KOMPAS.com - Gigi merupakan salah satu organ penting yang membantu manusia untuk mengunyah dan menghaluskan makanan, serta memperjelas suara saat berbicara.
Menjadi organ tubuh yang cukup penting, menyebabkan kesehatan gigi juga penting untuk selalu dijaga sehingga gigi dapat berfungsi maksimal.
Namun, menjaga kesehatan gigi terkadang bukan hal yang mudah. Terdapat berbagai penyakit yang dapat menyerang gigi akibat kesehatan gigi yang kurang terjaga, salah satunya adalah perikoronitis.
Perikoronitis adalah peradangan atau pembengkakan pada jaringan gusi yang mengelilingi bagian mahkota gigi.
Baca juga: Apakah Covid-19 Memengaruhi Kesehatan Gigi dan Mulut?
Kondisi ini paling sering terjadi pada gigi geraham yang impaksi sebagian atau tidak terlihat sepenuhnya, dan biasanya terjadi pada geraham bawah.
Perikoronitis terbagi menjadi dua kondisi, yaitu:
Merangkum Web MD dan Healthline, gejala perikoronitis disesuaikan dengan kondisi yang dialami, yaitu akut atau kronis.
Gejala perikoronitis akut biasanya berlangsung antara tiga sampai empat hari, di antaranya adalah:
Sedangkan, gejala perikoronitis kronis biasanya berlangsung sekitar satu sampai dua hari tetapi terus berulang selama beberapa bulan, di antaranya:
Baca juga: 8 Penyebab Sakit Gigi yang Sering Terjadi
Melansir Medicine Net, perikoronitis terjadi ketika gigi bungsu tidak memiliki cukup ruang untuk erupsi melalui gusi.
Hal ini mengakibatkan gigi bungsu hanya tumbuh sebagian dan menyebabkan pertumbuhan jaringan lunak di atas gigi bungsu, yang disebut operkulum.
Operkulum dapat menyebabkan bakteri dan sisa makanan terperangkap di ruang antara gigi dan gusi atau gingiva yang tumpang tindih.
Sisa makanan dan bakteri atau plak yang dibiarkan menumpuk dapat menyebabkan infeksi dan peradangan pada gusi, serta iritasi gusi yang menyebabkan perikoronitis.
Jika tidak segera ditangani maka infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak lainnya, seperti pipi dan leher.
Mengutip Healthline, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko perikoronitis, yaitu:
Diagnosis perikoronitis didasarkan pada gejala dan penampilan selama evaluasi klinis dengan dokter gigi atau ahli bedah mulut.
Baca juga: 8 Masalah Gigi dan Mulut beserta Cara Mengatasinya
Rontgen gigi secara berkala juga dilakukan untuk menentukan keselarasan gigi bungsu dan mengetahui kemungkinan penyebab nyeri lainnya, seperti kerusakan gigi.
Dokter gigi juga akan mencatat gejala lain, seperti pembengkakan atau infeksi, serta memeriksa adanya lipatan gusi di sekitar gigi bungsu.
Mengutip Healthline, komplikasi utama dari penyakit ini adalah nyeri dan pembengkakan di sekitar gigi geraham.
Hal ini akan menyebabkan penderita mengalami kesulitan menggigit atau mengalami rahang terkunci, yang disebut dengan trismus.
Meskipun jarang, penderita perikoronitis berisiko mengalami komplikasi yang dapat mengancam jiwa, yaitu angina Ludwig.
Angina Ludwig terjadi ketika infeksi menyebar hingga ke kepala dan leher. Selain itu, jika infeksi menyebar hingga ke aliran darah maka akan menyebabkan sepsis.
Dikutip dari Web MD, penanganan untuk perikoronitis, di antaranya:
Baca juga: 7 Obat Gigi Ngilu yang Bisa Dijajal di Rumah
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan mengalami perikoronitis, di antaranya adalah:
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.