Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/01/2022, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rahim merupakan organ penting dalam sistem reproduksi wanita yang terletak di dalam panggul.

Rahim disangga oleh otot, ligamen, dan jaringan fibrosa agar tetap berada di tempatnya.

Ketika otot, ligamen, dan jaringan fibrosa yang menahan rahim melemah atau mengalami kerusakan maka rahim dapat turun hingga menonjol keluar dari vagina.

Kondisi ini disebut dengan rahim turun atau prolaps uteri. Prolaps uteri dapat dialami oleh wanita dari segala usia.

Baca juga: Mioma Uteri

Namun, kondisi ini umumnya memengaruhi wanita yang telah memasuki masa menopause atau wanita yang pernah melakukan persalinan secara normal (pervaginam).

Seiring bertambahnya usia, seorang wanita akan mengalami penurunan hormon estrogen secara alami yang juga dapat menyebabkan rahim turun.

Tahap

Rahim turun terbagi ke dalam empat tahap, yakni:

  1. Tahap pertama, leher rahim (serviks) turun ke saluran vagina
  2. Tahap kedua, leher rahim (serviks) turun hingga ke bukaan vagina
  3. Tahap ketiga, leher rahim (serviks) berada di luar vagina
  4. Tahap keempat, seluruh rahim sudah berada di luar vagina atau juga disebut juga procidentia.

Gejala

Merangkum Healthline dan WebMD, gejala rahim turun atau prolaps uteri adalah:

  • Ketidaknyamanan saat duduk, seperti ada tekanan pada panggul atau sesuatu yang mengganjal di dalam vagina
  • Muncul jaringan rahim yang menonjol keluar dari vagina
  • Rasa sakit atau nyeri saat berhubungan seksual
  • Kesulitan buang air kecil atau buang air besar
  • Rasa tidak nyaman saat berjalan
  • Keluar darah dari vagina
  • Gangguan buang air kecil, seperti urine yang menetes (inkontinensia urine) atau sulit mengeluarkan urine (retensi urine)
  • Rasa penuh, berat, atau tertarik pada panggul
  • Konstipasi atau sembelit
  • Infeksi kandung kemih berulang.

Baca juga: Polip Rahim

Penyebab

Melansir Mayo Clinic, prolaps uteri atau rahim turun terjadi akibat melemahnya otot dan jaringan yang menyangga rahim akibat beberapa kondisi berikut:

  1. Kehamilan
  2. Persalinan yang sulit atau mengalami cedera saat melahirkan
  3. Persalinan bayi besar
  4. Berat badan berlebih atau obesitas
  5. Penurunan kadar estrogen setelah memasuki masa menopause
  6. Sembelit atau konstipasi kronis
  7. Kebiasaan mengejan saat buang air besar
  8. Batuk kronis atau bronkitis
  9. Sering mengangkat beban berat.

Faktor risiko

Dirangkum dari situs Cedars-Sinai dan Mayo Clinic, beberapa kondisi yang meningkatkan risiko seorang wanita mengalami rahim turun adalah:

  • Melakukan persalinan secara normal atau pervaginam
  • Persalinan bayi besar atau berat badan bayi lebih dari 4 kilogram
  • Telah memasuki masa menopause
  • Memiliki berat badan berlebih atau obesitas
  • Memiliki kebiasaan merokok
  • Memiliki anggota keluarga dengan riwayat kondisi serupa atau mengidap penyakit jaringan ikat
  • Memiliki riwayat operasi panggul
  • Menua.

Baca juga: Mengenal Pap Smear, Pemeriksaan Penting untuk Deteksi Kanker Rahim

Diagnosis

Mengutip WebMD, beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis rahim turun meliputi:

  • Anamnesis mengenai gejala yang dirasakan dan riwayat kesehatan pasien secara keseluruhan
  • Pemeriksaan fisik pada panggul secara langsung guna mendeteksi penurunan rahim ke vagina, serta mengevaluasi kekuatan otot panggul
  • Pielografi intravena (IVP), menggunakan cairan kontras dan sinar-X untuk mendeteksi adanya sumbatan pada saluran kemih
  • Ultrasonografi (USG), menggunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi untuk menyingkirkan masalah panggul lainnya
  • MRI, pemeriksaan ini mungkin diperlukan apabila pasien mengalami lebih dari satu organ yang prolaps atau untuk membantu merencanakan operasi.

Perawatan

Dilansir dari situs Healthline, penanganan rahim turun akan disesuaikan dengan tingkat keparahan kondisi.

Beberapa metode penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

Perawatan nonbedah, seperti:

  1. Melakukan diet guna menurunkan berat badan sehingga tekanan pada panggul dapat berkurang
  2. Menjaga berat badan tetap ideal
  3. Tidak mengangkat beban berat
  4. Melakukan senam Kegel, untuk menguatkan otot dasar panggul dan membantu memperkuat otot-otot vagina
  5. Pemasangan pesarium, yaitu cincin yang dimasukkan ke dalam vagina untuk mendorong dan menyangga jaringan yang menonjol.

Baca juga: Kenali Berbagai Penyebab Kista di Rahim

Perawatan bedah, seperti:

  1. Suspensi rahim, yaitu penempatan kembali rahim pada posisinya dengan cara menyambungkan ligamen panggul atau menggunakan bahan bedah lain
  2. Histerektomi, yaitu prosedur pengangkatan rahim dari dalam tubuh melalui perut atau vagina.

Prosedur bedah sering kali efektif untuk mengatasi rahim turun, tetapi prosedur ini tidak dianjurkan untuk wanita yang masih berencana memiliki anak.

Hal ini dikarenakan kehamilan dan persalinan akan memberikan tekanan yang berat pada otot panggul sehingga dapat merusak perbaikan posisi rahim.

Komplikasi

Menurut Mayo Clinic, rahim turun kerap dikaitkan dengan gangguan pada organ panggul lainnya, seperti:

  1. Anterior prolapse (sistokel)
    Merupakan kondisi ketika kandung kemih menonjol ke vagina
  2. Posterior vaginal prolapse (rektokel)
    Merupakan kondisi ketika rektum menonjol ke vagina yang dapat menyebabkan penderitanya sulit buang air besar
  3. Dinding vagina menonjol keluar
    Pada kasus yang parah, rahim turun dapat menyebabkan dinding vagina menonjol keluar yang dapat memicu infeksi

Pencegahan

Dirangkum dari Hopkins Medicine dan Cleveland Clinic, rahim turun mungkin tidak dapat dicegah.

Baca juga: Kehamilan Ektopik (Hamil di Luar Rahim): Penyebab, Gejala, Cara Mengobati

Namun, beberapa cara berikut dapat mengurangi risiko mengalami rahim turun:

  • Menjaga berat badan agar tetap sehat dan ideal
  • Berolahraga secara teratur, termasuk melakukan senam Kegel untuk memperkuat otot dasar panggul
  • Makan makanan sehat dan bergizi
  • Atasi dan cegah sembelit dengan mengonsumsi makanan tinggi serat
  • Berhenti merokok
  • Mengobati batuk
  • Hindari mengangkat beban berat, gunakan teknik yang tepat saat mengangkat beban.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau