KOMPAS.com - Ketika tidak terjadi pembuahan, lapisan dinding rahim (endometrium) yang menebal akan meluruh dan terjadi menstruasi.
Kondisi ini terjadi akibat kadar progesteron yang menurun ketika proses pembuahan atau ovulasi tidak terjadi.
Namun, terdapat kondisi di mana lapisan dinding rahim yang menebal tidak luruh hingga terjadi penebalan dinding rahim secara abnormal, yang disebut penebalan dinding rahim.
Penebalan dinding rahim merupakan salah satu bentuk kelainan pada sistem reproduksi wanita, tepatnya pada dinding rahim (endometrium).
Baca juga: Kenali Berbagai Penyebab Kista di Rahim
Penebalan dinding rahim, yang juga disebut hiperplasia endometrium, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat selama menstruasi.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Pada masa ovulasi, indung telur (ovarium) akan melepaskan sel telur dan estrogen.
Jika terjadi pembuahan (ovulasi), hormon estrogen akan membantu dinding rahim menebal dan penuh dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan embrio tumbuh.
Namun, ketika hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh tidak seimbang maka dan sel pembentuk endometrium terus berkembang secara abnormal.
Kondisi ini dapat menyebabkan hiperplasia endometrium atau penebalan dinding rahim akibat kadar hormon estrogen dalam tubuh terlalu tinggi.
Penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium lebih sering menyerang wanita yang mendekati masa menopause atau telah mengalami masa menopause.
Hal ini dikarenakan pada saat menopause, indung telur sudah tidak melepaskan sel telur dan berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron.
Pada sebagian kasus, penebalan dinding rahim dapat menyebabkan kanker rahim.
Mengutip Cleveland Clinic, terdapat dua jenis penebalan dinding rahim yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan sel pada lapisan endometrium, yakni:
Baca juga: Rahim Turun
Dilansir dari situs Family Doctor, gejala utama dari penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium adalah perdarahan berat ketika menstruasi.
Selain itu, penebalan dinding rahim juga dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:
Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim
Menurut Very Well Health, penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.
Ketika kadar hormon estrogen di dalam tubuh terlalu tinggi dan tidak diikuti dengan pelepasan hormon progesteron maka dinding rahim akan mengalami penebalan.
Peningkatan hormon estrogen akan merangsang sel-sel pembentuk endometrium terus tumbuh secara abnormal dan menyebabkan hiperplasia endometrium.
Dirangkum dari laman Healthline dan Cleveland Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang wanita mengalami penebalan dinding rahim:
Baca juga: Rahim Ganda
Melansir situs Patient Info, beberapa metode pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penebalan dinding rahim adalah:
Pemeriksaan USG bertujuan untuk mendeteksi penyebab lain dari perdarahan, seperti benjolan (polip) pada rahim (uterus) atau kista indung telur (ovarium).
Pemeriksaan USG juga dilakukan untuk mengukur ketebalan lapisan rahim, serta mendeteksi kelainan atau penyakit pada rahim, serviks, ovarium, atau tuba falopi.
Pada pemeriksaan biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan dinding rahim atau endometrium untuk diperiksa lebih lanjut dengan mikroskop.
Biopsi endometrium dilakukan untuk mendeteksi adanya sel-sel abnormal, mencari penyebab perdarahan dari vagina, dan kelainan pada endometrium.
Pemeriksaan histeroskopi dapat membantu dokter melihat bagian dalam rahim dan mendeteksi kelainan pada rahim menggunakan alat khusus yang dilengkapi lampu dan kamera.
Dikutip dari Healthline, tindakan penanganan yang diberikan akan disesuaikan dengan beberapa faktor berikut:
Baca juga: Fibroid Rahim
Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:
Terapi hormon progesteron tersedia dalam bentuk pil KB, suntik hormon, atau memasukkan IUD yang mengandung progesteron ke dalam rahim
Merupakan prosedur pengangkatan rahim untuk menghilangkan sel-sel abnormal yang berkembang menjadi kanker.
Prosedur ini menjadi pilihan yang tepat bagi pasien yang tidak ingin hamil, telah mengalami menopause, atau berisiko tinggi terkena kanker rahim.
Menurut Healthgrades, beberapa komplikasi berikut dapat terjadi jika penebalan dinding rahim tidak mendapat penanganan yang tepat:
Baca juga: Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Rahim): Penyebab, Gejala, Cara Mengobati
Dirangkum dari laman Cleveland Clinic dan Family Doctor, beberapa tindakan berikut dapat membantu mengurangi risiko mengalami penebalan dinding rahim:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.