KOMPAS.com - Meningitis adalah infeksi selaput pelindung yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Infeksi ini dapat menyerang siapa saja, tetapi paling sering terjadi pada bayi, anak kecil, remaja, dan dewasa muda.
Meningitis dapat menjadi sebuah kondisi serius jika tidak ditangani dengan cepat.
Baca juga: Pentingnya Vaksin Meningitis Bagi Calon Jemaah Umrah dan Haji
Kondisi ini juga dapat menyebabkan keracunan darah yang mengancam jiwa (septikemia) dan mengakibatkan kerusakan permanen pada otak atau saraf.
Melansir NHS, sejumlah vaksinasi tersedia menawarkan perlindungan terhadap meningitis.
Gejala meningitis virus dan bakteri dapat terlihat mirip. Namun, gejala meningitis bakteri biasanya lebih parah.
Gejala juga bervariasi tergantung pada usia penderita.
Melansir dari Healthline, berikut gejala meningitis tergantung penyebabnya.
Meningitis virus pada bayi dapat menyebabkan:
Pada orang dewasa, meningitis virus dapat menyebabkan:
Baca juga: Meningitis: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengobati
Gejala meningitis bakterial berkembang secara tiba-tiba. Beberapa di antaranya:
Segera konsultasi ke dokter jika mengalami gejala di atas. Meningitis bakteri dan virus dapat membahayakan nyawa.
Jenis meningitis yang diderita juga tidak dapat diketahui oleh diri sendiri dan hanya dapat dilihat melalui tes khusus.
Gejala meningitis jamur mirip dengan jenis lain dari infeksi ini, seperti:
Baca juga: Gejala Awal Meningitis dan Flu Mirip, Ini Bedanya
Setiap jenis meningitis memiliki beberapa gejala yang membedakan.
Meningitis biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri.
Meningitis virus adalah jenis yang paling umum dan lebih ringan ketimbang jenis lainnya.
Sementara itu, meningitis bakteri jarang terjadi, tetapi bisa menjadi sangat serius jika tidak diobati.
Beberapa virus dan bakteri yang berbeda dapat menyebabkan meningitis, termasuk:
Faktor risiko seseorang terkena meningitis adalah sebagai berikut.
Baca juga: 7 Gejala Meningitis pada Bayi dan Cara Memastikan Penyebabnya
Selain itu, pengangkatan limpa juga dapat meningkatkan risiko seseorang terkena meningitis.
Dokter akan bertanya terkait riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik. Selain itu, juga bertanya terkait gaya hidup pasien.
Selama pemeriksaan fisik, dokter akan mencari ada terjadinya:
Dokter juga akan memesan pungsi lumbal atau spinal tap.
Tes ini membantu dokter mencari peningkatan tekanan di sistem saraf pusat. Selain itu juga membantu menemukan peradangan atau bakteri dalam cairan tulang belakang.
Tak hanya itu, tes ini juga dapat menentukan antibiotik terbaik untuk pengobatan.
Tes lain dapat termasuk:
Baca juga: Mengenal Vaksinasi untuk Cegah Meningitis
Komplikasi meningitis bisa parah. Semakin seseorang menderita penyakit ini tanpa pengobatan, risiko kejang atau kerusakan saraf permanen semakin tinggi, seperti:
Perawatan tergantung pada jenis meningitis yang dimiliki.
Meningitis bakterial akut harus segera diobati dengan antibiotik intravena atau kortikosteroid dalam beberapa kasus.
Obat ini membantu memastikan pemulihan dan mengurangi risiko komplikasi, seperti pembengkakan otak dan kejang.
Antibiotik atau kombinasi antibiotik tergantung pada jenis bakteri yang menyebabkan infeksi. Dokter mungkin merekomendasikan antibiotik spektrum luas sampai ditemukan penyebab pasti dari meningitis.
Baca juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-anak Juga Bisa Alami Meningitis
Meningitis jenis ini tidak dapat disembuhkan menggunakan antibiotik dan sebagian besar kondisi membaik dengan sendirinya dalam beberapa minggu.
Pengobatan kasus ringan meningitis virus dapat meliputi:
Selain itu, dokter mungkin meresepkan kortikosteroid untuk mengurangi pembengkakan di otak dan obat antikonvulsan untuk mengendalikan kejang.
Jika meningitis disebabkan oleh herpes dapat disembuhkan dengan obat antivirus.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.