KOMPAS.com - Katatonia adalah sekelompok gejala yang biasanya melibatkan kurangnya gerakan dan komunikasi, serta mencakup agitasi, kebingungan, dan kegelisahan.
Melansir Web MD, katatonia dianggap sebagai jenis skizofrenia.
Namun, dokter sekarang memahami bahwa penyakit mental lain dan beberapa kondisi yang mengganggu metabolisme tubuh dapat membuat seseorang katatonik.
Baca juga: Gejala Skizofrenia pada Anak, Berbeda dari Orang Dewasa
Sekitar 1 dari 10 orang dengan penyakit mental parah akan mengalami katatonia pada beberapa titik.
Kondisi ini dapat diobati, tapi dapat menyebabkan masalah yang mengancam jiwa.
Katatonia memiliki banyak gejala, yang paling umum dapat termasuk:
Gejala ini umum pada orang dengan katatonia terbelakang.
Gejala lain dapat termasuk:
Gejala khusus untuk katatonia tereksitasi termasuk gerakan yang berlebihan dan tidak biasa.
Beberapa di antaranya:
Baca juga: Skizofrenia Paranoid
Katatonia ganas dapat menyebabkan gejala yang parah, seperti:
Tanda-tanda vital seperti tekanan darah, laju pernapasan, dan detak jantung dapat berfluktuasi. Gejala seperti ini memerlukan perawatan segera.
Gejala katatonia juga mencerminkan kondisi lain, seperti
Sebelum mendiagnosis seseorang dengan katatonia, dokter harus mengenyampingkan kondisi di atas.
Belum ada penyebab pasti dari katatonia. Namun, paling sering terjadi pada seseorang dengan gangguan suasana hati atau psikotik, seperti depresi, bipolar, dan skizofrenia.
Sekitar sepertiga orang katatonik juga memiliki gangguan bipolar.
Baca juga: Gejalanya Mirip, Ini Beda Gangguan Kepribadian Ambang dan Bipolar
Beberapa kondisi fisik dapat menyebabkan katatonia pada orang yang tidak memiliki penyakit mental, termasuk:
Seseorang harus menunjukkan setidaknya dua gejala utama katatonia selama 24 jam sebelum dapat didiagnosis dengan kondisi ini.
Dokter juga akan bertanya terkait riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik.
Beberapa tes yang mungkin dilakukan dokter, yaitu:
Perawatan katatonia umumnya melibatkan satu dari dua kategori: terapi farmasi atau elektrokonvulsif (ECT).
Umumnya, hal pertama yang dilakukan untuk mengobati katatonia adalah obat-obatan. Benzodiazepin menjadi pilihan paling atas.
Baca juga: Mungkinkah Anak-anak Alami Gangguan Bipolar?
Selain itu, obat yang mungkin diberikan dapat berupa relaksan otot atau antidepresan trisiklik (pada beberapa kasus).
Jika tidak ada respon terhadap benzodiazepin, dokter dapat merekomendasikan terapi elektrokonvulsif (ECT).
ECT melibatkan stimulasi listrik singkat melalui otak saat pasien berada di bawah anestesi.
Prosedur ini bertujuan untuk memicu kejang singkat yang dapat menyebabkan perubahan kimia otak.
Pada gejala katatonia ganas, ECT menjadi pilihan pengobatan utama karena dapat mengancam jiwa jika tidak segera diobati.
Dalam beberapa kasus, ahli kesehatan mental atau dokter perlu mengobati katatonia sebelum dapat secara akurat mendiagnosis dan mengatasi kondisi yang mendasarinya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.