Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/10/2021, 08:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gigi merupakan salah satu organ penting yang membantu manusia untuk mengunyah dan menghaluskan makanan, serta memperjelas suara saat berbicara.

Menjadi organ tubuh yang cukup penting, menyebabkan kesehatan gigi juga penting untuk selalu dijaga sehingga gigi dapat berfungsi maksimal.

Namun, menjaga kesehatan gigi terkadang bukan hal yang mudah. Terdapat berbagai penyakit yang dapat menyerang gigi akibat kesehatan gigi yang kurang terjaga, salah satunya adalah perikoronitis.

Perikoronitis adalah peradangan atau pembengkakan pada jaringan gusi yang mengelilingi bagian mahkota gigi.

Baca juga: Apakah Covid-19 Memengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut?

Kondisi ini paling sering terjadi pada gigi geraham yang impaksi sebagian atau tidak terlihat sepenuhnya, dan biasanya terjadi pada geraham bawah.

Perikoronitis terbagi menjadi dua kondisi, yaitu:

  1. perikoronitis akut, muncul secara mendadak dan singkat
  2. perikoronitis kronis, dialami dalam waktu lama, bahkan menahun.

Gejala

Merangkum Web MD dan Healthline, gejala perikoronitis disesuaikan dengan kondisi yang dialami, yaitu akut atau kronis.

Gejala perikoronitis akut biasanya berlangsung antara tiga sampai empat hari, di antaranya adalah:

  • nyeri tajam di area gigi geraham yang dapat menyebabkan susah tidur
  • gusi bengkak akibat penumpukan cairan
  • terasai sakit saat menelan
  • keluarnya nanah dari gusi yang terinfeksi
  • trismus atau kesulitan membuka mulut dan rahang
  • demam
  • pembengkakan kelenjar getah bening di bawah dagu
  • kehilangan nafsu makan

Sedangkan, gejala perikoronitis kronis biasanya berlangsung sekitar satu sampai dua hari tetapi terus berulang selama beberapa bulan, di antaranya:

  • nyeri tumpul atau rasa tidak nyaman pada gigi
  • rasa tidak enak di sekitar mulut
  • bau mulut

Baca juga: 8 Penyebab Sakit Gigi yang Sering Terjadi

Penyebab

Melansir Medicine Net, perikoronitis terjadi ketika gigi bungsu tidak memiliki cukup ruang untuk erupsi melalui gusi.

Hal ini mengakibatkan gigi bungsu hanya tumbuh sebagian dan menyebabkan pertumbuhan jaringan lunak di atas gigi bungsu, yang disebut operkulum.

Operkulum dapat menyebabkan bakteri dan sisa makanan terperangkap di ruang antara gigi dan gusi atau gingiva yang tumpang tindih.

Sisa makanan dan bakteri atau plak yang dibiarkan menumpuk dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada gusi, serta iritasi gusi yang menyebabkan perikoronitis.

Jika tidak segera ditangani maka infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak lainnya, seperti pipi dan leher.

Faktor risiko

Mengutip Healthline, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko perikoronitis, yaitu:

  • berusia antara 20 hingga 29 tahun
  • tidak menjaga kesehatan dan kebersihan gigi dan mulut
  • memiliki jaringan gusi berlebih (operkulum) di atas gigi bungsu
  • kelelahan dan stres emosional
  • kehamilan

Diagnosis

Diagnosis perikoronitis didasarkan pada gejala dan penampilan selama evaluasi klinis dengan dokter gigi atau ahli bedah mulut.

Baca juga: 8 Masalah Gigi dan Mulut beserta Cara Mengatasinya

Rontgen gigi secara berkala juga dilakukan untuk menentukan keselarasan gigi bungsu dan mengetahui kemungkinan penyebab nyeri lainnya, seperti kerusakan gigi.

Dokter gigi juga akan mencatat gejala lain, seperti pembengkakan atau infeksi, serta memeriksa adanya lipatan gusi di sekitar gigi bungsu.

Komplikasi

Mengutip Healthline, komplikasi utama dari penyakit ini adalah nyeri dan pembengkakan di sekitar gigi geraham.

Hal ini akan menyebabkan penderita mengalami kesulitan menggigit atau mengalami rahang terkunci, yang disebut dengan trismus.

Meskipun jarang, penderita perikoronitis berisiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwa, yaitu angina Ludwig.

Angina Ludwig terjadi ketika infeksi menyebar hingga ke kepala dan leher. Selain itu, jika infeksi menyebar hingga ke aliran darah maka akan menyebabkan sepsis.

Perawatan

Dikutip dari Web MD, penanganan untuk perikoronitis, di antaranya:

  1. Jika perikoronitis belum menyebar dapat ditangani dengan cara:
    - berkumur dengan air garam hangat
    - berkumur dengan obat kumur yang mengandung chlorhexidine, agar area yang terinfeksi tetap bersih
  2. Mengonsumsi obat pereda nyeri, seperti aspirin, asetaminofen, atau ibuprofen
  3. Penggunaan antibiotik untuk mengobati infeksi, biasanya penisilin
  4. Operasi gigi dan gusi, untuk memperbaiki lipatan gusi, mengangkat operkulum, atau mencabut gigi untuk menghindari kondisi lain
  5. Terapi laser, untuk mengurangi rasa sakit dan peradangan akibat perikoronitis

Baca juga: 7 Obat Gigi Ngilu yang Bisa Dijajal di Rumah

Pencegahan

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan mengalami perikoronitis, di antaranya adalah:

  1. Memastikan kebersihan mulut tetap terjaga, dengan cara:
    - sikat gigi secara rutin dua kali sehari
    - gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride atau baking soda
    - gunakan sikat gigi berbulu lembut untuk mencegah iritasi
    - rutin mengganti sikat gigi setiap tiga sampai empat bulan
    - lakukan flossing setidaknya sekali dalam sehari
    - berkumur dengan obat kumur antiseptik yang mengandung cetylpyridinium, chlorhexidine, atau fluoride untuk mencegah plak
  2. Lakukan pemeriksaan gigi rutin setiap enam bulan sekali
  3. Lakukan pencabutan gigi molar tiga atau gigi bungsu pada waktu masih muda, yaitu di bawah usia 25 atau 26 tahun
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com