Artikel di bawah topik Konten Sensitif ini membutuhkan login ke sistem Kompas.com guna memastikan konten yang sesuai usia pembaca. Jika Anda memenuhi kriteria usia 18 tahun ke atas, silakan lakukan pendaftaran untuk bisa mengakses konten-konten di bawah ini.
KOMPAS.com - Kanker penis adalah kondisi saat sel-sel di penis tumbuh dan membelah secara abnormal. Biasanya, gangguan berawal di sel kulit dan masuk ke dalam.
Kanker ini bersifat jarang, tapi dapat diobati jika ditemukan sejak dini.
Baca juga: Penis Mengerut
Beberapa kanker penis, di antaranya:
Pada umumnya, sebagian besar kanker penis memengaruhi kulit yang menutupi penis (kulup), atau kepala yang juga disebut ujung (kelenjar) penis.
Beberapa gejala umum kanker penis, yaitu:
Gejala lain dapat meliputi:
Baca juga: Penis Bengkak
Tidak diketahui pasti penyebab dari kanker penis. Namun, pria yang tidak disunat lebih mungkin mengembangkan kanker penis.
Hal ini disebabkan pria yang tidak disunat berisiko mengalami kondisi lain yang memengaruhi penis, seperti phimosis dan smegma (zat yang terbentuk saat sel kulit mati, kelembapan, dan minyak terkumpul di bawah kulup).
Kanker juga dapat berkembang saat pria yang tidak disunat gagal membersihkan area di bawah kulup dengan benar.
Beberapa faktor risiko kanker penis lainnya, yaitu:
Diagnosis berawal dari pemeriksaan fisik.
Dokter akan melakukan biopsi atau pengambilan jaringan yang akan diuji di laboratorium untuk menentukan jika terdapat sel kanker.
Tes tambahan dapat termasuk ultrasound serta pemindaian CT dan MRI untuk menentukan jika kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.
Apabila dokter memiliki dugaan bahwa kanker telah menyebar, dokter juga akan melakukan biopsi kelenjar getah bening di area sekitar juga.
Baca juga: Mengenal Gejala dan Cara Mengatasi Infeksi HPV Pada Pria
Apabila kanker masih berada pada tahap awal, perawatan dapat meliputi:
Jika kanker telah berkembang lebih jauh atau mungkin menyebar, dokter mungkin akan melakukan:
Sebagian besar perawatan untuk kanker penis stadium awal tidak memengaruhi kemampuan untuk berhubungan seks. Namun, kemoterapi dan radiasi dapat memengaruhi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.