KOMPAS.com - Kerongkongan adalah salah satu organ dalam sistem pencernaan manusia.
Kerongkongan merupakan organ berbentuk pipa yang berfungsi untuk menyalurkan makanan dan minuman yang ditelan dari mulut ke dalam lambung.
Di dalam kerongkongan, terdapat otot-otot khusus menyerupai katup yang disebut lower esophageal sphincter (LES).
Baca juga: Asam Lambung Naik Bisa Sebabkan Kanker Kerongkongan, Kenapa Begitu?
Otot yang berada di bagian bawah kerongkongan ini berfungsi untuk mendorong makanan atau minuman masuk lebih dalam menuju perut.
Katup ini juga memastikan agar makanan atau minuman yang sudah mencapai lambung tidak kembali naik ke kerongkongan atau mulut.
Normalnya, saat seseorang menelan makanan atau minuman, LES akan berkontraksi agar makanan atau minuman dapat masuk lebih dalam menuju perut.
Kemudian, cincin otot di ujung kerongkongan, yang disebut sfingter esofagus, akan merenggang sehingga makanan atau minuman dapat masuk ke dalam lambung.
Otot sfingter ini bertugas untuk membuka dan menutup kerongkongan sesuai kebutuhan.
Namun, terdapat suatu kelainan yang menyebabkan LES dan sfingter esofagus bermasalah dan tidak dapat melakukan tugas sesuai seharusnya.
Kelainan pada sistem pencernaan ini disebut dengan achalasia atau akalasia, yaitu kelainan langka pada kerongkongan.
Akalasia menyebabkan makanan atau minuman sulit untuk masuk ke perut (lambung) karena sfingter esofagus tidak bekerja dengan sempurna.
Sfingter esofagus tidak membuka saat terjadi proses menelan dan LES menjadi kaku ketika makanan dan minuman menuju ke lambung.
Inilah yang menyebabkan makanan atau minuman sulit untuk masuk ke perut dan menumpuk di bagian bawah kerongkongan, bahkan dapat kembali naik ke bagian atas kerongkongan.
Dirangkum dari Cedars-Sinai dan WebMD, akalasia ditandai dengan beberapa gejala berikut:
Baca juga: Kanker Esofagus (Kerongkongan): Gejala, Penyebab, dan Cara Mengobati
Mengutip WebMD, tidak diketahui secara pasti apa yang menyebabkan akalasia, tetapi kondisi ini diduga terjadi karena beberapa kondisi berikut:
Merangkum National Organization for Rare Disorders dan Cedars-Sinai, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami akalasia, seperti:
Baca juga: 12 Gejala Radang Kerongkongan (Esofagitis) yang Perlu Diwaspadai
Dikutip dari National Health Service, terdapat beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis akalasia, yaitu:
Melansir Mayo Clinic, penanganan akalasia bertujuan untuk relaksasi atau melemaskan otot LES sehingga mempermudah makanan dan minuman masuk ke lambung.
Berikut metode penanganan untuk mengobati akalasia:
Baca juga: 5 Penyebab Radang Kerongkongan (Esofagitis) yang Perlu Diwaspadai
Berikut beberapa prosedur nonbedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia:
Beberapa prosedur bedah yang dapat dilakukan untuk mengatasi akalasia, antara lain:
Baca juga: 9 Cara Mencegah Asam Lambung Naik ke Kerongkongan
Dikutip dari Cedars-Sinai, jika tidak ditangani dengan baik, akalasia dapat mengakibatkan beberapa komplikasi berikut:
Melansir Cedars-Sinai, tidak ada cara efektif untuk mencegah akalasia karena belum diketahui secara pasti penyebab akalasia.
Akan tetapi, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperburuk gejala akalasia, yaitu:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.