KOMPAS.com - Kehamilan sering dianggap anugerah terindah dari Tuhan yang akan menjadi pelengkap dari sebuah keluarga.
Namun, tidak semua kehamilan dapat berjalan lancar sebagaimana mestinya. Terdapat masalah kesehatan yang dapat terjadi pada bayi, salah satunya stillbirth.
Stillbirth atau lahir meninggal merupakan kondisi di mana janin meninggal setelah usia kehamilan 20 minggu, tetapi sebelum proses persalinan berlangsung.
Baca juga: Stres selama Kehamilan? Waspadai Dampaknya terhadap Janin
Janin mungkin telah meninggal di dalam rahim beberapa minggu atau jam sebelum proses persalinan terjadi.
Stillbirth berbeda dengan keguguran karena keguguran merupakan kematian janin sebelum minggu ke-20 kehamilan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), merekomendasikan lahir meninggal bagi bayi yang lahir tanpa tanda-tanda kehidupan pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih.
Sebagian besar wanita yang mengalami kondisi ini akan memiliki janin yang sehat pada kehamilan berikutnya.
Stillbirth yang terjadi akibat masalah kromosom tertentu, memiliki kemungkinan yang kecil untuk terulang kembali.
Namun, stillbirth yang terjadi akibat penyakit kronis sang ibu atau kelainan genetik pada orang tua maka risiko mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya cukup tinggi.
Meskipun demikian, persentase keberhasilan pada kehamilan berikutnya mencapai 90 persen.
Meninggalnya janin sebelum proses persalinan menyebabkan dokter harus melakukan induksi atau operasi cesar untuk mengeluarkan atau melahirkan janin.
Stillbirth merupakan hal yang berat bagi seorang ibu. Maka dari itu, dukungan dari pasangan, keluarga, dan tenaga medis sangat diperlukan.
Dikutip dari MedicineNet, berikut tiga jenis stillbirth yang diklasifikasikan menurut usia janin yang meninggal:
Baca juga: Fetal Alcohol Syndrome (FAS) atau Sindrom Alkohol Janin
Merangkum WebMD dan Cleveland Clinic, berikut beberapa gejala yang mungkin terjadi sebelum bayi meninggal dalam kandungan:
Dirangkum dari situs Very Well Family dan Healthline, berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan lahir meninggal atau stillbirth:
Terdapat beberapa kondisi yang terjadi selama kehamilan atau saat proses persalinan yang dapat menyebabkan stillbirth, yakni:
Baca juga: Gawat Janin (Fetal Distress)
Kondisi ini akan menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi bayi terganggu. Masalah pada plasenta, meliputi:
Kelainan kromosom pada bayi atau cacat lahir, seperti anensefali, dapat menyebabkan stillbirth.
Beberapa bentuk cacat lahir yang dapat menyebabkan stillbirth, yakni:
Kelainan genetik terjadi pada saat proses pembuahan, sedangkan cacat lahir dapat disebabkan oleh faktor lingkungan dan penyebab lain yang tidak diketahui.
Baca juga: Kenali Detak Jantung Janin Normal dan Kapan Mulai Terdeteksi
Infeksi selama kehamilan yang memengaruhi ibu, bayi, atau plasenta dapat menyebabkan stillbirth. Beberapa infeksi yang mungkin terjadi meliputi:
Tali pusat yang tersimpul atau terjepit menyebabkan bayi tidak mendapat cukup oksigen sehingga mengalami stillbirth.
Selain itu, tali pusat bayi yang keluar lebih dulu sebelum bayi keluar (prolaps tali pusat) saat proses persalinan juga dapat menyebabkan stillbirth.
Masalah kesehatan pada ibu dapat menyebabkan bayi lahir meninggal atau stillbirth, seperti:
Baca juga: 8 Bahaya Stres Saat Hamil Bagi Ibu dan Janin yang Perlu Diwaspadai
Meskipun terdapat beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab dari bayi lahir meninggal, tetapi stillbirth kerap terjadi tanpa diketahui secara pasti penyebabnya.
Menurut Very Well Family, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang ibu mengalami stillbirth adalah:
Baca juga: Tahapan Perkembangan Janin dalam Kandungan dari Bulan ke Bulan
Dilansir dari National Health Service, beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis stillbirth meliputi:
Merangkum MedicineNet dan National Health Service, jika hasil pemeriksaan menunjukkan bayi mengalami stillbirth maka dokter akan melakukan proses persalinan.
Metode dan proses persalinan akan disesuaikan dengan usia kehamilan dan kondisi pasien secara keseluruhan.
Pada bayi yang meninggal sebelum waktu persalinan maka dokter akan memberikan induksi agar pasien dapat melahirkan dengan normal.
Apabila leher rahim ibu belum melebar, dokter akan memasukkan obat pada vagina ibu guna melebarkan leher rahim dan merangsang kontraksi.
Jika bayi meninggal tidak terlalu jauh dari waktu persalinan dan tidak terdapat kondisi yang membahayakan ibu maka ibu dapat menunggu hingga waktu persalinan.
Selain dengan metode persalinan normal, proses mengeluarkan bayi yang mengalami stillbirth juga dapat menggunakan operasi cesar, serta kuret (D&C).
Prosedur dilatasi dan kuretase (D&C) akan dilakukan apabila stillbirth terjadi pada trimester kedua.
Baca juga: 11 Tahap Perkembangan Janin pada Trimester Pertama
Setelah bayi dilahirkan, dokter akan memeriksa fisik bayi guna mendeteksi adanya kelainan pada bayi.
Dokter mungkin juga akan melakukan pemeriksaan lanjutan yang tentunya dengan persetujuan orangtua bayi, untuk mencari penyebab stillbirth.
Selain untuk mengetahui penyebab bayi lahir meninggal, pemeriksaan lanjutan juga dapat membantu mencegah kemungkinan mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya.
Beberapa tes yang mungkin dapat dilakukan adalah:
Apabila dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya masalah kesehatan yang dialami oleh sang ibu maka pasien dapat menjalani pengobatan.
Dengan menjalani pengobatan, pasien dapat mengurangi kemungkinan mengalami stillbirth pada kehamilan berikutnya.
Setelah proses melahirkan selesai, tubuh ibu mungkin akan memproduksi ASI. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan, bahkan gangguan emosional.
Pasien dapat melakukan konsultasi dengan dokter mengenai pengobatan untuk menghentikan produksi ASI.
Baca juga: 15 Tahap Perkembangan Janin pada Trimester Kedua
Stillbirth dapat menimbulkan duka mendalam, trauma, bahkan depresi bagi kedua orang tua bayi.
Seorang wanita yang mengalami stillbirth juga berisiko mengalami gangguan emosional setelah melahirkan.
Tenaga profesional, seperti psikiater mungkin dapat membantu mengatasi kondisi tersebut dengan memberikan sesi konseling.
Menurut Very Well Family, sebagian besar kasus stillbirth tidak dapat dicegah. Namun, beberapa cara berikut dapat mengurangi risiko mengalami stillbirth:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.