KOMPAS.com - Kalsium merupakan mineral yang berfungsi untuk menjaga kesehatan dan kepadatan gigi dan tulang.
Selain itu, kalsium juga diperlukan untuk mendukung kerja sistem saraf, pembekuan darah, serta kontraksi otot.
Kebutuhan kalsium harian setiap orang pun akan berbeda yang disesuaikan berdasar kelompok usia dan jenis kelamin.
Baca juga: 5 Gejala Kelebihan Kalsium yang Perlu Diwaspadai
Melansir Healthline, usia dewasa umumnya disarankan untuk mengonsumsi 1.000 mg kalsium per hari.
Apabila kebutuhan kalsium harian tersebut tidak terpenuhi maka akan meningkatkan risiko untuk mengalami kekurangan kalsium.
Namun, apabila kadar kalsium terlalu tinggi maka kalsium akan menumpuk dan membentuk benjolan pada kulit yang disebut calcinosis cutis.
Benjolan akibat penumpukan kalsium ini dapat muncul di berbagai bagian tubuh, seperti ujung jari, area siku, lutut, serta tulang kering.
Penumpukan kalsium pada kulit dapat terlihat sebagai benjolan keras berwarna putih kekuningan dengan ukuran yang bervariasi.
Calcinosis cutis merupakan kondisi langka yang dapat disebabkan oleh penyakit autoimun, jerawat, penyakit ginjal, dan efek samping obat-obatan tertentu.
Merangkum Very Well Health dan DermNet NZ, gejala calcinosis cutis adalah benjolan keras berwarna putih kekuningan yang muncul pada permukaan kulit.
Permukaan kulit yang kerap menjadi tempat munculnya benjolan adalah ujung jari, area siku, lutut, dan tulang kering.
Benjolan calcinosis cutis berkembang secara bertahap dengan ukuran yang bervariasi dan lebih sering muncul berkelompok pada area yang terkena.
Terkadang, calcinosis cutis menimbulkan rasa gatal dan kemerahan pada kulit. Pada kasus yang parah, benjolan tersebut menyebabkan kematian jaringan atau gangrene.
Baca juga: 8 Penyebab Kelebihan Kalsium dalam Darah yang Perlu Diwaspadai
Calcinosis cutis dapat memengaruhi bagian tubuh mana pun, termasuk wajah, tulang, ginjal, pembuluh darah, bahkan organ reproduksi.
Dirangkum dari situs WebMD dan Healthline, calcinosis cutis memiliki penyebab yang bervariasi karena tergantung pada jenisnya. Berikut penjelasannya:
Kalsifikasi distrofik merupakan kondisi yang paling sering menjadi penyebab dari calcinosis cutis.
Kalsifikasi distrofik terjadi ketika kerusakan jaringan menyebabkan pelepasan protein fosfat yang kemudian mengalami kalsifikasi atau pengapuran.
Kalsifikasi atau pengapuran merupakan akumulasi (penumpukan) kalsium garam pada pembuluh darah, jaringan, maupun organ tubuh.
Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kalsifikasi distrofik:
Baca juga: 5 Komplikasi Kelebihan Kalsium dalam Darah yang Perlu Diwaspadai
Kondisi ini terjadi ketika kadar kalsium dan fosfat di dalam tubuh terlalu tinggi sehingga membentuk endapan kalsium yang berbentuk benjolan pada kulit.
Beberapa kondisi yang menjadi penyebab kalsifikasi metastatik, meliputi:
Kalsifikasi idiopatik berarti bahwa penumpukan kalsium yang dialami pasien, tidak memiliki penyebab yang jelas.
Penumpukan kalsium dapat menyerang seseorang yang tidak menderita penyakit tertentu dan tidak mengalami kerusakan jaringan atau kulit.
Kondisi ini, bahkan dapat terjadi pada seseorang yang dengan kadar kalsium dan fosfor yang normal.
Terdapat tiga bentuk calcinosis cutis yang termasuk ke dalam jenis kalsifikasi idiopatik, yakni:
Baca juga: 9 Makanan yang Mengandung Kalsium Tinggi
Penyebab kalsifikasi iatrogenik adalah efek samping dari obat-obatan atau prosedur medis tertentu, seperti:
Hingga kini, penyebab kalsifilaksis belum diketahui secara pasti. Meskipun sangat jarang terjadi, beberapa kondisi berikut diduga berkaitan dengan kalsifilaksis:
Dikutip dari Very Well Health, diagnosis calcinosis cutis diawali dengan pemeriksaan fisik, terutama pada kulit, dan anamnesis mengenai riwayat kesehatan pasien.
Baca juga: 10 Makanan Kaya Kalsium, Tak Hanya Susu
Selanjutnya, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang berikut guna memastikan diagnosis:
Merangkum MedIndia dan Very Well Health, calcinosis cutis memiliki beragam metode penanganan karena disesuaikan pada penyebab yang mendasarinya.
Berikut beberapa metode penanganan untuk mengatasi calcinosis cutis:
Dokter akan meresepkan obat-obatan yang dapat menghambat penyerapan kalsium oleh tubuh dan mengurangi penumpukan kalsium, seperti:
Baca juga: Waspada, 6 Tanda Tubuh Kekurangan Kalsium
Prosedur operasi mungkin akan dilakukan jika benjolan disertai nyeri hebat dan luka lepuh, terjadi infeksi berulang, atau menyebabkan gangguan fungsi organ.
Meskipun telah dilakukan operasi, luka bekas operasi dapat memicu penumpukan kalsium.
Maka dari itu, dokter akan mengawali prosedur operasi dengan mengangkat sebagian kecil benjolan sebelum mengangkat benjolan secara keseluruhan.
Terdapat beberapa metode terapi yang dapat mengatasi calcinosis cutis, yakni:
Baca juga: 7 Gejala Kekurangan Kalsium yang Perlu Diwaspadai
Dirangkum dari WebMD dan Healthline, calcinosis cutis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Merangkum situs MedIndia dan Healthline, cara mencegah calcinosis cutis adalah dengan menghindari penumpukan kalsium dalam tubuh.
Berikut beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena calcinosis cutis:
Baca juga: 9 Makanan yang Mengandung Kalsium Tinggi
Seseorang yang mengalami psikosis atau emosi yang berubah-ubah, sebaiknya segera melakukan pemeriksaan diri ke dokter.
Psikosis merupakan kondisi kejiwaan yang terjadi ketika penderitanya mengalami kesulitan dalam membedakan kenyataan dan imajinasi.
Psikosis dan emosi yang berubah-ubah dapat menjadi gejala adanya penumpukan kalsium pada otak.
Maka dari itu, penting untuk segera melakukan pemeriksaan diri apabila mengalami kedua kondisi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.