Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 16/10/2021, 15:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Paraplegia adalah kondisi kelumpuhan yang terjadi di bagian bawah tubuh.

Penyakit ini bisa menjadi akibat dari kecelakaan atau kondisi kronis.

Orang dengan paraplegia akan memiliki masalah mobilitas dan dapat memerlukan penggunaan kursi roda.

Baca juga: Kelumpuhan

Namun, pilihan pengobatan jangka panjang tersedia untuk membantu mengurangi gejala dan komplikasi pada orang dengan paraplegia.

Penyebab

Orang dengan paraplegia biasanya mengalami cedera pada otak atau sumsum tulang belakang yang mencegah sinyal ke tubuh bagian bawah.

Hilangnya sinyal menyebabkan kelumpuhan tubuh bagian bawah.

Beberapa penyebab umum lainnya termasuk kejahatan kekerasan dan kecelakaan olahraga.

Kondisi kronis lain juga dapat menyebabkan paraplegia. Kondisi yang dapat menyebabkan paraplegia meliputi:

  • Tumor atau lesi pada tulang belakang atau otak
  • Kondisi neurologis, seperti stroke atau cerebral palsy
  • Kondisi autoimun, seperti multiple sclerosis

Gejala

Ada banyak gejala yang bisa terjadi pada paraplegia. Terkadang, gejala ini akan berubah seiring waktu.

Gejala yang bisa terjadi antara lain:

  • Hilangnya sensasi di tubuh bagian bawah
  • Gangguan mobilitas
  • Penambahan berat badan
  • Depresi
  • Sakit kronis
  • Disfungsi seksual
  • Kesulitan dengan fungsi kandung kemih dan usus
  • Infeksi sekunder, seperti luka baring dan masalah kulit
  • Disrefleksia otonom

Baca juga: Hati-hati, Ini 5 Tanda Tubuh Kurang Gerak

Diagnosis

Di ruang gawat darurat, dokter dapat melakukan diagnosis dengan pengujian fungsi dan gerakan sensorik, serta dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang kecelakaan yang mendasari.

Tetapi jika orang yang terluka mengeluh sakit leher, tidak sepenuhnya sadar, atau memiliki tanda-tanda kelemahan atau cedera neurologis yang jelas, tes diagnostik darurat bisa diperlukan.

Tes yang dimaksud antara lain:

  • Sinar X
  • Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT Scan)
  • Pencitraan resonansi magnetik (MRI)

Beberapa hari setelah cedera, setelah gejala mulai mereda, dokter akan melakukan pemeriksaan neurologis yang lebih komprehensif untuk menentukan tingkat dan keparahan cedera.

Siapa pun yang mengalami trauma signifikan pada kepala atau lehernya memerlukan evaluasi medis segera untuk kemungkinan cedera tulang belakang.

Bahkan, paling aman untuk berasumsi bahwa korban trauma mengalami cedera tulang belakang sampai terbukti sebaliknya karena:

  • Cedera tulang belakang yang serius tidak selalu langsung terlihat, jika tidak dikenali, cedera yang lebih parah dapat terjadi
  • Mati rasa atau kelumpuhan dapat terjadi segera atau terjadi secara bertahap karena perdarahan atau pembengkakan terjadi di dalam atau di sekitar sumsum tulang belakang
  • Waktu antara cedera dan pengobatan dapat menjadi penting dalam menentukan tingkat keparahan komplikasi serta kemungkinan tingkat pemulihan yang diharapkan

Baca juga: Kisah M. Habib Shaleh, Lahir Kembali setelah Koma Cedera Olahraga

Perawatan

Saat ini tidak ada perawatan untuk mencegah atau mengobati paraplegia.

Namun, ada kemungkinan untuk mengobati beberapa gejala dan komplikasi yang terjadi.

Dokter umumnya meresepkan terapi fisik atau okupasi untuk membantu mengatasi nyeri dan masalah otot.

Terapi fisik juga dapat membantu seseorang mempertahankan kekuatan dan jangkauan geraknya.

Terapi fisik yang dapat dilakukan adalah:

  • Yoga
  • Angkat Berat
  • Aerobik air
  • Aerobik duduk

Perangkat untuk mendukung mobilitas, seperti kursi roda atau skuter mobilitas, biasanya diperlukan.

Seorang dokter juga dapat menyarankan beberapa obat, seperti:

  • Obat pelemas otot, membantu mengatasi rasa sakit atau kejang
  • Obat pengencer darah, untuk mengurangi risiko pembekuan darah

Dalam beberapa kasus, pembedahan mungkin diperlukan.

Pembedahan dapat membantu pembengkakan dan menghilangkan lesi.

Baca juga: Cedera Olahraga, Pentingnya “Sedia Payung Sebelum Hujan” Bagi Atlet

Komplikasi

Komplikasi yang bisa terjadi jika paraplegia tidak ditangani dengan benar adalah:

  • Kehilangan kontrol kandung kemih
  • Kehilangan kontrol usus
  • Kehilangan sensasi kulit
  • Kehilangan kontrol peredaran darah
  • Masalah sistem pernapasan
  • Pneumonia atau masalah paru-paru lainnya
  • Pengencangan atau gerakan otot yang tidak terkendali (spastisitas) atau otot lunak dan lemas yang kekurangan tonus otot (flaccidity).
  • Obesitas, penyakit kardiovaskular, dan diabetes.
  • Masalah kesehatan seksual
  • Depresi

Pencegahan

Saran ini dapat mengurangi risiko paraplegia:

  • Berkendara dengan aman
  • Periksa kedalaman air sebelum menyelam
  • Mencegah jatuh
  • Lakukan tindakan pencegahan saat berolahraga
  • Jangan minum alkohol ketika mengemudi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau