KOMPAS.com - Angioedema merupakan pembengkakan di bawah kulit. Hal ini biasanya merupakan reaksi terhadap pemicu, seperti obat atau sesuatu yang menimbulkan alergi.
Umumnya, kondisi ini tidak tergolong serius. Namun, dapat menjadi penyakit yang berulang bagi sebagian orang dan mengancam nyawa saat memengaruhi pernapasan.
Dalam beberapa kasus, pembengkakan terjadi bersamaan dengan urtikaria atau biduran yang menyebar di permukaan kulit.
Baca juga: 6 Penyebab Bibir Vagina Bengkak, Wanita Perlu Tahu
Angioedema dapat terjadi di banyak titik pada tubuh, termasuk:
Pembengkakan juga dapat terjadi di area kelamin dan usus.
Angioedema terasa seperti bekas luka yang besar, tebal, dan kencang. Selain itu, berwarna kemerahan, nyeri, dan terasa hangat di daerah yang bengkak.
Jika terjadi di usus, angioedema dapat menyebabkan sakit perut.
Sementara itu, tergolong berbahaya jika pembengkakan terjadi di tenggorokan atau lidah karena dapat menyebabkan kesulitan bernapas.
Segera cari penanganan medis jika hal tersebut terjadi.
Terdapat empat jenis angioedema yang berbeda, masing-masing dengan penyebabnya tersendiri.
Baca juga: Cara Jitu Mencegah dan Mengatasi Kaki Bengkak
Angioedema alergi
Jenis yang paling umum, biasanya merupakan reaksi alergi terhadap makanan.
Selain itu, angioedema elergi juga bisa terjadi akibat:
Angioedema yang diinduksi obat
Beberapa obat dapat memicu terjadinya angioedema, seperti:
Obat tekanan darah tertentu yang disebut inhibitor angiotensin-converting enzyme (ACE) juga dapat menyebabkan pembengkakan terjadi dengan cepat dan tiba-tiba.
Baca juga: 12 Penyebab Kelopak Mata Bengkak dan Cara Mengatasinya
Angioedema herediter (HAE)
Kondisi ini tergolong jarang. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang tidak memproduksi cukup protein darah yang disebut C1 esterase inhibitor.
Protein darah ini memungkinkan cairan dari darah pindah ke jaringan lain yang menyebabkan pembengkakan.
Orang dengan kondisi ini biasanya akan mengalami serangan pertama sebelum berusia 12 tahun.
Kondisi ini bersifat genetik.
Terdapat jenis angioedema lain yang memiliki gejala serupa dengan HAE, tetapi tidak terjadi saat penderita berusia lebih dari 40 tahun.
Hal ini dapat terjadi akibat sistem kekebalan yang lemah.
Tidak seperti HAE, kondisi yang lebih langka ini tidak bersifat genetik.
Angioedema Idiopatik
Idiopatik berarti penyebab dari pembengkakan tidak diketahui pasti.
Kemungkinan penyebab dari pembengkakan, antara lain:
Baca juga: 7 Penyebab Langit-langit Mulut Bengkak dan Cara Mengatasinya
Angioedema yang diakibatkan oleh alergi dan obat dapat terjadi dalam kurun waktu satu jam setelah terpapar pemicu.
Sementara itu, angioedema yang bersifat genetik biasanya dapat terjadi selama beberapa jam.
Melansir healthline, gejala paling umum dari angioedema adalah pembengkakan dengan ruam berwarna merah di bawah permukaan kulit.
Pembengkakan dapat terlihat di area dekat kaki, tangan, mata, atau bibir. Dalam kasus yang lebih parah, pembengkakan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Gejala lain dapat meliputi:
Pembengkakan juga dapat terasa gatal ataupun tidak.
Segera pergi ke ruang gawat darurat (UGD) jika penderita kesulitan bernapas atau bahkan pingsan karena merupakan tanda dari kondisi medis yang serius.
Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena angioedema, yaitu:
Baca juga: 6 Penyebab Mata Bengkak saat Bangun Tidur
Untuk mendiagnosis angioedema, dokter akan bertanya terkait gejala yang muncul, riwayat medis keluarga, serta melakukan tes darah.
Dokter juga akan bertanya soal riwayat pengobatan yang sedang atau pernah diminum penderita.
Beberapa tes yang dilakukan untuk mengkonfirmasi jenis angioedema yang diderita adalah:
Melansir medical news today, komplikasi paling berbahaya dari angioedema adalah pembengkakan pada tenggorokan dan saluran udara.
Baca juga: 8 Cara Menghilangkan Mata Bengkak Setelah Menangis
Angioedema biasanya bersifat ringan. Namun, bisa menjadi berbahaya saat berkembang dengan cepat atau memengaruhi tenggorokan hingga menyebabkan sesak napas (afiksia).
Berikut tanda-tanda komplikasi angioedema:
Angioedema biasanya dapat mereda dengan sendirinya.
Namun, terdapat beberapa cara untuk meringankan gejala:
Jika angioedema disebabkan oleh konsumsi obat, dokter biasanya akan memberikan alternatif pengobatan lain.
Pada serangan pembengkakan yang serius, penderita mungkin membutuhkan suntikan epinefrin (sejenis adrenalin).
Baca juga: 7 Penyebab Kaki Bengkak Terkait Gejala Penyakit Apa Saja
Cara terbaik menghindari serangan angioedema adalah dengan menghindari alergen atau hal-hal yang dapat memicu alergi.
Tindakan pencegahan dapat membantu menurunkan risiko terjadinya serangan lain di masa depan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.