KOMPAS.com - Kanker rahim (uterus) adalah kondisi saat sel-sel di dalam rahim berubah dan tumbuh secara tidak normal.
Sekelompok sel kanker ini juga dapat membentuk tumor.
Terdapat dua jenis kanker rahmi:
Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim
- kanker endometrium: jenis ini lebih umum, gejalanya meliputi pendarahan di antara masa menstruasi atau setelah menopause
- sarkoma rahim: kondisi langka, kanker berkembang di miometrium—dinding otot rahim.
Gejala
Umumnya, tanda pertama kanker rahim adalah pendarahan vagina yang tidak biasa, seperti:
- pendarahan setelah menopause (gejala paling umum)
- pendarahan di antara masa menstruasi
- menstruasi yang lebih berat dari biasanya (jika belum mengalami menopause)
- keputihan berdarah atau merah muda dan berair.
Gejala yang kurang umum meliputi:
- rasa tidak nyaman atau nyeri di daerah panggul
- nyeri saat berhubungan seks.
Penyebab
Melansir NHS, siapapun yang memiliki rahim dapat memiliki kanker rahim, termasuk pria trans dan non-biner.
Umumnya, kanker rahim terjadi setelah menopause atau pada orang di atas usia 40 tahun.
Belum ada penyebab pasti yang menyebabkan kanker rahim, tapi terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan faktor risiko seseorang mengembangkan kondisi ini.
Memiliki kadar hormon estrogen yang tinggi merupakan salah satu hal utama yang dapat meningkatkan potensi seseorang terkena kanker rahim.
Baca juga: Belajar dari Ria Irawan, Ini Cara Deteksi Dini Kanker Endometrium
Seseorang dapat memiliki kadar estrogen tinggi jika:
- kelebihan berat badan
- mengambil beberapa jenis terapi penggantian hormon (HRT)
- belum pernah melahirkan
- memiliki sindrom ovarium polikistik (PCOS)
- mengalami menopause setelah usia 55 tahun.
Selain itu, seseorang mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker rahim jika memiliki:
- diabetes
- riwayat keluarga dengan kanker usus, ovarium, atau rahim
- mewarisi gen langka yang menyebabkan sindrom Lynch
- minum obat tertentu, seperti Tamoxifen (untuk mengobati kanker payudara)
- menjalani radioterapi di area panggul.
Diagnosis
Beberapa tes dan prosedur yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kanker rahim, yaitu.
- Memeriksa panggul: dokter akan memeriksa bagian luar alat kelamin (vulva) dan memasukkan dua jari ke dalam vagina dan secara bersamaan menekan tangan lainnya di perut untuk merasakan rahim dan ovarium. Dokter juga mungkin akan memasukkan alat bernama spekulum untuk membuka vagina sehingga dapat mengevaluasi vagina dan leher rahim.
- Menggunakan gelombang suara untuk membuat gambar rahim. Dokter mungkin akan menggunakan USG transvaginal untuk melihat ketebalan dan tekstur endometrium, serta menyingkirkan kemungkinan kondisi lain. Dalam prosedur ini, alat bernama transduser yang berbentuk seperti tongkat akan dimasukkan ke dalam vagina. Tes ini dapat membantu dokter mencari kelainan pada lapisan rahim.
- Menggunakan teropong untuk memeriksa endometrium. Selama histeroskopi, dokter akan memasukkan tabung tipis fleksibel dan terang (histeroskopi) melalui vagina dan leher rahim ke dalam rahim. Lensa pada histeroskop memungkinkan dokter memeriksa bagian dalam rahim dan endometrium.
- Mengambil sampel jaringan untuk pengujian melalui biopsi endometrium. Dokter akan mengambil jaringan dari lapisan rahim untuk dianalisis di laboratorium.
- Operasi untuk mengambil jaringan yang akan diuji. Jika selama biopsi jaringan yang dibutuhkan tidak cukup atau hasilnya tidak jelas, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur pelebaran dan kuretase (D&C). Dalam operasi ini, jaringan akan dikerik dari lapisan rahim dan diperiksa di bawah mikroskop untuk sel kanker.
Baca juga: Kanker Endometrium
Perawatan
Perawatan untuk kanker rahim akan tergantung pada:
- ukuran kanker
- lokasi
- jika sudah menyebar
- kesehatan penderita secara umum.
Pengobatan akan mencakup operasi, kemoterapi, atau radioterapi.
Selain itu, juga termasuk pengobatan dengan obat-obatan khusus untuk menangani kanker.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.