, dan penyakit genetik.

Gejala

Mengutip Healthline, gejala dan glomerulonefritis dapat bervariasi karena tergantung pada jenis dan tingkat keparahannya.

Glomerulonefritis akut

Beberapa gejala awal dari glomerulonefritis akut, meliputi:

  1. Bengkak pada wajah
  2. Buang air kecil yang lebih jarang dari biasanya
  3. Darah di dalam urine, ditandai dengan warna urine yang kecokelatan
  4. Batuk, akibat adanya cairan di dalam paru-paru
  5. Tekanan darah tinggi.

Glomerulonefritis kronis

Glomerulonefritis kronis dapat bersifat asimptomatik atau tidak menimbulkan gejala. Namun, gejala awal yang mungkin dirasakan, di antaranya:

  1. Terdapat darah dalam urine
  2. Urine berbusa atau berbuih akibat banyaknya protein dalam urine
  3. Tekanan darah tinggi
  4. Pembengkakan di pergelangan tangan, kaki, dan wajah
  5. Sering buang air kecil, terutama di malam hari
  6. Nyeri perut
  7. Mimisan.

Baca juga: 8 Cara Menjaga Kesehatan Ginjal

Ketika kondisi semakin parah maka glomerulonefritis dapat menyebabkan penderita mengalami gagal ginjal, yang ditandai dengan beberapa gejala berikut:

  1. Mudah lelah
  2. Nafsu makan berkurang
  3. Mual dan muntah
  4. Gangguan tidur atau insomnia
  5. Kulit kering dan gatal
  6. Sering mengalami kram otot, terutama di malam hari.

Penyebab

Menurut Mayo Clinic, terdapat beragam kondisi yang dapat menyebabkan glomerulonefritis, bahkan terkadang kondisi ini bersifat genetik dan tidak diketahui penyebabnya.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan glomerulonefritis, antara lain:

  • Infeksi bakteri atau virus
    Untuk melawan infeksi mikroorganisme ini, tubuh akan menghasilkan antibodi secara berlebihan yang dapat menyebabkan peradangan pada ginjal.

    Beberapa contoh infeksi yang dapat menyebabkan glomerulonefritis adalah infeksi bakteri Streptococcus di tenggorokan, endokarditis bakteri, HIV, dan hepatitis.

  • Kelainan sistem imun, seperti:
    1. Penyakit lupus, merupakan salah satu jenis penyakit autoimun yang dapat menyebabkan peradangan pada berbagai organ tubuh, termasuk ginjal.
    2. Sindrom Goodpasture, yaitu penyakit autoimun langka yang menyebabkan peradangan dan perdarahan pada alveolus paru-paru dan glomerulus ginjal.
    3. Nefropati IgA, disebabkan oleh endapan salah satu protein yang merupakan bagian sistem imun (IgA) pada glomerulus ginjal.
  • Vaskulitis
    Vaskulitis dapat menyebabkan peradangan pembuluh darah, termasuk ginjal, seperti pada poliarteritis dan granulomatosis Wegener.

Baca juga: 10 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Ginjal

Pada kasus yang jarang terjadi, glomerulonefritis kronis disebabkan oleh penyakit genetik, seperti sindrom Alport yang diturunkan dalam keluarga.

Faktor risiko

Dilansir dari Medical News Today, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami glomerulonefritis, yakni:

  1. Menderita penyakit menular, seperti tuberkulosis dan sifilis
  2. Terkena infeksi virus ataupun bakteri, seperti HIV, hepatitis, dan infeksi Streptococcus
  3. Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti ibuprofen dan aspirin, secara berlebihan
  4. Mengidap penyakit sistemik, seperti hipertensi, anemia, dan diabetes.

Diagnosis

Mengutip dari Cleveland Clinic, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis glomerulonefritis adalah:

  1. Tes urine atau urinalisis, untuk mendeteksi adanya protein dan sel darah di dalam urine pasien
  2. Tes darah, untuk mengukur kadar kreatinin sebagai zat limbah yang disaring oleh ginjal
  3. Biopsi ginjal, dokter akan mengambil sedikit sampel dari jaringan ginjal untuk diperiksa lebih lanjut menggunakan mikroskop
  4. Ultrasonografi (USG), untuk melihat kondisi ginjal secara detail, seperti ukuran dan adanya gangguan pada ginjal.

Perawatan

Menurut National Health Service, penanganan glomerulonefritis akan disesuaikan dengan penyebab yang mendasarinya dan tingkat keparahan gejala.

Baca juga: 6 Makanan yang Baik untuk Kesehatan Ginjal

Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

  • Perubahan pola makan

Pada kasus yang ringan, dokter mungkin akan menyarankan agar pasien mengurangi asupan makanan tinggi garam, kalium, dan protein, serta cairan.

Metode ini dapat membantu mengendalikan tekanan darah pasien dan mengatur jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh.

  • Berhenti merokok

Kebiasaan merokok dapat memperparah kerusakan ginjal akibat glomerulonefritis sehingga dengan menghentikan kebiasaan merokok, kerusakan ginjal tidak semakin parah.

  • Obat-obatan, seperti:
  1. Obat imunosupresan, untuk menekan sistem kekebalan tubuh yang menyebabkan glomerulonefritis.
    Beberapa jenis obat imunosupresan, yaitu kortikosteroid, cyclophosphamide, ciclosporin, mycophenolate mofetil, azathioprine, dan tacrolimus.

  2. Obat antihipertensi, untuk menurunkan tekanan darah yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal lebih lanjut dan masalah kesehatan lainnya.
    Selain itu, obat antihipertensi juga dapat membantu mengurangi kadar protein berlebih dalam urine.
    Contoh dari obat antihipertensi adalah ACE inhibitor dan ARB atau angiotensin II receptor blockers.

  3. Obat diuretik, untuk mengeluarkan cairan berlebih dari dalam tubuh sehingga dapat meredakan pembengkakan

  4. Antivirus, untuk mengobati infeksi virus yang menyebabkan oleh glomerulonefritis.

  5. Obat antikolesterol atau statin, untuk mengurangi kadar kolesterol berlebih yang sering dialami oleh penderita glomerulonefritis.

  6. Plasma exchange, dilakukan dengan mesin khusus untuk mengeluarkan sebagian plasma dari dalam darah.
    Hal ini bertujuan untuk mengurangi kadar protein berlebih. Setelah itu, dokter akan memasukkan substitusi plasma ke dalam darah sebelum kembali ke dalam tubuh.

Baca juga: Gagal Ginjal Kronis

  • Mengobati penyakit ginjal kronis atau gagal ginjal

Pada kasus yang parah di mana ginjal tidak dapat diatasi dengan metode yang lain, pasien mungkin memerlukan penanganan berikut:

  1. Dialisis atau cuci darah, merupakan prosedur untuk menggantikan fungsi ginjal dan membuang limbah berbahaya dari dalam tubuh
  2. Transplantasi ginjal, merupakan prosedur untuk mengganti ginjal yang rusak dengan ginjal yang sehat dari donor
  • Vaksinasi

Penderita glomerulonefritis dapat lebih rentan terhadap infeksi, terutama jika mengidap sindrom nefrotik atau penyakit ginjal kronis.

Oleh karena itu, penderita dengan kondisi tersebut dapat melindungi diri terhadap infeksi dengan vaksin flu dan pneumonia.

Komplikasi

Dilansir dari Healthline, beberapa komplikasi yang muncul akibat glomerulonefritis adalah:

  1. Sindrom nefrotik
  2. Gagal ginjal akut
  3. Penyakit ginjal kronis
  4. Rentan terhadap infeksi
  5. Gangguan keseimbangan elektrolit, seperti kadar natrium atau kalium yang terlalu tinggi
  6. Gagal jantung dan edema paru akibat penumpukan cairan di dalam tubuh
  7. Hipertensi atau tekanan darah tinggi.

Baca juga: Mengenal Prosedur Cuci Darah untuk Pasien Gagal Ginjal

Pencegahan

Merangkum Cleveland Clinic dan American Kidney Fund, glomerulonefritis tidak dapat selalu dicegah.

Namun, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena glomerulonefritis, seperti:

  • Konsumsi makanan yang sehat
  • Segera cari bantuan medis setiap mengalami infeksi, seperti radang tenggorokan
  • Kelola tekanan darah tinggi dengan diet rendah garam, olahraga, dan obat-obatan
  • Cegah infeksi dengan mempraktikkan kebersihan yang baik dan seks yang aman, serta hindari penggunaan jarum untuk obat-obatan terlarang dan tato
  • Kendalikan kadar gula darah tetap normal
  • Konsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen, aspirin, atau naproxen sesuai dengan dosis dan anjuran dokter.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau