Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - Diperbarui 21/09/2022, 19:21 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

dr. Aron Husink, Sp.JP (K), FIHA
Divalidasi oleh:
dr. Aron Husink, Sp.JP (K), FIHA

Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Konsultan Intervensi Mayapada Hospital Tangerang www.mayapadahospital.com

KOMPAS.com - Angin duduk atau angina adalah nyeri dada karena pasokan darah dan oksigen menuju ke jantung tidak memadai.

Angin duduk adalah gejala dari penyakit jantung koroner. Untuk bekerja dengan memadai, jantung mendapatkan supply darah melalui arteri koroner.

Penyakit jantung koroner adalah suatu penyakit menyempit atau tersumbatnya arteri koroner akibat aterosklerosis atau penumpukan plak kolesterol di dalam dinding arteri koroner jantung.

Datangnya angina dapat bervariasi, kadang-kadang memiliki pemicu yang khas dan dapat dikenali, namun seringkali juga tiba-tiba dan tidak dapat diprediksi.

Baca juga: Angin Duduk: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Gejala

Angina Pectoris bisa memiliki karakteristik yang khas dan tidak khas. Karakteristik khas angina yaitu:

  • Dada kiri terasa nyeri
  • Terasa ditekan atau tertindih benda berat
  • Dada panas menyerupai keluhan asam lambung
  • Keluhan-keluhan penjalaran ke leher disertai rasa tercekik, menjalar ke bahu, rahang, lengan kiri, punggung, dan ulu hati.

Kadang-kadang angina pectoris bisa muncul dengan gejala yang tidak khas (atypical angina pectoris) yaitu:

  • Mual
  • Begah
  • Pusing
  • Lemas
  • Sesak napas.

Gejala-gejala ini perlu dievaluasi segera oleh dokter yang dapat menentukan jenis angina untuk mencegah komplikasi seperti serangan jantung.

 

Penyebab

Angina disebabkan karena berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

Darah membawa oksigen yang dibutuhkan otot jantung untuk bertahan hidup.

Ketika otot jantung tidak mendapatkan cukup oksigen, masalah ini menyebabkan kondisi yang disebut iskemia.

Penyebab paling umum dari berkurangnya aliran darah ke otot jantung adalah penyakit arteri koroner (CAD).

Angina terbagi menjadi beberapa jenis, yakni:

  • Angina stabil, penyebabnya adalah penyakit jantung koroner, penumpukan lemak (aterosklerosis). Karakteristiknya dipicu aktivitas, hilang dengan obat bawah lidah (ISDN) atau istirahat durasi selama 5-10 menit.
  • Angina tidak stabil, disebabkan timbunan lemak (plak) di pembuluh darah pecah sehingga terbentuknya gumpalan darah secara cepat. Kemunculannya mendadak, dengan intensitas berat, durasi lebih dari 20 menit, tidak hilang dengan istirahat. Angina tidak stabil gejala utama dari serangan jantung koroner.

Faktor risiko berikut meningkatkan risiko penyakit arteri koroner dan angina pectoris:

  • Penggunaan tembakau
  • Diabetes melitus atau kencing manis
  • Tekanan darah tinggi
  • Kadar kolesterol atau trigliserida darah tinggi
  • Riwayat keluarga penyakit jantung koroner di usia relatif muda
  • Kurangnya olahraga
  • Kegemukan, terutama obesitas sentral
  • Stres berkepanjangan.

Baca juga: 6 Ciri-ciri Angin Duduk, Jangan Disepelekan

Diagnosis

Laporkan jenis nyeri dada ke dokter.

Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dokter dapat melakukan satu atau lebih dari tes ini untuk menemukan penyebab angina:

  • Elektrokardiogram (EKG)
  • Enzim jantung (Troponin)
  • Rontgen dada
  • Uji latih jantung dengan treadmill test
  • Ekokardiografi
  • Coronary computed tomography angiography (CCTA)
  • Angiografi koroner dan kateterisasi jantung.

Baca juga: 15 Penyebab Angin Duduk dan Cara Mencegahnya

Perawatan

Dokter akan merawat kondisi jantung untuk meredakan angina.

Dokter mungkin akan melakukan penanganan untuk meredakan dan mengatasi nyeri dengan obat-obatan yang berfungsi melebarkan pembuluh darah arteri koroner (vasodilator).

Dokter juga akan menentukan apakah ini kondisi serangan jantung (Angina pectoris tidak stabil) atau angin duduk Biasa (Angina pectoris stabil).

Dokter kemudian akan memberikan obat-obatan seperti pengencer darah (antiplatelet), obat penurun kolesterol, obat pengendali irama jantung,dan obat hipertensi bila perlu.

Dokter kemudian menentukan apakah kondisi saat ini berisiko tinggi atau tidak dikarenakan:

  • Apabila berisiko tinggi maka dokter akan menganjurkan untuk melakukan angiografi koroner atau kateteriasi jantung dilanjutkan dengan pemasangan ring/stent (PCI) dengan segera bila perlu.
  • Apabila temuan berisi koringan maka bisa dengan obat-obatan saja.

Tergantung dari temuan kateterisasi jantung, pasien terkadang memerlukan angioplasti koroner dan pemasangan stent (PCI),atau operasi bedah pintas arteri koroner atau baypass (CABG) untuk memperbaiki aliran darah arteri koroner ke otot jantung.

Beberapa pasien mungkin tidak memerlukan salah satu dari metode di atas dan obat-obatan saja mungkin cukup.

Dokter akan menganjurkan pasien agar berhenti merokok, dan juga akan mengevaluasi secara lengkap apakah pasien diam-diam mengidap diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi tanpa sepengetahuan pasien. Selanjutnya, kondisi medis tersebut diobati.

Setelah mendapatkan perawatan tahap awal, baik dengan maupun tanpa tindakan PCI atau CABG, dokter akan tetap memberikan obat-obatan antiplatelet, obat penurun kolesterol, obat pengendali irama jantung, obat penurun tekanan darah, dan obat-obatan anti nyeri dada sesuai kebutuhan pasien.

Tujuan dari pemberian obat-obatan tersebut adalah:

  • Mencegah/mengatasi munculnya gejala angina pectoris berulang
  • Mencegah kejadian serangan jantung dimasa datang
  • Mencegah munculnya penyempitan arteri koroner di jalur pembuluh koroner lainnya
  • Menjaga agar ring/stent yang sudah terpasang atau CABG yang sudah dilakukan tetap awet selama mungkin sehingga terhindar dari kebutuhan kateterisasi dan PCI berulang

Beberapa dari obat-obatan tersebut akan dikonsumsi seterusnya,dan beberapa dapat dihentikan sesuai kondisi pasien dan evaluasi dokter.

Sangat penting agar pasien secara teratur mengkonsumsi obat-obatan tersebut, dan hindari menghentikan atau merubah dosis obat-obatan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter.

Jangan lupa untuk kontrol kondisi jantung secara berkala, dan konsultasikan apabila ada yang terasa tidak nyaman baik bila diperkirakan dari jantung maupun akibat dari konsumsi obat-obatan.

Komplikasi

Komplikasi yang paling berbahaya dari angina adalah serangan jantung.

Baca juga: 12 Cara Mengobati Angin Duduk dengan Obat, Alami, dan Tindakan Medis

Tanda dan gejala umum serangan jantung meliputi gejala-gejala angina pectoris tidak stabil yang disebutkan di atas. Namun dapat disertai dengan keluhan-keluhan lain bila serangan jantungnya berat, yaitu:

  • keringat dingin sekujur tubuh membasahi baju
  • mual dan muntah
  • sesak napas hebat
  • berdebar-debar
  • pingsan dan dapat tidak sadar lagi.

Jika merasakan gejala-gejala ini, segera datangi unit gawat darurat atau menghubungi ambulans.

Utamakan berobat ke rumah sakit yang memiliki fasilitas cathlab dan dapat melakukan tindakan kateterisasi jantung darurat, karena kondisi serangan jantung sangat mungkin membutuhkan pemasangan ring (PCI) secepatnya.

Apabila serangan jantung yang diderita sangat luas, dapat terjadi komplikasi-komplikasi fatal seperti:

  • Henti jantung mendadak / kematian jantung mendadak
  • Gangguan irama jantung fatal
  • Lemah pompa jantung sampai dengan sesak nafas hebat
  • Bocor sekat jantung

Apabila kondisi akut kegawatan serangan jantung sudah teratasi dan perawatan di rumah sakit sudah selesai, pasien akan dianjurkan untuk kontrol jantung berkala dan melanjutkan pengobatan seperti yang disebutkan di atas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com