Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/02/2022, 15:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sel darah putih atau leukosit merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk melawan mikroorganisme penyebab infeksi.

Terdapat lima jenis sel darah putih dengan peran yang berbeda saat melawan penyakit dan infeksi, yaitu neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil.

Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, kadar leukosit harus dalam batas normal.

Baca juga: Leukopenia: Penyebab, Gejala, hingga Cara Mengatasinya

Normalnya, kadar sel darah putih dalam tubuh orang dewasa berkisar antara 4.500 hingga 11.000 sel per mikroliter.

Menurut WebMD, bayi yang baru lahir memiliki kadar sel darah putih yang lebih tinggi hingga mencapai 38.000 sel per mikroliter.

Seiring bertambahnya usia, kadar sel darah putih akan menurun hingga sesuai dengan batas normal kadar sel darah putih orang dewasa.

Jika kadar sel darah putih di bawah normal maka kekebalan tubuh akan melemah sehingga tubuh rentan terkena infeksi.

Akan tetapi, kadar sel darah putih atau leukosit dalam darah yang terlalu banyak akan menimbulkan kondisi medis yang disebut leukositosis.

Leukositosis terjadi ketika kadar sel darah putih atau leukosit dalam darah orang dewasa lebih dari 11.000 sel per mikroliter.

Leukositosis dapat disebabkan oleh berbagai kondisi, seperti infeksi, peradangan, alergi, stres berat, gangguan autoimun, hingga leukemia.

Gejala

Merangkum Healthline dan Drugs.com, berikut beberapa gejala dari leukositosis:

  • Demam
  • Tubuh lebih mudah mengalami memar atau perdarahan
  • Sesak napas
  • Kulit gatal-gatal
  • Nafsu makan berkurang
  • Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas
  • Berkeringat pada malam hari
  • Sulit untuk berpikir
  • Penglihatan terganggu
  • Pusing
  • Tubuh merasa lemas dan lelah
  • Nyeri pada lengan, kaki, atau perut.

Baca juga: 5 Fungsi Sel Darah Putih sesuai Jenisnya

Penyebab

Dilansir dari situs Healthline, penyebab leukositosis dapat dikategorikan berdasarkan peningkatan sel darah putih sesuai dengan jenisnya. Berikut penjelasannya:

Neutrofilia

Leukositosis yang terjadi akibat kadar neutrofil dalam darah meningkat. Neutrofil setidaknya berjumlah 40 hingga 60 persen dari total leukosit dalam tubuh.

Neutrofilia menjadi jenis leukositosis yang paling umum terjadi. Kondisi ini dapat disebabkan oleh:

  1. Infeksi
  2. Kebiasaan merokok
  3. Peradangan kronis yang dapat disebabkan oleh cedera dan radang sendi atau arthritis
  4. Leukemia
  5. Stres, baik secara fisik ataupun mental
  6. Menjalani prosedur pengangkatan limpa.

Limfositosis

Leukositosis yang terjadi ketika kadar limfosit dalam darah meningkat. Limfosit setidaknya berjumlah 20 hingga 40 persen dari total sel darah putih dalam tubuh.

Limfositosis termasuk jenis leukositosis yang cukup sering ditemukan. Beberapa kondisi yang menyebabkan kadar limfosit meningkat, meliputi:

  1. Reaksi alergi
  2. Batuk rejan atau pertusis
  3. Leukemia
  4. Infeksi virus.

Baca juga: 17 Penyebab Sel Darah Putih Tinggi, Bisa Tanda Infeksi sampai Kanker

Eosinofilia

Leukositosis yang terjadi akibat kadar eosinofil dalam darah meningkat.

Kondisi ini cukup jarang terjadi karena eosinofil hanya berjumlah sekitar satu hingga empat persen dalam leukosit tubuh.

Beberapa kondisi yang menyebabkan kadar eosinofil meningkat, meliputi:

  1. Reaksi alergi, seperti demam dan asma
  2. Infeksi parasit
  3. Beberapa jenis penyakit kulit
  4. Limfoma atau kanker pada sistem limfatik.

Monositosis

Leukositosis yang terjadi karena kadar monosit dalam darah meningkat. Monosit hanya terdapat sekitar dua hingga delapan persen dari jumlah sel darah putih dalam tubuh.

Berikut beberapa kondisi yang menyebabkan monositosis:

  1. Infeksi virus Epstein-Barr, seperti mononukleosis
  2. Tuberkulosis
  3. Infeksi jamur
  4. Gangguan autoimun, seperti lupus dan kolitis ulseratif
  5. Menjalani prosedur pengangkatan limpa.

Basofilia

Leukositosis yang terjadi akibat kadar basofil dalam darah meningkat. Kondisi ini merupakan jenis leukositosis yang langka karena basofil berjumlah kurang dari satu persen.

Baca juga: Leukoplakia

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan basofilia, meliputi:

  1. Leukemia
  2. Kanker sumsum tulang
  3. Reaksi alergi, meski cukup jarang terjadi.

Faktor risiko

Menurut Very Well Health, terdapat beberapa gangguan sel darah putih yang meningkatkan risiko seseorang mengalami leukositosis, yaitu:

  1. Leukemia, menyebabkan sumsum tulang menghasilkan sel darah putih abnormal dalam jumlah berlebihan
  2. Trombositemia esensial, yaitu kondisi di mana sumsum tulang menghasilkan trombosit
  3. Polisitemia vera, yaitu kondisi yang berkaitan dengan peningkatan kadar eritrosit, basofil, dan trombosit dalam sel darah.

Diagnosis

Dikutip dari Healthline, jika tidak hamil, kadar leukosit dalam tubuh orang dewasa berkisar antara 4.500 hingga 11.000 sel per mikroliter.

Kadar sel darah putih atau leukosit di atas 11.000 dapat menjadi tanda bahwa seseorang mengalami leukositosis.

Jumlah leukosit sebesar 50.000 hingga 100.000 sel per mikroliter merupakan tanda bahwa tubuh mengalami infeksi parah, menolak organ baru, atau kanker.

Sedangkan jumlah leukosit di atas 100.000 dapat menjadi tanda dari leukemia atau kanker darah dan sumsum tulang lainnya.

Baca juga: 7 Gejala Leukimia Pada Anak

Terdapat tiga jenis tes yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis leukositosis, yakni:

  • Hitung darah lengkap

Dokter akan mengambil sampel darah pasien untuk mengetahui kadar dari setiap jenis sel darah putih.

  • Apusan darah atau peripheral blood smear

Pemeriksaan ini dilakukan jika dokter mendeteksi adanya gejala neutrofilia atau limfositosis.

Pada pemeriksaan ini, dokter akan mengoleskan lapisan tipis dari sampel darah pada kaca objek lalu menggunakan mikroskop untuk melihat sel.

  • Biopsi sumsum tulang

Pada pemeriksaan ini dokter akan mengambil sampel sumsum tulang dari bagian tengah tulang dengan jarum panjang untuk diperiksa lebih lanjut menggunakan mikroskop.

Pemeriksaan ini dapat membantu mendeteksi keberadaan sel abnormal atau kelainan pada sumsum tulang.

Perawatan

Melansir dari Healthline, penanganan leukositosis akan disesuaikan dengan kondisi yang mendasarinya. Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

  1. Obat antihistamin, untuk mengatasi reaksi alergi
  2. Obat antibiotik, untuk mengatasi infeksi bakteri
  3. Perawatan kanker, seperti kemoterapi, radioterapi, atau transplantasi sumsum tulang untuk mengatasi leukositosis yang disebabkan oleh leukemia
  4. Obat antiinflamasi, untuk mengatasi peradangan
  5. Mengganti atau menghentikan obat yang menyebabkan leukositosis.

Baca juga: Mengapa Penderita Leukimia Mengalami Gusi Berdarah?

Komplikasi

Dikutip dari laman Medscape, leukositosis dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  • Stroke
  • Perdarahan paru
  • Gagal napas akut
  • Gagal ginjal akibat leukostasis pada pembuluh darah ginjal.

Pencegahan

Menurut Healthline, beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah leukositosis adalah:

  1. Menerapkan gaya hidup sehat, termasuk rutin mencuci tangan dengan air dan sabun guna mencegah infeksi
  2. Menghindari sesuatu yang memicu alergi
  3. Berhenti merokok
  4. Konsumsi obat sesuai dengan anjuran dan resep dari dokter, hindari konsumsi obat secara sembarangan
  5. Kelola stres dengan tindakan positif
  6. Lakukan konsultasi dengan dokter jika mengalami gangguan mental atau kecemasan yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau