Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/11/2021, 15:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sindrom kepala meledak adalah kondisi saat seseorang mendengar suara keras tepat sebelum tertidur atau sedang menuju bangun.

Suara yang dimaksud digambarkan sebagai kembang api, ledakan bom, atau tabrakan keras.

Hanya penderita yang bisa mendengar suara ini dan kondisi ini tidak bersifat menyakitkan.

Baca juga: Gangguan Tidur

Tidak diketahui penyebab pastinya. Namun, sindrom ini termasuk ke dalam kelompok parasomnia.

Parasomnia adalah gangguan tidur yang membangunkan seseorang saat setengah terlelap atau pulas.

Mimpi buruk, teror malam, dan berjalan saat tidur merupakan contoh lain dari parasomnia.

Gejala

Penderita sindrom ini dapat menggambarkan suara ledakan seperti tabrakan atau tembakan saat mereka perlahan terlelap pulas.

Selain itu, penderita juga mungkin dapat melihat kilatan cahaya dan kejang otot yang menyertai suara-suara tersebut.

Meskipun tidak nyata, suara dan kilat cahaya dapat menimbulkan rasa resah dan kepanikan pada penderitanya.

Gangguan ini dapat hadir sekali hingga beberapa kali pada malam hari, tapi biasanya berhenti saat penderitanya benar-benar terjaga.

Melansir Medical News Today, studi 2019 menemukan bahwa 3,89 persen dan 6,54 persen orang dengan sindrom kepala meledak memiliki setidaknya satu episode gangguan per bulan.

Gejala lain yang dapat timbul, meliputi:

  • peningkatan denyut jantung
  • rasa takut dan tertekan
  • otot berkedut
  • kelelahan pada siang hari
  • gangguan memori ringan.

Baca juga: Stres Kerja dan Gangguan Tidur Tingkatkan Risiko Kematian

Penyebab

Beberapa hal yang diduga menyebabkan sindrom kepala meledak, antara lain:

  • kejang kecil pada lobus temporal otak
  • pergeseran tiba-tiba di bagian tengah telinga
  • stres atau kecemasan.

Suara yang timbul juga bisa jadi bukan disebabkan oleh sindrom kepala meledak, melainkan:

  • gangguan tidur lain
  • efek samping obat
  • kondisi medis atau kesehatan mental
  • penyalahgunaan narkoba atau alkohol.

Diagnosis

Seseorang yang merasa memiliki sindrom kepala meledak mungkin akan dirujuk dokter kepada spesialis tidur.

Spesialis tidur akan meminta pasien untuk membuat catatan harian terkait kebiasaan tidur, seperti gejala yang muncul.

Selain itu, juga melacak kebiasaan diet dan keadaan emosional pasien setiap malam selama beberapa minggu.

Pemeriksaan lain juga mungkin dapat meliputi tes polisomnografi atau elektroensefalogram.

Baca juga: Sulit Tidur Nyenyak, Waspadai 5 Jenis Gangguan Tidur Ini

Perawatan

Belum ada standar penanganan yang pasti untuk menangani sindrom kepala meledak. Dokter mungkin akan menganjurkan konseling atau terapi bicara jika stres atau kecemasan menjadi salah satu faktor penyebab.

Penanganan lain juga dapat meliputi obat-obatan, seperti:

  • antidepresan trisiklik
  • obat anticemas
  • antikonvulsan
  • penghambat kalsium.

Cara lain yang dapat dilakukan:

  • memperbaiki pola tidur
  • rileks dan meditasi
  • menangani stres.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau