KOMPAS.com - Koarktasio aorta adalah penyempitan lokal lumen aorta yang mengakibatkan hipertensi ekstremitas atas, hipertrofi ventrikel kiri, dan malperfusi organ abdomen serta ekstremitas bawah.
Jika tidak diobati, koarktasio dapat menimbulkan komplikasi akibat tekanan darah tinggi jangka panjang yang disebabkan oleh koarktasio.
Beberapa komplikasi paling parah termasuk stroke, penyakit arteri koroner onset dini, dan aneurisma otak atau ruptur aorta.
Baca juga: 4 Faktor Risiko Penyakit Jantung
Jika koarktasio parah dan tetap tidak diobati untuk waktu yang lama, gagal ginjal dan hati dapat berkembang.
Meskipun demikian, terdapat banyak kasus ketika koarktasio tidak terdiagnosis hingga tekanan darah diperiksa saat usia dewasa.
Melansir Cleveland Clinic, lebih dari separuh orang dengan koarktasio aorta juga memiliki kelainan katup jantung bawaan (katup aorta bikuspid).
Seiring waktu, kondisi katup biasanya memburuk dan mungkin memerlukan perbaikan atau penggantian katup bedah.
Orang dengan penyakit katup juga berisiko mengalami aneurisma aorta (melemahnya dinding aorta hingga menonjol dan berisiko pecah).
Koarktasio aorta pada bayi dapat menimbulkan gejala yang bervariasi pada tingkat keparahan penyempitan aorta.
Kebanyakan bayi yang baru lahir tidak menunjukkan gejala. Namun, terdapat kemungkinan mengalami kesulitan bernapas dan makan.
Gejala lainnya:
Baca juga: Diseksi Aorta
Dalam kasus ringan, anak-anak mungkin tidak akan bergejala hingga penyakit berkembang nantinya.
Gejala yang dapat timbul mencakup:
Koarktasio aorta dapat disebabkan oleh adanya perluasan jaringan ekstra duktus ke aorta di sekitar sehingga mengakibatkan penyempitan aorta saat jaringan duktus berkontraksi.
Pada bayi dengan kondisi ini, lengkung aorta juga mungkin lebih kecil (hipoplastik).
Koarktasio dapat terjadi dengan cacat jantung lainnya, biasanya melibatkan sisi kiri jantung.
Cacat yang paling sering terlihat dengan koarktasio adalah katup aorta bikuspid dan kerusakan septum ventrikel.
Selain itu, koarktasio juga dapat dilihat sebagai bagian dari kerusakan ventrikel tunggal yang lebih kompleks.
Baca juga: Regurgitasi Aorta
Koarktasio aorta biasanya terjadi di antara tempat pembuluh darah bercabang dari aorta ke tubuh bagian atas dan tempat pembuluh darah bercabang ke tubuh bagian bawah.
Akibat posisi ini, koarktasio aorta menyebabkan tekanan darah tinggi di lengan dan tubuh bagian atas, serta tekanan darah rendah di tubuh bagian bawah dan kaki.
Perbedaan tekanan darah tinggi ini merupakan salah satu faktor diagnostik yang paling membedakan untuk koarktasio aorta.
Gambaran klinis lain yang membedakan juga meliputi perbedaan denyut nadi di selangkangan dan leher, sert murmur jantung khas yang dapat didengar melalui stetoskop.
Beberapa jenis tes yang dapat membantu dokter membuat diagnosis, yaitu:
Penanganan terhadap koarktasio aorta harus dilakukan secara individual.
Pada anak-anak tanpa gejala, pilihan penanganan dapat terdiri dari pembedahan atau penggunaan balon angioplasti pada kateterisasi jantung.
Prosedur ini biasanya direkomendasikan pada usia 18-24 bulan.
Baca juga: Insufisiensi Aorta
Pada bayi baru lahir atau bayi yang juga turut mengalami gagal jantung kongestif, perawatan juga melibatkan obat-obatan untuk membuat kondisi stabil.
Pengobatan tersebut termasuk agen yang dapat meningkatkan kekuatan detak jantung—agen inotropik dan pengobatan untuk menghilangkan cairan tubuh berlebih (diuretik).
Jika bayi berusia kurang dari dua minggu, bayi akan menerima obat untuk membuka duktus arteriosus, prostaglandin E1.
Sementara itu, bayi yang paling kritis akan memerlukan penggunaan ventilator untuk membantu bayi bernapas.
Setelah stabil, bayi dengan koarktasio dan gagal jantung kongestif memerlukan perbaikan bedah.
Perbaikan bedah melibatkan pengangkatan segmen aorta yang menyempit dan menyambungkan ujung-ujungnya kembali secara langsung.
Dalam kasus yang lebih jarang, beberapa anak memerlukan sepotong bahan buatan untuk memperbesar atau memotong area yang menyempit.
Pada kateterisasi jantung, digunakan balon angioplasti untuk meregangkan aorta.
Orang dewasa yang menerima pengobatan di masa kanak-kanak mungkin memerlukan operasi tambahan di kemudian hari untuk mengobati terulangnya koarktasio aorta.
Perbaikan tambahan pada area dinding aorta yang lemah dapat diperlukan.
Jika tidak diobati, orang dengan kondisi ini umumnya meninggal pada usia 30 hingga 40-an karena gagal jantung, ruptur aorta, stroke, atau kondisi lainnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.