Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2022, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kehamilan sering dianggap anugerah terindah dari Tuhan yang akan menjadi pelengkap dari sebuah keluarga.

Namun, tidak semua kehamilan dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya. Terdapat masalah kesehatan yang dapat terjadi pada bayi, salah satunya stillbirth.

Stillbirth atau lahir meninggal merupakan kondisi di mana janin meninggal setelah usia kehamilan 20 minggu, tetapi sebelum proses persalinan berlangsung.

Baca juga: Stres selama Kehamilan? Waspadai Dampaknya terhadap Janin

Janin mungkin telah meninggal di dalam rahim beberapa minggu atau jam sebelum proses persalinan terjadi.

Stillbirth berbeda dengan keguguran karena keguguran merupakan kematian janin sebelum minggu ke-20 kehamilan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merekomendasikan lahir meninggal bagi bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.

Sebagian besar wanita yang mengalami kondisi ini akan memiliki janin yang sehat pada kehamilan berikutnya.

Stillbirth yang terjadi akibat masalah kromosom tertentu, memiliki kemungkinan yang kecil untuk terulang kembali.

Namun, stillbirth yang terjadi akibat penyakit kronis sang ibu atau kelainan genetik pada orang tua maka risiko mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya cukup tinggi.

Meskipun demikian, persentase keberhasilan pada kehamilan berikutnya mencapai 90 persen.

Meninggalnya janin sebelum proses persalinan menyebabkan dokter harus melakukan induksi atau operasi cesar untuk mengeluarkan atau melahirkan janin.

Stillbirth merupakan hal yang berat bagi seorang ibu. Maka dari itu, dukungan dari pasangan, keluarga, dan tenaga medis sangat diperlukan.

Jenis

Dikutip dari MedicineNet, berikut tiga jenis stillbirth yang diklasifikasikan menurut usia janin yang meninggal:

Baca juga: Fetal Alcohol Syndrome (FAS) atau Sindrom Alkohol Janin

  1. Janin meninggal dini (early stillbirth)
    Kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan 20 hingga 27 minggu
  2. Janin meninggal terlambat (late stillbirth)
    Kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan 28 hingga 36 minggu
  3. Janin meninggal menjelang persalinan (stillbirth)
    Kematian janin yang terjadi pada usia kehamilan 37 minggu atau lebih.

Gejala

Merangkum WebMD dan Cleveland Clinic, berikut beberapa gejala yang mungkin terjadi sebelum bayi meninggal dalam kandungan:

  • Perdarahan vagina, terutama selama trimester kedua kehamilan yang dapat menjadi gejala adanya masalah pada janin
  • Gerakan bayi berkurang dari biasanya, bahkan hilang sama sekali
  • Demam yang dapat disertai menggigil
  • Perut terasa nyeri atau kram.

Penyebab

Dirangkum dari situs Very Well Family dan Healthline, berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan lahir meninggal atau stillbirth:

Komplikasi kehamilan dan persalinan

Terdapat beberapa kondisi yang terjadi selama kehamilan atau saat proses persalinan yang dapat menyebabkan stillbirth, yakni:

  1. Kelahiran prematur atau sebelum memasuki minggu ke-37 kehamilan
  2. Post-term pregnancy atau usia kehamilan sudah melewati 42 minggu
  3. Terdapat lebih dari satu janin di dalam kandungan
  4. Kecelakaan atau jatuh saat hamil.

Baca juga: Gawat Janin (Fetal Distress)

Masalah pada plasenta

Kondisi ini akan menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi bayi terganggu. Masalah pada plasenta, meliputi:

  1. Peradangan
  2. Gangguan pembuluh darah pada plasenta
  3. Solusio plasenta, yakni lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum janin lahir.

Cacat lahir dan kondisi lain pada bayi

Kelainan kromosom pada bayi atau cacat lahir, seperti anensefali, dapat menyebabkan stillbirth.

Beberapa bentuk cacat lahir yang dapat menyebabkan stillbirth, yakni:

  1. Intrauterine growth restriction (IUGR)
    Suatu kondisi yang menyebabkan janin kekurangan nutrisi sehingga tumbuh kembang janin terhambat
  2. Kondisi kelainan genetik, seperti Down syndrome
  3. Ketidakcocokan atau inkompatibilitas rhesus (Rh)
    Kondisi ini dapat menyebabkan kematian pada janin dan keguguran berulang
  4. Kelainan kongenital atau cacat bawaan pada bayi
    Merupakan kelainan struktural yang didapat sejak lahir dan bisa dialami oleh seluruh atau beberapa bagian tubuh.

Kelainan genetik terjadi pada saat proses pembuahan, sedangkan cacat lahir dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan penyebab lain yang tidak diketahui.

Baca juga: Kenali Detak Jantung Janin Normal dan Kapan Mulai Terdeteksi

Infeksi

Infeksi selama kehamilan yang memengaruhi ibu, bayi, atau plasenta dapat menyebabkan stillbirth. Beberapa infeksi yang mungkin terjadi meliputi:

  1. Cytomegalovirus (CMV)
  2. Penyakit kelima atau fifth disease
    Merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh parvovirus B19 dan dapat menyebabkan kematian janin jika ibu hamil terinfeksi
  3. Herpes genital
  4. Listeriosis
    Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Listeria monocytogenes
  5. Sifilis
  6. Toksoplasmosis.

Masalah dengan tali pusat

Tali pusat yang tersimpul atau terjepit menyebabkan bayi tidak mendapat cukup oksigen sehingga mengalami stillbirth.

Selain itu, tali pusat bayi yang keluar lebih dulu sebelum bayi keluar (prolaps tali pusat) saat proses persalinan juga dapat menyebabkan stillbirth.

Kondisi kesehatan ibu

Masalah kesehatan pada ibu dapat menyebabkan bayi lahir meninggal atau stillbirth, seperti:

Baca juga: 8 Bahaya Stres Saat Hamil Bagi Ibu dan Janin yang Perlu Diwaspadai

  1. Preeklampsia
  2. Tekanan darah tinggi saat hamil
  3. Diabetes
  4. Lupus
  5. Obesitas
  6. Trombofilia
  7. Penyakit tiroid.

Meskipun terdapat beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab dari bayi lahir meninggal, tetapi stillbirth kerap terjadi tanpa diketahui secara pasti penyebabnya.

Faktor risiko

Menurut Very Well Family, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang ibu mengalami stillbirth adalah:

  • Memiliki riwayat cedera pada area perut, seperti akibat kecelakaan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh, atau kekerasan dalam rumah tangga
  • Mengonsumsi minuman beralkohol atau obat-obatan saat hamil
  • Memiliki riwayat komplikasi kehamilan, seperti keguguran, kelahiran prematur, preeklampsia, intrauterine growth restriction (IUGR), atau stillbirth
  • Tidak rutin melakukan pemeriksaan kandungan, seperti karena akses yang sulit atau minimnya fasilitas pelayanan kesehatan
  • Hamil saat berusia kurang dari 15 tahun atau lebih dari 35 tahun
  • Memiliki masalah kesehatan yang meningkatkan risiko mengalami stillbirth, seperti lupus, hipertensi, diabetes, obesitas, dan gangguan pembekuan darah
  • Menjalani kehamilan sudah lewat bulan atau post-term pregnancy
  • Tidur dalam posisi terlentang, dapat menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi yang mengalir melalui tali pusat bayi terhambat
  • Merokok saat hamil
  • Menggunakan teknologi reproduksi berbantu, seperti bayi tabung
  • Menjalani kehamilan kembar.

Baca juga: Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan dari Bulan ke Bulan

Diagnosis

Dilansir dari National Health Service, beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis stillbirth meliputi:

  1. Memeriksa denyut jantung bayi menggunakan alat doppler
  2. Menggunakan ultrasonografi (USG) untuk memastikan keberadaan denyut jantung bayi, pergerakan bayi, serta tanda-tanda kematian pada bayi.

Perawatan

Merangkum MedicineNet dan National Health Service, jika hasil pemeriksaan menunjukkan bayi mengalami stillbirth maka dokter akan melakukan proses persalinan.

Metode dan proses persalinan akan disesuaikan dengan usia kehamilan dan kondisi pasien secara keseluruhan.

Pada bayi yang meninggal sebelum waktu persalinan maka dokter akan memberikan induksi agar pasien dapat melahirkan dengan normal.

Apabila leher rahim ibu belum melebar, dokter akan memasukkan obat pada vagina ibu guna melebarkan leher rahim dan merangsang kontraksi.

Jika bayi meninggal tidak terlalu jauh dari waktu persalinan dan tidak terdapat kondisi yang membahayakan ibu maka ibu dapat menunggu hingga waktu persalinan.

Selain dengan metode persalinan normal, proses mengeluarkan bayi yang mengalami stillbirth juga dapat menggunakan operasi cesar, serta kuret (D&C).

Prosedur dilatasi dan kuretase (D&C) akan dilakukan apabila stillbirth terjadi pada trimester kedua.

Baca juga: 11 Tahap Perkembangan Janin pada Trimester Pertama

Setelah bayi dilahirkan, dokter akan memeriksa fisik bayi guna mendeteksi adanya kelainan pada bayi.

Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang tentunya dengan persetujuan orangtua bayi, untuk mencari penyebab stillbirth.

Selain untuk mengetahui penyebab bayi lahir meninggal, pemeriksaan lanjutan juga dapat membantu mencegah kemungkinan mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya.

Beberapa tes yang mungkin dapat dilakukan adalah:

  1. Tes darah, untuk mendeteksi apakah sang ibu menderita preeklampsia, diabetes, atau masalah kesehatan lain yang dapat menyebabkan stillbirth
  2. Melakukan pemeriksaan plasenta, meliputi selaput ketuban dan tali pusat
  3. Mendeteksi adanya infeksi melalui urinalisis, tes darah, atau pemeriksaan swab vagina
  4. Tes fungsi tiroid, untuk mengetahui seberapa baik fungsi dari kelenjar tiroid dan mendeteksi penyakit tiroid
  5. Tes genetik, biasanya menggunakan sampel kecil tali pusat untuk mendiagnosis apakah bayi memiliki kelainan genetik, seperti Down syndrome.

Apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya masalah kesehatan yang dialami oleh sang ibu maka pasien dapat menjalani pengobatan.

Dengan menjalani pengobatan, pasien dapat mengurangi kemungkinan mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya.

Setelah proses melahirkan selesai, tubuh ibu mungkin akan memproduksi ASI. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan gangguan emosional.

Pasien dapat melakukan konsultasi dengan dokter mengenai pengobatan untuk menghentikan produksi ASI.

Baca juga: 15 Tahap Perkembangan Janin pada Trimester Kedua

Stillbirth dapat menimbulkan duka mendalam, trauma, bahkan depresi bagi kedua orang tua bayi.

Seorang wanita yang mengalami stillbirth juga berisiko mengalami gangguan emosional setelah melahirkan.

Tenaga profesional, seperti psikiater mungkin dapat membantu mengatasi kondisi tersebut dengan memberikan sesi konseling.

Pencegahan

Menurut Very Well Family, sebagian besar kasus stillbirth tidak dapat dicegah. Namun, beberapa cara berikut dapat mengurangi risiko mengalami stillbirth:

  • Melakukan pemeriksaan kehamilan (prenatal) secara rutin
    Melalui pemeriksaan rutin dan berkala, dokter dapat segera mendeteksi kondisi yang memicu komplikasi kehamilan, misalnya hipertensi, dan menemukan solusinya
  • Jaga berat badan tetap ideal dan sehat, baik sebelum ataupun selama kehamilan
  • Hindari merokok, mengonsumsi minuman beralkohol, dan obat-obatan selama kehamilan
  • Pantau gerakan atau tendangan janin dalam sehari, segera konsultasikan dengan dokter apabila terjadi perubahan yang signifikan
  • Tidur pada posisi miring dan hindari tidur terlentang
  • Hindari makanan yang dapat menyebabkan keracunan, seperti susu dan produk susu mentah (non-pasteurisasi), serta daging yang kurang matang
  • Segera cari pertolongan medis jika terjadi nyeri atau kram perut hebat, perdarahan vagina, atau masalah kehamilan lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com