Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 22/09/2021, 09:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kejang demam terjadi akibat demam atau suhu tubuh yang meningkat pesat hingga mencapai 39 derajat celcius.

Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak antara usia 6 bulan sampai 5 tahun.

Pada umumnya, kejang demam akan berlangsung selama beberapa menit dan tidak menjadi pertanda bahaya atau masalah kesehatan lainnya yang serius.

Baca juga: Mitos atau Fakta, Makin Tinggi Suhu Demam Risiko Kejang Kian Besar?

Gejala

Ketika mengalami kejang demam, tubuh anak dapat berguncang atau gemetar di seluruh tubuh, serta kehilangan kesadaran.

Melansir Healthline, gejala kejang demam dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan tingkat keparahannya, seperti:

Kejang demam sederhana

Sebagian besar kasus kejang demam yang sederhana akan berlangsung kurang dari 2 sampai 15 menit yang dapat terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam.

  • Hilang kesadaran
  • Gemetar atau kejang di seluruh anggota tubuh
  • Kebingungan atau kelelahan setelah kejang
  • Tidak terdapat kelemahan lengan atau kaki

Kejang demam kompleks

Kejang demam yang kompleks akan berlangsung 15-30 menit yang juga dapat terjadi lebih dari satu kali dalam 24 jam.

  • Hilang kesadaran
  • Gemetar atau kejang di seluruh anggota tubuh
  • Kelemahan sementara pada satu sisi lengan atau kaki

Baca juga: Jangan Keliru, Ini Beda Kejang dan Epilepsi

Kejang demam berulang

Kondisi ini terjadi ketika kejang demam sederhana atau kompleks terjadi berulang kali yang umumnya dialami oleh anak di bawah usia 15 bulan.

  • Suhu tubuh saat kejang pertama lebih rendah
  • Kembali mengalami kejang berikutnya dalam waktu satu tahun
  • Anak sering mengalami demam

Diagnosis

Segera periksakan ke dokter jika anak Anda mengalami kejang demam pertama walaupun hanya berlangsung dalam waktu yang singkat.

Namun, mengutip Mayo Clinic, segera hubungi bantuan medis darurat jika kejang berlangsung lebih dari lima menit atau disertai dengan gejala sebagai berikut:

  • Muntah
  • Leher kaku
  • Masalah pernapasan
  • Mengantuk yang ekstrem

Pada dasarnya, kejang demam yang terjadi pada anak merupakan kondisi umum dalam masa pertumbuhan anak.

Umumnya, dokter akan meninjau riwayat kesehatan dan riwayat perkembangan anak untuk mengecualikan faktor risiko epilepsi.

Berdasarkan Mayo Clinic, berikut beberapa jenis pemeriksaan untuk melakukan diagnosis kejang demam anak Anda berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:

Baca juga: 20 Penyebab Kejang dan Pertolongan Pertama untuk Penderita

Diagnosis kejang demam sederhana

Pada anak-anak yang tertunda menerima vaksinasi atau memiliki sistem kekebalan yang terganggu, dokter akan melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi infeksi.

  • Tes darah
  • Tes urin
  • Pemeriksaan tulang belakang

Diagnosis kejang demam kompleks

  • Electroencephalogram (EEG) untuk mengukur aktivitas otak
  • MRI untuk memeriksa otak jika anak memiliki ukuran kepala yang besar, evaluasi neurologis abnormal, atau mengalami kejang demam yang berlangsung lama

Penyebab

Penyebab terjadinya kejang demam belum diketahui dengan pasti. Namun, kejang demam umumnya terjadi ketika anak Anda sedang sakit.

Selain itu, dilansir dari Healtline, berikut beberapa faktor yang dapat menyebabkan kejang demam, yaitu:

  • Setelah imunisasi
    Pada beberapa anak, pemberian imunisasi dapat menyebabkan demam tinggi dalam waktu 8 sampai14 hari yang dapat memicu kejang demam.
  • Infeksi
    Anak dapat mengalami kejang demam akibat infeksi virus atau infeksi bakteri.

Faktor risiko

Menurut Healthine, seorang anak dapat mengalami risiko kejang demam yang lebih tinggi jika memiliki faktor-faktor sebagai berikut:

Baca juga: Kejang pada Anak: Penyebab, Pertolongan Pertama, Kapan Perlu Waspada

  • Usia muda, sebagian besar kejang demam terjadi pada anak-anak antara usia 6 bulan dan 5 tahun, dengan risiko terbesar pada usia 12-18 bulan.
  • Riwayat keluarga, beberapa anak mewarisi kecenderungan keluarga untuk mengalami kejang disertai demam.

Komplikasi

Dilansir dari Mayo Clinic, salah satu komplikasi dari kejang demam adalah kemungkinan mengalami kejang demam kembali di kemudian hari. Risiko tersebut akan lebih besar jika:

  • Jeda waktu antara awal demam dengan munculnya kejang cukup singkat
  • Kejang demam pertama kali terjadi dengan suhu yang tidak terlalu tinggi
  • Usia anak di bawah 18 bulan ketika mengalami kejang demam pertama

Selain itu, pada kasus yang sangat jarang terjadi, kejang demam dapat meningkatkan risiko terjadinya epilepsi dan kelainan otak.

Perawatan

Pada banyak kasus, kejang demam akan berhenti sendirinya dalam beberapa menit.

Namun, mengutip Healthline, untuk melindungi anak dari cedera selama mengalami kejang, Anda dapat mengikuti langkah-langkah berikut:

  • Baringkan anak Anda pada permukaan yang datar dan lembut di lantai untuk mengurangi risiko cedera akibat jatuh
  • Miringkan posisi tubuh anak agar muntah, air lur, atau lidah menyumbat saluran pernapasan
  • Jangan menahan tubuh atau mengganggu gerakan anak
  • Singkirkan benda keras atau tajam dari anak Anda
  • Longgarkan pakaian yang terlalu ketat
  • Hindari memasukkan apapun ke dalam mulut anak untuk mencegah tergigitnya lidah
  • Hitung durasi terjadinya kejang demam
  • Perhatikan tingkah laku anak selama kejang terjadi untuk dikonsultasikan dengan dokter

Baca juga: 9 Ciri Terlalu Banyak Minum Air Putih, Timbulkan Mual Hingga Kejang

Kejang demam memang merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan umum terjadi pada anak tanpa menimbulkan komplikasi.

Namun, akan lebih baik bagi anak Anda untuk melakukan konsultasi dan pemeriksaan ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut, terutama jika anak mengalami gejala kejang demam kompleks.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau