Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 11/10/2021, 20:00 WIB
Xena Olivia,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Aorta merupakan arteri besar yang membawa darah dari jantung dan mengalirkan oksigen.

Diseksi aorta adalah kondisi saat terdapat kebocoran pada bagian dalam pembuluh darah.

Darah yang bocor dapat menyebabkan adanya perpecahan (diseksi) antara lapisan dalam dan tengah dinding aorta saat berlangsung.

Baca juga: 8 Gejala Diseksi Aorta, Robeknya Pembuluh Darah Aorta yang Perlu Diwaspadai

Jika darah melewati luar aorta, kondisi ini dapat membahayakan nyawa.

Gejala

Diseksi aorta dapat berakibat fatal jika tidak ditangani dengan cepat.

Namun, tidak ada gejala atau tanda yang dapat mengindikasikan diseksi aorta secara positif.

Beberapa gejala yang timbul dapat mirip dengan gejala penyakit jantung lainnya, seperti serangan jantung.

Gejala paling umum adalah nyeri dada, perasaan menusuk di area dada yang membuat sesak.

Berbeda dengan serangan jantung, rasa sakit pada diseksi aorta berawal secara tiba-tiba saat terjadi robekan dan "berpindah-pindah".

Tanda dan gejala lain yang mungkin timbul pada diseksi aorta berupa:

  • sesak napas
  • pingsan
  • berkeringat
  • kelemahan atau mati rasa pada satu sisi tubuh
  • kesulitan berbicara
  • denyut nadi melemah di satu tangan
  • pusing atau bingung (linglung)
  • sakit perut parah
  • nyeri kaki
  • kesulitan berjalan
  • berkeringat parah
  • pengelihatan kabur

Baca juga: Penyebab Aneurisma Aorta dan Gejalanya

Penyebab

Diseksi aorta dapat terjadi akibat adanya kerusakan sel pembentuk dinding aorta.

Kerusakan tersebut kemungkinan telah berlangsung tanpa disadari selama bertahun-tahun sebelum dinding aorta melemah dan akhirnya robek, mengakibatkan diseksi aorta

Tidak diketahui apa penyebab pasti terjadinya diseksi aorta.

Melansir healthline, dokter berasumsi bahwa tekanan darah tinggi menjadi salah satu faktor yang menyebabkan ketegangan pada dinding arteri.

Segala hal yang membuat dinding aorta melemah dapat menyebabkan diseksi, termasuk kondisi bawaan di mana jaringan tubuh berkembang secara tidak normal, seperti:

  • sindrom Marfan
  • aterosklerosis
  • cedera dada yang tidak disengaja

Jenis

Saat aorta bergerak ke atas saat pertama kali meninggalkan jantung. Ini disebut aorta asendens.

Saat melengkung ke bawah dan melewati dada ke perut, disebut sebagai aorta desendens.

Diseksi dapat terjadi saat aorta naik atau turun.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

Baca juga: 3 Gejala Penyakit Arteri Koroner yang Perlu Diwaspadai

Tipe A

Umumnya, diseksi terjadi pada aorta asendens. Kondisi ini dsebut sebagai tipe A.

Tipe B

Diseksi bermula pada aorta desendens. Kondisi ini dikategorikan sebagai tipe B. Diseksi aorta tipe B cenderung tidak terlalu mengancam jiwa dibanding tipe A.

Faktor risiko

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko diseksi aorta, meliputi:

  • tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol (hipertensi)
  • pengerasan pembuluh darah (aterosklerosis)
  • arteri melemah dan menonjol (aneurisma aorta)
  • cacat katup aorta (katup aorta bicuspid)
  • penyempitan aorta saat lahir (karktasio aorta)

Penyakit genetik juga dapat meningkatkan risiko seseorang dalam mengalami diseksi aorta, beberapa di antaranya:

  • Sindrom Turner. Sindrom ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, masalah jantung, dan kondisi kesehatan lainnya.
  • Sindrom Marfan. Kondisi di mana jaringan ikat yang menopang berbagai struktur tubuh lemah. Penderita sindrom marfan seringkali memiliki riwayat keluarga dengan aneurisma aorta dan pembuluh darah lain atau riwayat keluarga dengan diseksi aorta.
  • Gangguan jaringan ikat lainnya. Contoh lain termasuk sindrom Ehlers-Danlos,kelompok gangguan jaringan ikat yang menyebabkan sendi longgar dan pembuluh darah rapuh. Selain itu, terdapat sindrom Loeys-Dietz yang menyebabkan arteri bengkok, terutama di leher.

Baca juga: 7 Penyebab Plak Bisa Terbentuk di Pembuluh Darah

Kondisi lain peningkat risiko,yaitu:

  • Jenis kelamin. Pria cenderung lebih mungkin mengalami diseksi aorta ketimbang wanita.
  • Umur. Diseksi aorta umumnya terjadi pada orang berusia di atas 60 tahun
  • Penggunaan kokain. Kokain dapat meningkatkan tekanan darah
  • Kehamilan. Dalam beberapa kasus, diseksi aorta terjadi pada wanita hamil
  • Angkat beban berintensitas tinggi. Latihan ketahanan berat dapat menimbulkan risiko karena tekanan darah meningkat saat aktivitas tersebut.

Diagnosis

Dalam mendiagnosis diseksi aorta, dokter akan menggunakan stetoskop untuk mendengar jika ada suara abnormal pada aorta.

Tekanan darah pada satu tangan juga kemungkinan akan berbeda dari tangan yang lain.

Dokter juga akan melakukan tes elektrokardiogram (EKG) untuk melihat aktivitas listrik di jantung.

Dalam beberapa kasus, diseksi aorta dapat disalahartiakn sebagai serangan jantung pada tes ini.

Tidak menutup kemungkinan juga bahwa seseorang bisa mengalami kedua kondisi ini di saat bersamaan.

Beberapa tes lain mencakup pemindaian pencitraan, seperti:

  • Rontgen dada
  • CT scan kontras
  • MRI dengan angiografi dan ekokardiogram transesofageal (TEE)

Baca juga: 7 Penyebab Plak Bisa Terbentuk di Pembuluh Darah

TEE merupakan prosedur yang menggunakan perangkat pemancar gelombang suara ke tenggorokan hingga kerongkongan, sampai dekat dengan area setinggi jantung.

Gelombang ultrasound digunakan untuk membentuk gambar jantung dan aorta.

Komplikasi

Kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul meliputi:

  • kematian akibat pendarahan internal yang parah
  • kerusakan organ seperti gagal ginjal atau kerusakan usus yang mengancam nyawa
  • kerusakan katup aorta (regurgitasi aorta) atau pecahnya lapisan di sekitar jantung (tamponade jantung)

Perawatan

Diseksi aorta tipe A

Penanganan untuk diseksi aorta tipe A mencakup:

  • Operasi. Kardiologis akan mengangkat aorta yang robek sebanyak mungkin dan menghentikan darah agar tidak bocor ke dinding aorta. Tabung sintetis (cangkok) juga akan digunakan untuk merekonstruksi aorta. Jika katup aorta bocor akibat kerusakan aorta, maka katup akan diganti dan ditempatkan di dalam cangkok.
  • Obat-obatan. Penderta akan diminta mengkonsumsi obat yang mengurangi detak jantung dan menurunkan tekanan darah, mencegah diseksi yang semakin parah. Biasanya diberikan sebelum operasi.

Diseksi aorta tipe B

Baca juga: 7 Hal yang Bisa Terjadi Jika Aliran Darah Tidak Lancar

  • Obat-obatan. Obat yang sama untuk diseksi aorta tipe B akan diberikan kepada penderita tipe B tanpa melakukan pembedahan.
  • Operasi. Prosedurnya mirip dengan tipe A. Sebuah tabung kecil mungkin ditempatkan di aorta jika diseksi aorta tergolong rumit.

Pencegahan

Beberapa langkah yang dapat menurunkan risiko terkena diseksi aorta, yaitu:

  • Kontrol tekanan darah. Tekanan darah normal berada di 120/80 mm/Hg. Jaga pola makan, obat-obatan, dan pola hidup sehat agar tekanan darah dapat seimbang.
  • Hindari merokok atau menggunakan tembakau serta menjaga berat badan yang sehat.
  • Gunakan sabuk pengaman untuk mencegah cedera pada dada jika terjadi kecelakaan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com