Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/02/2022, 09:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Penyakit Whipple adalah infeksi bakteri langka yang paling sering menyerang persendian dan sistem pencernaan.

Penyakit Whipple mengganggu pencernaan normal dengan mengganggu pemecahan makanan dan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap nutrisi, seperti lemak dan karbohidrat.

Penyakit Whipple juga dapat menginfeksi organ lain, seperti otak, jantung, dan mata.

Baca juga: Kanker Usus Halus

Penyebab

Bakteri Tropheryma whipplei merupakan penyebab utama penyakit Whipple. Bakteri ini dapat ditemukan di mana-mana, tetapi infeksinya sangat jarang.

Para ahli masih tidak tahu mengapa beberapa orang bisa terinfeksi sementara yang lain tidak.

Para ilmuwan telah menemukan bakteri ini dalam air liur dan tinja orang yang tidak menderita penyakit Whipple.

Orang-orang ini lebih cenderung memiliki protein yang disebut human leukocyte antigen B27 (HLA-B27).

Jika orang-orang ini bersentuhan dengan bakteri Tropheryma whipplei, mereka lebih berisiko terkena penyakit Whipple.

Orang dengan penyakit Whipple sering memiliki masalah sistem kekebalan. Masalah-masalah ini membuat tubuh lebih sulit melawan infeksi.

Gejala

Gejala biasanya mulai secara perlahan. Nyeri sendi adalah gejala awal yang paling umum.

Gejala infeksi gastrointestinal (GI) sering terjadi beberapa tahun kemudian.

Gejala lain meliputi:

  • Sakit perut
  • Diare
  • Demam
  • Menggelapkan kulit di area tubuh yang terpapar cahaya
  • Nyeri sendi di pergelangan kaki, lutut, siku, jari, atau area lainnya
  • Hilang ingatan
  • Perubahan mental
  • Penurunan berat badan.

Baca juga: Infeksi Bakteri

Diagnosis

Penyedia layanan kesehatan akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan:

  • Pembesaran kelenjar getah bening
  • Bising jantung
  • Pembengkakan pada jaringan tubuh (edema).

Setelah pemeriksaan fisik, tes untuk mendiagnosis penyakit Whipple antara lain:

  • Hitung darah lengkap (CBC)
  • Tes reaksi berantai polimerase (PCR) untuk memeriksa bakteri yang menyebabkan penyakit
  • Biopsi usus kecil
  • Endoskopi GI bagian atas.

Penyakit ini juga dapat dilihat menggunakan tes berikut:

  • Kadar albumin dalam darah
  • Lemak yang tidak terserap dalam tinja (lemak tinja)
  • Penyerapan usus dari jenis gula (penyerapan d-xylose).

Perawatan

Penyakit Whipple diobati dengan minum antibiotik jangka panjang untuk menyembuhkan infeksi otak dan sistem saraf pusat.

Antibiotik ceftriaxone juga bisa diberikan melalui vena (IV).

Antibiotik tersebut diikuti oleh antibiotik lain, seperti trimetoprim-sulfametoksazol yang diminum selama satu tahun.

Baca juga: Mengenal Perbedaan Infeksi Virus dan Bakteri

Jika gejala kembali selama penggunaan antibiotik, obat-obatan dapat diganti. Dokter harus mengikuti kemajuan kondisi dengan cermat.

Gejala penyakit dapat kembali setelah menyelesaikan perawatan.

Pasien yang tetap kekurangan gizi juga perlu mengonsumsi suplemen makanan.

Hubungi dokter segera jika mengalami:

  • Sakit sendi yang tidak kunjung hilang
  • Sakit perut
  • Diare.

Jika sedang menjalani pengobatan karena penyakit Whipple, hubungi dokter jika:

  • Gejala memburuk atau tidak membaik
  • Gejala muncul kembali
  • Gejala baru berkembang.

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi penyakit Whipple ialah:

  • Kerusakan otak
  • Kerusakan katup jantung (dari endokarditis)
  • Kekurangan gizi
  • Gejala kembali (yang mungkin karena resistensi obat)
  • Penurunan berat badan.

Baca juga: Awas, Kamar Mandi Bisa Jadi Sarang Bakteri Jika Jarang Dibersihkan

Pencegahan

Salah satu cara untuk mencegah penyakit Whipple ialah dengan mengenakan sarung tangan saat bekerja di tanah luar dan sumber air.

Selain itu, kenakan masker untuk situasi khusus misalnya saat membersihkan selokan.

Jangan lupa untuk cuci tangan dengan bersih setelah bekerja di tanah, lumpur atau air kotor.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com