KOMPAS.com - Tubuh memerlukan zat besi untuk menghasilkan hemoglobin yang mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
Namun, ketika kadar zat besi di dalam tubuh terlalu berlebihan maka akan menimbulkan penyakit yang disebut hemokromatosis.
Zat besi didapatkan tubuh dari makanan yang dikonsumsi. Namun, hemokromatosis menyebabkan tubuh menyerap zat besi secara berlebihan.
Baca juga: Apa itu Hemoglobin (Hb)?
Tidak hanya menyerap zat besi secara berlebihan, hemokromatosis juga menyebabkan zat besi tidak dapat dikeluarkan dari dalam tubuh.
Hal ini dikarenakan hemokromatosis menyebabkan zat besi tersimpan di dalam organ, seperti hati, jantung, pankreas, dan persendian.
Apabila tidak segera ditangani, hemokromatosis dapat menyebabkan kerusakan organ akibat penumpukan zat besi yang terjadi secara terus-menerus.
Melansir Johns Hopkins Medicine, banyak penderita hemokromatosis yang tidak merasakan gejala apa pun hingga penderita berusia 50 tahun.
Pada wanita, gejala hemokromatosis biasanya muncul sekitar 10 tahun setelah menopause karena kelebihan zat besi akan dikeluarkan melalui darah haid.
Beberapa gejala awal dari hemokromatosis, meliputi:
Baca juga: Berbagai Manfat dan Efek Samping Zat Besi
Apabila terus berlanjut, hemokromatosis dapat menimbulkan gejala yang lebih spesifik sesuai dengan organ yang terkena, seperti:
Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, terdapat dua jenis hemokromatosis yang dibedakan berdasarkan penyebabnya, yakni:
Merupakan jenis hemokromatosis yang disebabkan oleh faktor genetik, salah satunya karena mutasi gen HFE atau gen hemokromatosis.
Gen HF atau gen hemokromatosis memiliki dua jenis, yaitu C282Y dan H63D. Gen tersebut berperan untuk mengontrol kadar zat besi yang diserap dari makanan.
Terdapat dua pola waris hemokromatosis, antara lain:
Baca juga: 12 Makanan yang Mengandung Zat Besi Tinggi
Hemokromatosis sekunder terjadi akibat kondisi medis yang diderita pasien yang menyebabkan zat besi menumpuk di dalam tubuh.
Menurut National Health Service, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seseorang mengalami hemokromatosis, yakni:
Mengutip WebMD, hemokromatosis cukup sulit didiagnosis karena gejala yang muncul serupa dengan berbagai kondisi medis lainnya.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu memastikan diagnosis hemokromatosis, meliputi:
Baca juga: Apa itu Zat Besi?
Baca juga: Kenali Kegunaan Zat Besi bagi Perempuan yang Sedang Menstruasi
Melansir dari Mayo Clinic, pengobatan hemokromatosis bertujuan untuk membuat kadar zat besi kembali normal melalui prosedur yang disebut phlebotomy.
Phlebotomy merupakan prosedur yang dilakukan dengan mengeluarkan darah melalui pembuluh darah di lengan, seperti melakukan donor darah.
Jumlah darah yang dikeluarkan pun tergantung pada usia, kesehatan pasien secara keseluruhan, dan tingkat keparahan kondisi.
Pada awalnya, penderita mungkin melakukan prosedur ini sebanyak satu atau dua kali dalam seminggu.
Setelah kadar zat besi kembali normal maka prosedur phlebotomy mungkin akan dilakukan lebih jarang dari biasanya, misalnya setiap dua atau tiga bulan sekali.
Prosedur phlebotomy tidak dapat menyembuhkan sirosis atau nyeri sendi, tetapi dapat memperlambat keparahan kedua kondisi tersebut.
Namun, apabila pasien hemokromatosis tidak dapat menjalani prosedur phlebotomy akibat menderita kondisi lain, seperti anemia maka dokter akan merekomendasikan obat.
Dokter akan meresepkan obat yang disebut chelating drug, untuk mengurangi kadar zat besi berlebih dalam tubuh.
Obat tersebut dapat diberikan melalui suntikan ataupun secara oral, seperti tablet atau pil.
Chelating drug akan mengikat kelebihan zat besi dan membantu tubuh untuk mengeluarkan zat besi melalui urine atau feses.
Baca juga: 10 Gejala Penyakit Hati yang Perlu Diwaspadai
Selain melakukan prosedur phlebotomy, penderita hemokromatosis juga dapat melakukan penyesuaian berikut guna mencegah komplikasi:
Dirangkum dari Healthline dan Medical News Today, hemokromatosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Baca juga: Bagaimana Kolesterol Tinggi Bisa Menyebabkan Penyakit Liver?
Menurut Johns Hopkins Medicine, seseorang yang berisiko terkena penyakit ini dapat melakukan pemeriksaan rutin agar penyakit dapat diketahui lebih awal.
Dengan begitu, dokter dapat menangani penyakit tersebut lebih cepat sebelum kondisi semakin parah.
Selain itu, seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat hemokromatosis, sebaiknya melakukan tes darah guna mendeteksi penyakit ini lebih awal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.