Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2022, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Ketika tidak terjadi pembuahan, lapisan dinding rahim (endometrium) yang menebal akan meluruh dan terjadi menstruasi.

Kondisi ini terjadi akibat kadar progesteron yang menurun ketika proses pembuahan atau ovulasi tidak terjadi.

Namun, terdapat kondisi di mana lapisan dinding rahim yang menebal tidak luruh hingga terjadi penebalan dinding rahim secara abnormal, yang disebut penebalan dinding rahim.

Penebalan dinding rahim merupakan salah satu bentuk kelainan pada sistem reproduksi wanita, tepatnya pada dinding rahim (endometrium).

Baca juga: Kenali Berbagai Penyebab Kista di Rahim

Penebalan dinding rahim, yang juga disebut hiperplasia endometrium, dapat memicu terjadinya perdarahan hebat selama menstruasi.

Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron. Pada masa ovulasi, indung telur (ovarium) akan melepaskan sel telur dan estrogen.

Jika terjadi pembuahan (ovulasi), hormon estrogen akan membantu dinding rahim menebal dan penuh dengan pembuluh darah untuk mempersiapkan embrio tumbuh.

Namun, ketika hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh tidak seimbang maka dan sel pembentuk endometrium terus berkembang secara abnormal.

Kondisi ini dapat menyebabkan hiperplasia endometrium atau penebalan dinding rahim akibat kadar hormon estrogen dalam tubuh terlalu tinggi.

Penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium lebih sering menyerang wanita yang mendekati masa menopause atau telah mengalami masa menopause.

Hal ini dikarenakan pada saat menopause, indung telur sudah tidak melepaskan sel telur dan berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron.

Pada sebagian kasus, penebalan dinding rahim dapat menyebabkan kanker rahim.

Jenis

Mengutip Cleveland Clinic, terdapat dua jenis penebalan dinding rahim yang diklasifikasikan berdasarkan perubahan sel pada lapisan endometrium, yakni:

Baca juga: Rahim Turun

  1. Hiperplasia endometrium sederhana (tanpa atypia)
    Penebalan dinding rahim sederhana memiliki sel-sel yang tampak normal dan tidak berkembang menjadi kanker.
    Kondisi ini juga dapat membaik tanpa pengobatan, tetapi pada beberapa kasus mungkin memerlukan terapi hormon untuk mengatasinya.

  2. Hiperplasia endometrium atipikal sederhana atau kompleks
    Ditandai dengan pertumbuhan berlebih dari sel-sel abnormal yang dapat menyebabkan kanker.
    Kondisi ini memerlukan penanganan yang tepat karena dapat meningkatkan risiko kanker endometrium atau kanker rahim.

Gejala

Dilansir dari situs Family Doctor, gejala utama dari penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium adalah perdarahan berat ketika menstruasi.

Selain itu, penebalan dinding rahim juga dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:

  • Perdarahan berat atau volume darah yang keluar saat menstruasi lebih banyak dari biasanya
  • Siklus menstruasi yang tidak teratur, misalnya jarak siklus menstruasi kurang dari 21 hari
  • Durasi atau periode menstruasi yang tidak normal, seperti periode menstruasi yang sangat lama atau tidak menstruasi
  • Perdarahan dari vagina di luar periode menstruasi
  • Perdarahan uterus yang keluar melalui vagina pada saat menstruasi atau di luar siklus menstruasi, bahkan setelah mengalami menopause.

Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim

Penyebab

Menurut Very Well Health, penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon.

Ketika kadar hormon estrogen di dalam tubuh terlalu tinggi dan tidak diikuti dengan pelepasan hormon progesteron maka dinding rahim akan mengalami penebalan.

Peningkatan hormon estrogen akan merangsang sel-sel pembentuk endometrium terus tumbuh secara abnormal dan menyebabkan hiperplasia endometrium.

Faktor risiko

Dirangkum dari laman Healthline dan Cleveland Clinic, berikut beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang wanita mengalami penebalan dinding rahim:

  1. Berusia lebih dari 35 tahun
  2. Menstruasi terlalu dini atau pada usia yang sangat muda
  3. Menopause terlambat atau late menopause, yang menyebabkan seorang wanita masih memiliki siklus menstruasi pada usia di atas 55 tahun
  4. Berat badan berlebih atau obesitas
  5. Kebiasaan merokok
  6. Pengobatan kanker payudara, seperti tamoxifen
  7. Riwayat keluarga dengan kanker rahim, kanker usus besar, atau kanker ovarium
  8. Penyakit tertentu, seperti diabetes, penyakit kandung empedu, atau penyakit tiroid
  9. Perubahan hormon menjelang menopause (perimenopause) atau telah mengalami masa menopause
  10. Gangguan organ reproduksi, seperti siklus haid tidak teratur, infertilitas, atau sindrom ovarium polikistik (PCOS)
  11. Melakukan terapi penggantian hormon (TPH) atau terapi hormon estrogen
  12. Tidak pernah hamil sebelumnya.

Baca juga: Rahim Ganda

Diagnosis

Melansir situs Patient Info, beberapa metode pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis penebalan dinding rahim adalah:

  • Ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan USG bertujuan untuk mendeteksi penyebab lain dari perdarahan, seperti benjolan (polip) pada rahim (uterus) atau kista indung telur (ovarium).

Pemeriksaan USG juga dilakukan untuk mengukur ketebalan lapisan rahim, serta mendeteksi kelainan atau penyakit pada rahim, serviks, ovarium, atau tuba falopi.

  • Biopsi

Pada pemeriksaan biopsi, dokter akan mengambil sampel jaringan dinding rahim atau endometrium untuk diperiksa lebih lanjut dengan mikroskop.

Biopsi endometrium dilakukan untuk mendeteksi adanya sel-sel abnormal, mencari penyebab perdarahan dari vagina, dan kelainan pada endometrium.

  • Histeroskopi

Pemeriksaan histeroskopi dapat membantu dokter melihat bagian dalam rahim dan mendeteksi kelainan pada rahim menggunakan alat khusus yang dilengkapi lampu dan kamera.

Perawatan

Dikutip dari Healthline, tindakan penanganan yang diberikan akan disesuaikan dengan beberapa faktor berikut:

Baca juga: Fibroid Rahim

  1. Riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan
  2. Jenis hiperplasia endometrium yang diderita
  3. Penyebab yang mendasarinya
  4. Rencana kehamilan di masa depan
  5. Usia menopause.

Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

  • Terapi hormon

Terapi hormon progesteron tersedia dalam bentuk pil KB, suntik hormon, atau memasukkan IUD yang mengandung progesteron ke dalam rahim

  • Histerektomi

Merupakan prosedur pengangkatan rahim untuk menghilangkan sel-sel abnormal yang berkembang menjadi kanker.

Prosedur ini menjadi pilihan yang tepat bagi pasien yang tidak ingin hamil, telah mengalami menopause, atau berisiko tinggi terkena kanker rahim.

Komplikasi

Menurut Healthgrades, beberapa komplikasi berikut dapat terjadi jika penebalan dinding rahim tidak mendapat penanganan yang tepat:

  1. Anemia akibat perdarahan hebat saat menstruasi
  2. Kanker rahim
  3. Infertilitas atau kemandulan
  4. Menoragia, yaitu periode menstruasi dengan perdarahan yang hebat atau berkepanjangan.

Baca juga: Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Rahim): Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Pencegahan

Dirangkum dari laman Cleveland Clinic dan Family Doctor, beberapa tindakan berikut dapat membantu mengurangi risiko mengalami penebalan dinding rahim:

  1. Jaga berat badan tetap ideal dan sehat
  2. Lakukan diet jika memiliki berat badan berlebih atau mengalami obesitas
  3. Lakukan terapi hormon estrogen dan progestin atau progesteron setelah memasuki masa menopause
  4. Konsumsi pil KB sesuai anjuran dokter jika siklus menstruasi tidak teratur
  5. Berhenti merokok.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com