Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/01/2022, 21:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang mengakibatkan keluarnya cairan, gatal, dan nyeri.

Penyebabnya dapat berupa perubahan keseimbangan bakteri vagina atau infeksi.

Berkurangnya kadar estrogen setelah menopause dan beberapa kelainan kulit juga dapat menyebabkan vaginitis.

Baca juga: Vaginismus: Gejala, Penyebab, hingga Cara Mengatasinya

Gejala

Beberapa gejala dan tanda yang timbul pada vaginitis, yaitu:

  • perubahan warna, bau, atau jumlah cairan dari vagina
  • vagina terasa gatal atau teriritasi
  • sakit saat berhubungan seks
  • buang air kecil menyakitkan
  • perdarahan vagina ringan atau bercak.

Jika mengalami keputihan, karakteristiknya mungkin dapat menunjukkan jenis vaginitis yang dialami. Contohnya adalah sebagai berikut.

  • Vaginosis bakteri: keputihan mungkin berwarna putih keabu-abuan dan berbau busuk seperti amis yang tercium lebih jelas setelah berhubungan seks.
  • Infeksi ragi: gejala utamanya adalah gatal-gatal serta cairan putih kental
  • Trikomoniasis: infeksi ini dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan, terkadang berbusa.

Penyebab

Vaginosis bakterial (BV) adalah infeksi vagina paling umum yang dapat memengaruhi wanita berusia 15 hingga 44 tahun.

Terdapat banyak hal yang dapat mengubah keseimbangan bakteri, termasuk:

  • minum antibiotik
  • douching
  • menggunakan alat kontrasepsi dalam rahim (IUD)
  • melakukan hubungan seks tanpa pengaman dengan pasangan baru
  • memiliki banyak pasangan seksual.

Baca juga: 6 Tanda Keputihan Bermasalah

Infeksi ragi (kandidiasis) dapat terjadi saat terlalu banyak kandida (ragi) tumbuh dalam vagina. Kandida adalah jamur yang dapat hidup di mana-mana, termasuk tubuh manusia.

Seseorang mungkin dapat memiliki terlalu banyak pertumbuhan di vagina karena:

  • antibiotik
  • kehamilan
  • diabetes, terutama jika tidak terkontrol dengan baik
  • obat kortikosteroid.

Selain itu, trikomoniasis juga dapat menyebabkan vaginitis. Trikomoniasis adalah penyakit seksual menular umum yang disebabkan oleh parasit.

Seseorang dapat mengalami vaginitis jika alergi atau sensitif terhadap produk tertentu yang digunakan, seperti semprot vagina, douche, spermisida, sabun, atau pelembut kain.

Alergi dapat menyebabkan rasa terbakar, gatal, dan keluarnya cairan.

Hal lain yang dapat menyebabkan vaginitis adalah perubahan hormonal. Contohnya, saat sedang hamil, menyusui, atau menopause.

Terkadang seseorang dapat memiliki lebih dari satu penyebab vaginitis secara bersamaan.

Diagnosis

Untuk mengetahui apa yang menyebabkan vaginitis, dokter akan:

  • bertanya terkait pasangan seksual yang dimiliki
  • melihat kulit di sekitar vagina hingga ke area dalam (pemeriksaan panggul).

Baca juga: Gejala Radang Vagina dan Cara Mengobatinya

Pemeriksaan panggul

  • Dokter akan meminta untuk melepas pakaian dalam dan berbaring telentang
  • Dokter atau perawat akan dengan lembut memasukkan alat berbentuk tabung (spekulum) yang halus ke dalam vagina untuk menahannya agar tetap terbuka saat pemeriksaan
  • Dokter akan menggunakan cotton bud (swab) kecil untuk mengambil sampel cairan pada vagina dan memeriksa infeksi.

Perawatan

Perawatan yang perlu dilakukan akan bergantung pada vaginitis yang dialami.

Vaginosis bakterial dapat diobati dengan antibiotik. Obat dapat berupa pil yang harus ditelan atau gel untuk dioles pada vagina.

Gunakan kondom saat berhubungan seks selama menjalani pengobatan atau jangan berhubungan seks sama sekali.

Infeksi ragi dapat diobati dengan krim atau obat yang dimasukkan ke dalam vagina.

Selain itu, pengobatan untuk trikomoniasis biasanya memerlukan antibiotik dosis tunggal. Penderita dan pasangan harus dirawat untuk mencegah penyebaran infeksi ke orang lain.

Apabila vaginitis disebabkan oleh alergi atau sensitif akibat suatu produk, segera berhenti menggunakan produk tersebut.

Lalu, apabila penyebab vaginitis adalah perubahan hormonal, dokter mungkin akan memberikan krim estrogen untuk membantu gejala yang dialami.

Baca juga: 5 Penyebab Vagina Sakit Setelah Berhubungan Seks dan Cara Mengatasinya 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau