KOMPAS.com - Batu empedu atau juga disebut cholelithiasis, merupakan endapan dari cairan sisa pencernaan yang mengeras dan terbentuk di dalam kandung empedu.
Kandung empedu adalah organ kecil yang berbentuk seperti buah pir dan berada tepat di bawah hati.
Ukuran cholelithiasis cukup bervariasi, mulai dari yang berukuran kecil seperti pasir hingga berukuran besar menyerupai bola golf.
Baca juga: Benarkah Wanita Lebih Rentan Derita Penyakit Batu Empedu?
Sebagian penderita hanya memiliki satu batu empedu pada kantong empedu mereka, sedangkan lainnya memiliki beberapa batu empedu secara bersamaan.
Keberadaan batu empedu di dalam kandung empedu dapat menyumbat saluran kandung empedu dan menimbulkan rasa sakit pada perut.
Kondisi ini terjadi secara tiba-tiba dan dapat berlangsung dalam waktu yang cukup lama, yakni sekitar 1 sampai 5 jam.
Banyak orang yang memiliki batu empedu tidak merasakan gejala apa pun dan tidak memerlukan penanganan khusus.
Akan tetapi, batu empedu dapat menimbulkan gejala ketika menyumbat saluran empedu dan memerlukan penanganan medis untuk menghilangkan batu tersebut.
Dirangkum dari Mayo Clinic dan Healthline, batu empedu biasanya menimbulkan gejala ketika batu tersebut menyebabkan saluran empedu tersumbat.
Gejala yang dirasakan, di antaranya:
Baca juga: 4 Ciri-ciri Sakit Batu Empedu, Termasuk Sakit Perut Sebelah Kanan
Nyeri akibat batu empedu dapat berlangsung selama beberapa menit hingga beberapa jam.
Mengutip WebMD, penyebab batu empedu masih tidak diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa kondisi yang diduga memicu terbentuknya batu empedu, yaitu:
Dirangkum dari WebMD dan Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko memiliki batu empedu, antara lain:
Baca juga: Apakah Batu Empedu Berbahaya?
Mengutip Cedars-Sinai, terdapat beberapa tes pemeriksaan yang dapat membantu memastikan diagnosis batu empedu, yaitu:
Merupakan pemeriksaan dengan menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk melihat gambaran kandung empedu dan mengetahui lokasi batu empedu.
Pemindaian ini bertujuan untuk memeriksa kontraksi abnormal dari kantong empedu dan penyumbatan pada saluran empedu.
Tes darah dilakukan untuk mendeteksi gejala atau terjadinya infeksi, penyumbatan, penyakit kuning, radang pankreas (pankreatitis) dan komplikasi lain akibat batu empedu.
Dapat menghasilkan gambar batu empedu secara detail, serta mendeteksi adanya infeksi atau pecahnya saluran empedu.
Pemeriksaan ini dokter akan memasukkan alat khusus (endoskopi) melalui mulut ke saluran pencernaan.
Melalui pemeriksaan ini, dokter dapat mengetahui kondisi kandung empedu dan jaringan di sekitar area perut secara jelas.
Baca juga: 8 Makanan yang Perlu Dihindari Penderita Batu Empedu
Dilansir dari Healthline, penanganan medis untuk mengobati batu empedu diperlukan jika batu empedu menyebabkan rasa sakit.
Apabila keberadaan batu empedu tidak menimbulkan gejala maka kondisi ini tidak perlu mendapat penanganan secara medis karena batu tersebut dapat keluar melalui urine.
Berikut beberapa metode penanganan untuk mengobati batu empedu:
Prosedur operasi ini disebut juga prosedur kolesistektomi, yaitu operasi yang bertujuan untuk mengangkat kandung empedu.
Terdapat dua jenis kolesistektomi untuk mengobati batu empedu, yakni:
Operasi ini juga dapat dilakukan jika metode laparoskopi tidak dapat mengeluarkan kandung empedu.
Obat-obatan dapat mengobati batu empedu yang berukuran kecil atau kondisi penderita yang tidak memungkinkan untuk melakukan operasi.
Baca juga: 8 Komplikasi Batu Empedu yang Perlu Diwaspadai
Obat untuk menangani batu empedu adalah obat ursodeoxycholic acid, yaitu obat yang dapat melarutkan batu empedu.
Akan tetapi, obat ini dapat memakan waktu yang cukup lama untuk memecah atau melarutkan batu empedu seluruhnya.
Menurut Mayo Clinic, batu empedu dapat menimbulkan beberapa komplikasi berikut:
Mengutip dari WebMD, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena batu empedu, yaitu:
Baca juga: Penyebab Penyakit Batu Empedu dan Faktor Risikonya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.