KOMPAS.com - Kanker usus besar adalah jenis kanker yang dimulai di usus besar, bagian terakhir dari saluran pencernaan.
Kanker usus besar biasanya menyerang orang dewasa yang lebih tua, meskipun dapat terjadi pada usia berapa pun.
Kanker ini biasanya dimulai sebagai gumpalan kecil sel non-kanker (jinak) yang disebut polip di bagian dalam usus besar.
Baca juga: 4 Pola Makan untuk Mencegah Kanker Usus Besar
Seiring waktu beberapa polip ini bisa menjadi kanker usus besar.
Dokter tidak mengetahui apa yang menyebabkan sebagian besar kasus kanker usus besar.
Secara umum, kanker usus besar terjadi ketika sel-sel sehat di usus besar mengalami perubahan (mutasi) dalam DNA mereka.
DNA sel berisi seperangkat instruksi yang memberi tahu sel apa yang harus dilakukan.
Sel-sel sehat tumbuh dan membelah secara teratur untuk menjaga tubuh berfungsi normal.
Tetapi ketika DNA sel rusak dan menjadi kanker, sel-sel terus membelah, bahkan ketika sel-sel baru tidak diperlukan.
Saat sel menumpuk, mereka membentuk tumor.
Seiring waktu, sel-sel kanker dapat tumbuh untuk menyerang dan menghancurkan jaringan normal di dekatnya.
Dan sel kanker dapat melakukan perjalanan ke bagian lain dari tubuh untuk membentuk deposit di sana (metastasis).
Seseorang memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker usus besar jika:
Baca juga: 5 Makanan Penyebab Kanker Usus Besar yang Perlu Diwaspadai
Banyak kasus kanker usus besar tidak menunjukkan gejala.
Jika ada gejala, berikut ini biasanya dapat mengindikasikan kanker usus besar:
Melalui tes skrining, kanker usus besar dapat dideteksi sebelum gejala berkembang.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menekan area perut.
Pemeriksaan fisik jarang menunjukkan adanya masalah, meskipun dokter mungkin merasakan adanya benjolan di perut.
Pemeriksaan dubur dapat mengungkapkan benjolan pada orang dengan kanker dubur, tetapi bukan berarti kanker usus besar.
Tes darah okultisme tinja (FOBT) dapat mendeteksi sejumlah kecil darah dalam tinja.
Tes ini mungkin menunjukkan kanker usus besar.
Sigmoidoskopi atau kolonoskopi akan dilakukan untuk mengevaluasi penyebab darah dalam tinja.
Baca juga: Waspadai, Anemia Bisa Jadi Gejala Awal Kanker Usus Besar
Hanya kolonoskopi penuh yang dapat melihat seluruh usus besar. Tes tersebut adalah tes skrining terbaik untuk kanker usus besar.
Tes darah dapat dilakukan untuk mereka yang didiagnosis menderita kanker kolorektal, termasuk:
Jika didiagnosis menderita kanker kolorektal, tes lebih lanjut akan dilakukan untuk melihat apakah kanker telah menyebar.
Pemindaian CT atau MRI pada perut, area panggul, atau dada dapat digunakan untuk menentukan stadium kanker.
Terkadang, pemindaian PET juga digunakan.
Stadium kanker usus besar adalah:
Tes darah untuk mendeteksi penanda tumor, seperti antigen carcinoembryonic (CEA) dapat membantu dokter mengikuti pasien selama dan setelah perawatan.
Perawatan tergantung pada banyak hal, termasuk stadium kanker.
Baca juga: 13 Penyebab Kanker Usus Besar yang Perlu Diwaspadai
Perawatan umumnya meliputi:
Hubungi dokter segera jika mengalami gejala seperti:
Kemungkinan komplikasi kanker usus besar antara lain:
Kanker usus besar hampir selalu dapat dideteksi dengan kolonoskopi pada tahap paling awal dan paling dapat disembuhkan.
Semua orang dewasa berusia 45 tahun ke atas harus menjalani pemeriksaan kanker usus besar.
Baca juga: 3 Gejala Kanker Usus Besar pada Wanita yang Sering Tak Disadari
Seberapa sering harus melakukan skrining tergantung pada tes yang digunakan.
Skrining kanker usus besar seringkali dapat menemukan polip sebelum menjadi kanker.
Menghapus polip ini dapat mencegah kanker usus besar.
Orang dengan faktor risiko tertentu untuk kanker usus besar mungkin perlu tes lebih awal (sebelum usia 45) atau lebih sering.
Mengubah pola makan dan gaya hidup sangat penting untuk mencegah kanker usus besar.
Penelitian medis menunjukkan bahwa diet rendah lemak dan tinggi serat dapat membantu mengurangi risiko kanker usus besar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.