KOMPAS.com - Kesadaran adalah kewaspadaan atau kesiagaan yang terus menerus dan responsif terhadap rangsangan, baik sentuhan, cahaya, atau suara.
Hal ini menandakan bahwa seseorang menyadari seluruh tanggapan dari pancaindra dan dapat bereaksi secara optimal terhadap seluruh rangsangan, baik dari luar maupun dalam tubuh.
Dalam keseharian, tingkat kesadaran seseorang dapat berubah-ubah, dari konsentrasi penuh menjadi kurang konsentrasi lalu kembali pada konsentrasi penuh.
Baca juga: Terlihat Sepele, Kebanyakan Main Game Bisa Bikin Anak Pingsan
Normalnya, seseorang dapat mengendalikan tingkat kesadaran. Itu artinya ketika seseorang mengalami penurunan kesadaran secara tiba-tiba adalah kondisi kesehatan yang serius.
Penurunan kesadaran akan berhubungan dengan kondisi otak. Itu karena otak merupakan organ yang paling berperan untuk menjaga kesadaran.
Banyak zat yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat memengaruhi kesehatan otak. Zat-zat tersebut dapat membantu mempertahankan dan menurunkan kesadaran.
Contoh zat yang sering digunakan untuk meningkatkan kesadaran adalah kafein, yang sering ditemukan pada kopi, soda, dan cokelat.
Namun, di sisi lain terdapat zat yang membuat manusia mengalami penurunan kesadaran, misalnya obat antinyeri dan obat penenang yang membuat manusia mengantuk.
Selain karena asupan atau zat-zat tertentu, terdapat pula penyakit yang merusak sel-sel otak manusia dan menyebabkan gangguan kesadaran.
Melansir Healthline, terdapat beberapa jenis penurunan kesadaran berdasarkan tingkat keparahannya, di antaranya:
Baca juga: 4 Penyebab Pingsan yang Perlu Diwaspadai
Mengutip Medline Plus, terdapat berbagai kondisi atau masalah kesehatan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
Berikut beberapa penyebab umum, di antaranya:
Gangguan atau cedera otak juga dapat menyebabkan penurunan kesadaran, seperti:
Baca juga: Kenapa Orang Bisa Pingsan?
Cedera atau kecelakaan yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, di antaranya:
Masalah jantung atau pernapasan juga dapat menyebabkan penurunan kesadaran, seperti:
Selain dikarenakan penyakit pada organ tubuh, penurunan kesadaran juga dapat disebabkan oleh racun dan obat-obatan tertentu, seperti:
Gejala penurunan kesadaran dapat bervariasi. Beberapa penderita menjadi pendiam dan menarik diri, sementara yang lain mungkin merasa gugup.
Baca juga: 5 Cara Menangani Orang Pingsan
Berikut beberapa gejala ketika seseorang mengalami penurunan kesadaran, di antaranya:
Dilansir dari Healthline, diagnosis dan penanganan penurunan kesadaran diawali dengan melihat riwayat medis lengkap dan pemeriksaan fisik, termasuk neurologis.
Selain riwayat medis dan pemeriksaan fisik, terdapat beberapa tes yang dilakukan untuk mendiagnosis penyebab penurunan kesehatan, yaitu:
Baca juga: Pingsan
Baca juga: Sering Susah Tidur di Tempat Baru? Begini Penjelasan ilmiahnya
Pengobatan penderita yang mengalami penurunan kesadaran disesuaikan dengan penyebab atau penyakit yang memicunya.
Misalnya, jika penurunan kesadaran akibat efek obat maka dokter akan memberikan obat lain yang lebih sesuai dengan kondisi pasien.
Selain itu, jika penurunan kesadaran akibat pendarahan otak maka dokter segera melakukan perawatan medis darurat, bahkan pembedahan.
Sedangkan bagi penderita Alzheimer, masih belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini, tetapi dokter berusaha untuk meredakan gejala.
DIkutip dari Healthline, komplikasi akibat penurunan kesadaran dalam jangka waktu yang lama adalah koma dan kerusakan otak.
Selain itu, komplikasi penurunan kesadaran juga disesuaikan dengan penyebabnya. Misalnya, pada penderita aritmia jika tidak ditangani dapat memicu stroke dan gagal jantung.
Umumnya, penurunan kesadaran terjadi secara mendadak sehingga sulit untuk dihindari atau mencegahnya.
Melansir Web MD, mencegah penurunan kesadaran juga disesuaikan dengan penyebab atau penyakit yang memicunya.
Baca juga: Alami 12 Kondisi Tidur Ini? Sebaiknya Konsultasikan dengan Dokter
Namun, bagi penderita yang pernah mengalami penurunan kesadaran, mungkin dapat melakukan beberapa cara pencegahan berikut:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.