KOMPAS.com - Konjungtivitis merupakan istilah untuk peradangan umum atau infeksi mata.
Kondisi ini mempengaruhi konjungtiva, membran bening yang sangat tipis dan menutupi bagian putih mata (sklera) serta permukaan bagian dalam kelopak mata.
Ketika pembuluh darah kecil di konjungtiva meradang, bagian ini menjadi lebih terlihat.
Inilah yang menyebabkan bagian putih mata menjadi berwarna merah.
Baca juga: 3 Cara Mudah Mengatasi Mata Merah
Penyebab konjungtivitis terbagi menjadi tiga jenis, yakni karena virus dan bakteri, alergi, serta iritasi.
Sebagian besar kasus mata merah karena virus disebabkan oleh adenovirus.
Selain itu, virus lain yang bisa membuat konjungtivitis adalah virus herpes simpleks, virus varicella-zoster, dan berbagai virus lainnya, termasuk Covid-19.
Konjungtivitis virus dan bakteri dapat terjadi bersamaan dengan pilek atau gejala infeksi pernapasan, seperti sakit tenggorokan.
Mengenakan lensa kontak yang tidak dibersihkan atau menggunakan milik orang lain dapat menyebabkan konjungtivitis bakteri.
Jenis mata merah ini bisa menyebar melalui kontak langsung atau tidak langsung dengan cairan dari mata seseorang yang terinfeksi.
Konjungtivitis alergi memengaruhi kedua mata dan merupakan respons terhadap zat penyebab alergi seperti serbuk sari.
Sebagai respons terhadap alergen, tubuh menghasilkan antibodi yang disebut imunoglobulin E (IgE).
Baca juga: Waspadai, Mata Merah Bisa Jadi Gejala Covid-19
Antibodi ini memicu sel khusus yang disebut sel mast di lapisan mukosa mata dan saluran udara untuk melepaskan zat inflamasi, termasuk histamin.
Pelepasan histamin tubuh dapat menghasilkan sejumlah tanda dan gejala alergi, termasuk mata merah.
Iritasi dari percikan bahan kimia atau benda asing di mata dapat menyebabkan konjungtivitis.
Terkadang pembilasan dan pembersihan mata untuk menghilangkan bahan kimia atau benda asing juga menyebabkan kemerahan dan iritasi.
Kondisi ini biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu sekitar satu hari.
Jika bahan kimia yang mengiritasi mata bersifat kaustik seperti alkali, temui dokter atau spesialis mata sesegera mungkin.
Sebab, percikan bahan kimia ke mata dapat menyebabkan kerusakan mata permanen.
Faktor risiko yang meningkatkan potensi terkena konjungtiva adalah:
Selain mata merah yang tampak, gejala-gejala berikut dpaat terjadi ketika terkena konjungtivitis:
Baca juga: 4 Penyebab Mata Merah dan Cara Menghilangkannya
Konjungtivitis dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata yang komprehensif.
Cara diagnosis konjungtivitis yang dilakukan dokter dapat mencakup:
Meskipun umumnya tidak berbahaya, terdapat kondisi serius yang bisa menyebabkan mata merah.
Kondisi ini dapat menyebabkan sakit mata, perasaan bahwa ada sesuatu yang tersangkut di mata (sensasi benda asing), penglihatan kabur dan sensitivitas cahaya.
Jika mengalami gejala-gejala di atas, segera periksakan diri ke dokter.
Baca juga: 5 Cara Mengatasi Mata Merah sesuai Penyebabnya
Apabila mata merah disebabkan karena lensa kontak dan gejala tidak mulai membaik dalam 12 hingga 24 jam, buatlah janji dengan dokter untuk memastikan tidak adanya infeksi mata yang lebih serius.
Konjungtivitis umumnya dapat hilang sendiri setelah beberapa hari.
Waktu pemulihan konjungtivitis dapat berkisar dari beberapa hari hingga beberapa minggu, tergantung pada penyebab, keparahan dan kapan memulai perawatan (jika diperlukan).
Jika memakai lensa kontak, lepaskan lensa dan kenakan kacamata hingga mendapat penanganan dokter.
Mengenakan lensa kontak dapat meningkatkan risiko mata merah dan juga dapat memperburuk gejala.
Gunakan juga lensa photochromic. Lensa ini dapat membantu mengurangi sensitivitas cahaya yang terkait dengan konjungtivitis.
Lensa photochromic juga dapat membantu melindungi matadari radiasi UV dan cahaya biru, baik di dalam maupun di luar ruangan.
Konjungtivitis dapat menyebabkan peradangan pada kornea sehingga berpotensi mengalami masalah penglihatan.
Praktikkan kebersihan yang baik untuk mencegah mata merah. Contohnya:
Baca juga: Benarkah Mata Merah Bisa Jadi Gejala Covid-19?
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.