Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/11/2021, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Infeksi bakteri dapat menular melalui makanan atau minuman dan menyebabkan penyakit ketika mengonsumsinya.

Salah satu infeksi bakteri yang kerap ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi, menyebabkan penyakit demam tifoid.

Demam tifoid atau tipes merupakan penyakit akut yang akibat infeksi bakteri Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi.

Baca juga: Pentingnya Vaksin Tifoid untuk Anak dan Orang Dewasa yang Gemar Makan

Penyakit ini dapat menular dengan cepat melalui makanan, minuman, atau air yang terkontaminasi urine atau feses dari bakteri penyebab demam tifoid.

Demam tifoid dapat menyebar ke seluruh tubuh dan memengaruhi banyak organ.

Tanpa penanganan yang cepat dan tepat, tipes dapat menimbulkan komplikasi serius hingga mengancam nyawa.

Gejala

Dirangkum dari Cleveland Clinic dan Mayo Clinic, gejala demam tifoid, di antaranya:

  • Demam yang setiap harinya semakin tinggi, hingga mencapai 39 sampai 40 derajat Celsius
  • Tubuh merasa pegal, lemah, dan lelah
  • Sakit perut
  • Sakit kepala
  • Batuk kering
  • Nyeri otot
  • Nafsu makan menurun
  • Penurunan berat badan
  • Diare atau sembelit
  • Muncul ruam atau bintik-bintik merah pada kulit.

Jika tidak ditangani, tipes dapat menimbulkan beberapa gejala berikut:

  • Penurunan tingkat kesadaran, seperti mengigau, tampak gelisah, linglung, dan halusinasi
  • Sakit perut hebat akibat komplikasi perforasi usus
  • Muntah, mual, atau feses berwarna hitam akibat terjadi perdarahan pada saluran cerna.

Baca juga: Dapat Menular Lewat Makanan, Apa Itu Demam Tifoid?

Penyebab

Merangkum National Health Service dan Cedars-Sinai, demam tifoid disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi.

Bakteri ini dapat ditularkan melalui makanan, minuman, dan air yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan seseorang yang telah terinfeksi.

Kebersihan dan sistem sanitasi yang buruk, serta keterbatasan akses air bersih dapat menyebabkan seseorang terkena demam tifoid.

Selain itu, anak-anak lebih berisiko terkena demam tifoid karena sistem kekebalan tubuh yang belum berkembang dengan sempurna.

Meskipun demikian, gejala yang dirasakan anak-anak cenderung lebih ringan daripada orang dewasa yang mengalami demam tifoid.

Faktor risiko

Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena demam tifoid, yaitu:

  1. Bekerja atau mengunjungi daerah endemik atau daerah di mana demam tifoid sering terjadi, seperti India, Asia Tenggara, dan Afrika
  2. Berada di lingkungan dengan kebersihan dan sistem sanitasi yang buruk
  3. Bekerja sebagai ahli mikrobiologi klinis atau tenaga medis yang berhubungan langsung dengan bakteri Salmonella typhi
  4. Melakukan kontak dengan penderita demam tifoid
  5. Menggunakan air yang terkontaminasi urine atau feses yang mengandung bakteri Salmonella typhi.

Baca juga: Cara Cegah Demam Tifoid dari Bakteri dalam Makanan

Diagnosis

Merangkum Mayo Clinic dan Medscape, demam tifoid dapat didiagnosis melalui beberapa cara berikut:

  • Riwayat medis dan perjalanan

Dokter akan memeriksa riwayat kesehatan dan perjalanan penderita untuk memastikan kemungkinan terkena demam tifoid atau tipes.

  • Tes darah dan kultur jaringan

Dokter akan mengambil sampel darah, feses, urine, atau sumsum tulang untuk mendeteksi keberadaan bakteri penyebab tipes menggunakan mikroskop.

Selain itu, tes darah juga akan menunjukkan apakah menderita mengalami beberapa kondisi berikut:

  • Anemia ringan
  • Peningkatan laju endap darah
  • Trombosit dan limfosit yang rendah
  • Peningkatan kadar enzim hati dan kadar bilirubin
  • Ketidakseimbangan elektrolit darah atau hiponatremia, yaitu kondisi ketika kadar natrium (sodium) dalam darah lebih rendah dari normalnya.
  • Tes serologi demam tifoid

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi antibodi atau antigen dari bakteri Salmonella typhi. Berikut beberapa metode tes serologi untuk mendiagnosis tipes:

Baca juga: Apakah Penyakit Tipes Berbahaya?

    • Tes widal

Merupakan pemeriksaan yang paling sering digunakan untuk mendiagnosis demam tifoid selama beberapa dekade.

Tes widal digunakan untuk mendeteksi antibodi terhadap antigen H dan O dari bakteri Salmonella typhi.

    • Uji Enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA)

Merupakan uji serologis untuk mendeteksi antibodi imunoglobulin M (IgM) dan IgG terhadap antigen O9 dari bakteri S. typhi.

  • Tes Polymerase chain reaction (PCR)

Pada pemeriksaan ini dokter menggunakan sampel darah dan urine dari penderita untuk memastikan diagnosis demam tifoid.

  • Pemeriksaan radiologi

Dokter akan melakukan pemeriksaan radiografi pada ginjal dan saluran kemih jika penderita dicurigai memiliki lubang pada dinding organ saluran cerna atau perforasi usus.

Selain itu, dokter mungkin juga memerlukan pemeriksaan CT scan atau MRI untuk mendeteksi adanya abses pada organ hati atau organ yang lain.

Perawatan

Dirangkum dari National Health Service dan Mayo Clinic, antibiotik merupakan satu-satunya pengobatan paling efektif untuk mengobati demam tifoid.

Baca juga: 10 Gejala Tipes pada Anak dan Cara Mengobatinya

Beberapa antibiotik yang digunakan, meliputi:

  • Ciprofloxacin

Dokter mungkin akan memberikan antibiotik ciprofloxacin bagi penderita demam tifoid yang tidak dalam kondisi hamil.

Sayangnya, kini banyak bakteri Salmonella typhi yang tidak lagi mempan terhadap antibiotik ciprofloxacin, terutama pada kasus di Asia Tenggara.

  • Azitromisin atau azithromycin

Jenis antibiotik ini biasanya digunakan ketika seseorang tidak dapat menggunakan ciprofloxacin atau bakteri menjadi resisten terhadap ciprofloxacin.

  • Ceftriaxone

Pada kasus yang serius, dokter mungkin akan memberikan antibiotik suntik, seperti ceftriaxone.

Antibiotik ini juga sebagai alternatif bagi penderita demam tifoid yang tidak dapat mengonsumsi ciprofloxacin, misalnya anak-anak.

Obat antibiotik harus dikonsumsi sesuai dengan anjuran dokter guna mencegah resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Selain menggunakan antibiotik, penderita demam tifoid juga dapat melakukan beberapa tindakan berikut untuk mempercepat pemulihan, seperti:

Baca juga: Apa Penyebab Penyakit Tipes?

  1. Perbanyak istirahat
  2. banyak minum air putih agar dehidrasi
  3. Makan dengan teratur, penderita yang tidak nafsu makan sebaiknya tetap makan dengan porsi sedikit, tetapi lebih sering
  4. Terapkan kebersihan diri yang baik, seperti rajin mencuci tangan secara teratur menggunakan sabun dan air mengalir untuk mencegah penularan.

Jika tipes menyebabkan penderita mengalami diare atau muntah hebat, penderita mungkin memerlukan infus.

Infus adalah metode metode pengobatan secara langsung melalui pembuluh darah (intravena) untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat dehidrasi parah.

Pada kasus yang parah, di mana tipes menyebabkan lubang pada dinding organ saluran cerna atau perforasi usus, dokter mungkin menyarankan prosedur operasi.

Prosedur operasi dilakukan untuk memperbaiki robekan atau lubang pada dinding organ usus.

Komplikasi

Menurut Healthline, jika tidak mendapat penanganan yang tepat, demam tifoid dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:

  1. Perdarahan pada saluran cerna, seperti pada usus
  2. Perforasi usus, yaitu munculnya robekan atau lubang pada usus yang dapat memicu sepsis
  3. Pneumonia atau peradangan paru-paru akibat infeksi
  4. Infeksi ginjal atau kandung kemih
  5. Pankreatitis, yaitu peradangan di dalam pankreas
  6. Miokarditis, yaitu peradangan pada otot jantung
  7. Endokarditis, yaitu infeksi pada lapisan bagian dalam jantung manusia yang disebut endokardium
  8. Meningitis, yaitu peradangan pada meningen atau lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan sumsum tulang belakang
  9. Masalah kejiwaan, seperti elirium, halusinasi, psikosis paranoid.

Baca juga: Makanan untuk Penderita Tipes dan Pantangannya

Pencegahan

Merangkum Healthline dan Cleveland Clinic, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencegah demam tifoid, yakni:

  1. Melakukan vaksinasi tifoid
  2. Hindari makanan mentah atau tidak dimasak hingga matang sempurna
  3. Hanya mengonsumsi air minum dalam kemasan atau air yang sudah terjamin kebersihannya
  4. Selalu mencuci tangan dengan bersih, terutama sebelum menyentuh makanan dan setelah dari kamar mandi
  5. Hindari mengonsumsi buah dan sayuran mentah, seperti buah dengan kulit yang tidak dikupas
  6. Batasi atau hindari makanan dan minuman secara sembarangan di pinggir jalan karena tidak terjamin kebersihannya dan mudah terpapar bakteri
  7. Batasi konsumsi makanan dengan bahan dasar ikan mentah karena tingkat kesegarannya tidak dapat dipastikan
  8. Jangan mengonsumsi produk olahan susu atau dairy product yang tidak dipasteurisasi
  9. Hindari mengonsumsi es batu yang tidak dibuat sendiri karena kebersihan air yang digunakan tidak diketahui secara pasti
  10. Tidak menyentuh wajah sebelum mencuci tangan
  11. Hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit
  12. Jika sedang sakit, sebaiknya menjauh dari orang lain, sering mencuci tangan, dan jangan menyiapkan atau menyajikan makanan untuk mencegah penularan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau