KOMPAS.com - Borderline personality disorder (BPD) atau gangguan kepribadian ambang merupakan kondisi kesehatan mental yang memengaruhi suasana hati hingga interaksi dengan orang lain.
Kondisi ini ditandai dengan pola berkelanjutan dari berbagai suasana hati, citra diri, dan perilaku.
Gejala tersebut mengakibatkan tindakan impulsif dan menyebabkan masalah dalam bersosialisasi.
Baca juga: Apa itu Borderline Personality Disorder?
Penderita BPD juga dapat mengalami tantrum seperti kemarahan, kecemasan, dan depresi intens yang dapat berlangsung dari hitungan jam hingga berhari-hari.
Gejala borderline personality disorder dikelompokkan menjadi empat bagian.
Bentuk dari kelompok gejala tersebut adalah sebagai berikut.
Baca juga: 5 Tanda Orang Mengidap Gangguan Kepribadian Narsistik
Belum ada penelitian mendalam akan penyebab dan faktor risiko BPD. Namun, peneliti secara umum sepakat bahwa ada pengaruh genetik dan lingkungan yang berperan.
Kejadian tertentu saat masa kanak-kanak juga dapat menjadi faktor akan berkembangnya gangguan, seperti pelecehan emosional, fisik, dan seksual.
Selain itu, kehilangan, ditelantarkan, dan intimidasi juga dapat menjadi penyebab BPD.
Melansir borderlinepersonalitydisorder.org, teori saat ini mengungkapkan bahwa beberapa orang lebih rentan mengalami BPD akibat faktor biologis atau genetika, serta pengalaman saat masa kanak-kanak yang traumatis.
BPD dapat memengaruhi dan merusak berbagai aspek kehidupan, seperti berhubungan intim, bekerja, bersekolah, aktivitas sosial, dan citra diri.
Komplikasi yang dapat timbul terhadap kondisi mental penderita BPD, meliputi:
Baca juga: Benarkah Pola Asuh Tentukan Kepribadian Anak Sulung, Tengah, dan Bungsu bak Film NKCTHI?
Diagnosis BPD dilakukan berdasarkan:
BPD dapat diobati dengan menjalani pengobatan teratur. Dalam menangani BPD, dibutuhkan waktu, kesabaran, dan komitmen.
Perawatan dapat meliputi psikoterapi (terapi bicara), obat-obatan, atau keduanya.
Dalam sesi terapi, konselor akan membantu penderita untuk belajar mengelola emosi, mengenali, dan mengubah perilaku yang tidak diinginkan agar mendapat perspektif baru.
Obat-obatan akan mengobati kecemasan dan depresi, mengatur perubahan suasana hati, atau membantu mengendalikan perilaku impulsif.
Obat anti-psikotik dapat membantu penderita BPD.
Baca juga: Rawan Gangguan Mental, Begini Cara Tetap Waras Usai Positif Covid-19
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.