Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/12/2021, 16:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Mastitis menjadi masalah yang kerap dialami oleh ibu menyusui dan menimbulkan ketidaknyamanan saat menyusui.

Mastitis atau radang kelenjar susu merupakan peradangan atau inflamasi pada jaringan payudara.

Mastitis umumnya disebabkan oleh infeksi, tetapi penyakit ini juga dapat terjadi karena tersumbatnya saluran ASI.

Baca juga: Mastitis: Penyebab, Faktor Risiko, Gejala, dan Cara Mengobati

Selain terjadi pada ibu menyusui, yang disebut mastitis laktasi, mastitis juga dapat menyerang wanita yang tidak menyusui atau disebut mastitis periductal.

Mastitis umumnya terjadi pada satu payudara, tetapi juga dapat menyerang kedua payudara.

Mastitis menimbulkan ketidaknyamanan karena payudara terasa nyeri, bengkak, berwarna kemerahan, bahkan menyebabkan tubuh demam.

Kondisi ini sering terjadi pada tiga bulan pertama setelah melahirkan, tetapi juga dapat muncul hingga dua tahun setelah melahirkan.

Pada kasus yang jarang terjadi, pria juga dapat terkena mastitis.

Gejala

Dirangkum dari WebMD dan Family Doctor, berikut beberapa gejala mastitis:

  • Payudara terasa sakit
  • Payudara bengkak dan tampak kemerahan
  • Terdapat benjolan pada payudara dan biasanya terasa sakit saat disentuh
  • Payudara terasa hangat saat disentuh atau diraba
  • Terasa perih atau sensasi terbakar saat menyusui
  • Keluar cairan bernanah dari puting
  • Demam dan menggigil
  • Kelelahan atau fatigue
  • Tubuh terasa pegal
  • Timbul garis-garis merah pada payudara.

Baca juga: Penyebab dan Faktor Risiko Mastitis

Penyebab

Merangkum Medical News Today dan Healthline, berikut beberapa penyebab mastitis:

  • Infeksi bakteri

Bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus agalactiae merupakan dua jenis bakteri yang sering menyebabkan infeksi pada jaringan payudara.

Bakteri ini biasanya berasal dari mulut bayi dan permukaan kulit payudara. Bakteri juga dapat menginfeksi jaringan payudara melalui luka di puting maupun saluran air susu.

  • Saluran ASI tersumbat

Saluran susu di payudara yang tersumbat karena terjadi pengendapan sisa ASI dapat menyebabkan infeksi payudara.

Terdapat beberapa kondisi yang memicu penyumbatan saluran asi, seperti:

  1. Tidak mengeluarkan ASI secara teratur atau kebiasaan menyusui yang tidak teratur
  2. Teknik menyusui yang kurang tepat, seperti mulut bayi yang tidak menempel dengan benar pada puting
  3. Gangguan atau kelainan yang menyebabkan bayi kesulitan menyedot ASI dari payudara.

Faktor risiko

Merangkum Family Doctor dan Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena penyakit ini, yaitu:

Baca juga: Gejala Mastitis, Infeksi Payudara yang Kerap Dialami Ibu Menyusui

  1. Memiliki riwayat mastitis
  2. Memiliki luka atau kulit yang lecet pada puting payudara
  3. Menggunakan bra yang terlalu ketat
  4. Teknik keperawatan yang tidak tepat
  5. Kelelahan atau pengelolaan stres yang tidak tepat
  6. Kekurangan nutrisi atau gizi
  7. Memiliki kebiasaan merokok
  8. Hanya menggunakan satu payudara untuk menyusui.

Diagnosis

Menurut WebMD, mastitis umumnya dapat dengan mudah didiagnosis melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.

Bagi ibu menyusui, dokter mungkin akan mengambil sampel ASI untuk diperiksa di laboratorium guna mendeteksi keberadaan bakteri penyebab infeksi.

Jika diperlukan, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut:

  • USG payudara, untuk memeriksa benjolan atau tumor pada payudara
  • Mammografi, menggunakan sinar-X berenergi rendah untuk memeriksa payudara guna mendeteksi gejala kanker payudara
  • Biopsi payudara, dokter akan mengambil sampel jaringan payudara lalu diperiksa lebih lanjut di laboratorium untuk mendeteksi keberadaan sel kanker

Perawatan

Dikutip dari Family Doctor, mastitis yang disebabkan oleh infeksi bakteri dapat diobati dengan obat antibiotik.

Baca juga: Cara Mengatasi Mastitis

Penderita mastitis harus mengonsumsi antibiotik sesuai resep dan anjuran dokter agar infeksi tidak muncul kembali.

Selain itu, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan secara mandiri untuk meredakan gejala yang dialami, yaitu:

  1. Tetap menyusui secara teratur, sekitar dua jam sekali agar payudara tidak terlalu penuh dan meredakan infeksi
  2. Jika tidak dapat menyusui bayi secara langsung, gunakan pompa ASI untuk mengosongkan payudara
  3. Kompres hangat pada area payudara yang terasa nyeri
  4. Gunakan pakaian dan bra yang longgar atau tidak terlalu ketat
  5. Konsumsi obat pereda nyeri, seperti acetaminophen atau ibuprofen untuk meredakan nyeri
  6. Perbanyak istirahat
  7. Perbanyak konsumsi cairan agar tidak dehidrasi.

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, mastitis yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan terbentuknya abses payudara.

Abses payudara adalah kumpulan nanah di payudara yang menyakitkan dan biasanya memerlukan tindakan operasi kecil untuk mengeluarkan nanah dari dalam payudara.

Pencegahan

Dirangkum dari Very Well Family dan Medical News Today, berikut beberapa cara untuk mencegah mastitis:

Baca juga: Tips Makan untuk Ibu Menyusui

  • Lakukan kegiatan menyusui sesering mungkin atau gunakan alat pompa ASI untuk mengosongkan payudara
  • Gunakan teknik atau posisi yang benar saat menyusui
  • Pastikan mulut bayi menempel dengan sempurna pada puting payudara
  • Hindari penggunaan bra atau pakaian yang terlalu ketat
  • Variasikan posisi menyusui dan gunakan payudara secara bergantian saat menyusui
  • Periksa bentuk dan ukuran payudara secara berkala untuk mengetahui apakah muncul benjolan pada area payudara
  • Pijat payudara secara berkala untuk memperlancar saluran ASI
  • Kompres dengan kain hangat atau mandi dengan air hangat untuk memperlancar saluran ASI
  • Konsumsi kalori dan air yang cukup agar tubuh tetap ternutrisi dengan baik
  • Hindari atau kelola stres dengan cara yang baik
  • Istirahat yang cukup agar tubuh tidak kelelahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com