KOMPAS.com - Stroke merupakan kondisi di mana pembuluh darah otak pecah atau adanya penyumbatan dalam suplai darah ke otak.
Adanya pecah atau penyumbatan suplai darah tersebut dapat menunda jalannya oksigen ke otak.
Tanda-tanda utama stroke adalah sakit kepala yang parah secara tiba-tiba, kelemahan, mati rasa, masalah penglihatan, kebingungan, kesulitan berjalan atau berbicara, pusing dan bicara tidak jelas.
Baca juga: 6 Gejala Stroke Iskemik dan Penyebabnya
Jenis
Stroke dibagi ke dalam tiga kategori utama, yaitu:
Kategori-kategori ini kemudian dipecah lagi ke dalam beberapa bagian, seperti:
- stroke embolik
- stroke trombotik
- stroke intraserebral
- stroke subarachnoid
Penyebab
Melansir nhs, 85 persen kasus stroke termasuk ke dalam stroke iskemik.
Stroke jenis ini terjadi saat aliran darah melalui arteri yang memasok darah kaya oksigen ke otak tersumbat.
Umumnya, penyumbatan diakibatkan oleh gumpalan darah yang membeku atau aliran darah yang berkurang karena penyempitan pembuluh.
Selain itu, penyumbatan juga dapat diakibatkan oleh potongan-potongan plak karena aterosklerosis pecah dan menghalangi pembuluh darah.
Dua jenis stroke iskemik yang paling umum adalah trombotik dan embolik.
Baca juga: 8 Cara Mencegah Stroke yang Mematikan
Stroke trombotik terjadi ketika arteri tersumbat oleh gumpalan darah yang kemudian bersarang dan menghalangi aliran darah.
Sementara itu, stroke embolik merupakan kondisi di mana gumpalan darah atau puing-puing lainnya terbentuk di bagian lain dari tubuh, lalu mengarah pada otak.
Gejala
Stroke merupakan kondisi yang serius. Segera cari pertolongan medis jika orang di sekitar memiliki gejala seperti berikut:
- Kesulitan berbicara dan memahami apa yang dikatakan orang lain. Seseorang yang sedang mengalami stroke dapat terlihat kebingungan, linglung, atau tidak dapat berbicara dengan jelas.
- Kelumpuhan atau mati rasa pada wajah, lengan, atau kaki. Anggota tubuh tersebut akan terasa mati rasa, lemah, atau bahkan terjadi kelumpuhan secara tiba-tiba. Biasanya sering memengaruhi hanya satu sisi dari tubuh. Mulut juga akan terlihat terkulai saat mencoba untuk tersenyum.
- Masalah penglihatan di satu atau kedua mata. Penglihatan akan perlahan kabur, terlihat ganda, atau menghitam di satu atau kedua mata.
- Sakit kepala. Kepala akan terasa sakit yang parah secara tiba-tiba. Mungkin disertai dengan muntah, pusing, atau tingkat kesadaran menurun.
- Kesulitan berjalan. Kehilangan keseimbangan atau tersandung, kehilangan kontrol koordinasi dapat menjadi salah satu indikasi dari stroke.
Faktor risiko
Beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang terkena stroke, termasuk:
Baca juga: Benarkah Pria Lebih Rentan Terserang Stroke?
- penderita darah tinggi (hipertensi)
- pemilik kolesterol tinggi
- detak jantung tidak teratur (fibrilasi atrium)
- diabetes
Diagnosis
Dalam mendiagnosis stroke, tenaga medis akan bergerak dengan cepat. Beberapa tes yang mungkin dilakukan di rumah sakit, meliputi:
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan mendengar detak jantung dan mengecek tekanan darah. Juga, pemeriksaan neurologi untuk melihat jika stroke telah memengaruhi sistem saraf.
- Tes darah. Dilakukan untuk melihat seberapa cepat darah menggumpal atau kadar gula darah.
- CT Scan. Digunakan agar dokter dapat melihat gambaran pendarahan di otak, stroke, tumor, ataupun kondisi lainnya.
- MRI. Penggunaan gelombang radio dan magnet untuk menunjukkan visualisasi mendetail otak dan mendeteksi pembuluh darah yang rusak.
- USG karotis. Digunakan untuk melihat gambar detail bagian dalam arteri karotis di dalam leher. Tes ini juga dapat menunjukkan penumpukan timbunan lemak (plak) dan aliran darah pada arteri karotis.
- Angiogram serebral. Lebih jarang digunakan, tes yang digunakan dokter dengan cara memasukkan tabung tipis dan fleksibel (kateter) melalui sayatan kecil di selangkangan. Kateter kemudian akan diarahkan ke arteri karotis atau vertebral untuk memberikan gambaran rinci arteri di otak dan leher.
- Ekokardiogram. Pemeriksaan ini dapat menemukan sumber gumpalan di jantung yang mungkin telah berpindah ke otak dan menyebabkan stroke.
Baca juga: Kenali Pusing yang Bisa Jadi Gejala Stroke
Komplikasi
Beberapa komplikasi yang dapat timbul akibat stroke adalah:
- Kelumpuhan atau kehilangan gerakan otot. Penderita mungkin lumpuh di satu sisi tubuh atau kehilangan kendali atas otot-otot tertentu, seperti di satu sisi wajah atau lengan.
- Kesulitan berbicara atau menelan. Stroke dapat memengaruhi kontrol otot di mulut dan tenggorokan. Hal ini menyebabkan penderita sulit untuk berbicara dengan jelas, makan, dan menelan. Penderita juga mungkin mengalami kesulitan dengan bahasa, termasuk berbicara atau memahami ucapan, membaca, atau menulis.
- Kehilangan memori atau kesulitan berpikir. Terdapat banyak kasus penderita stroke mengalami kehilangan beberapa ingatan. Dalam kasus lain, penderita mungkin akan kesulitan berpikir, menalar, membuat penilaian, dan memahami konsep.
- Masalah emosional. Orang yang pernah mengalami stroke akan lebih sulit mengendalikan emosi atau dapat mengalami depresi.
- Nyeri. Mati rasa atau kehilangan sensasi di bagian tubuh yang terkena stroke. Misalnya, jika stroke membuat mati rasa di kaki kanan, penderita mungkin akan mengalami kesemutan yang tidak nyaman di kaki tersebut.
- Perubahan perilaku dan kemampuan perawatan diri. Penyintas stroke juga mungkin lebih menarik diri. Mereka bisa jadi membutuhkan bantuan dengan perawatan dan pekerjaan sehari-hari.
Perawatan
Untuk menangani stroke iskemik, dokter harus segera mengembalikan aliran darah ke otak. Prosedur yang dapat dilakukan adalah:
Baca juga: Apakah Penderita Stroke Bisa Kembali Hidup Normal?
- Obat IV darurat. Terapi dengan obat-obatan yang dapat memecah gumpalan harus diberikan dalam waktu 4,5 jam sejak gejala pertama muncul dan diberikan melalui intravena. Penanganan cepat tidak hanya dapat meningkatkan peluang untuk bertahan hidup, tetapi juga dapat mengurangi komplikasi.
- Prosedur endovaskular darurat. Dalam beberapa kasus, dokter dapat mengobati stroke iskemik langsung pada pembuluh darah yang tersumbat. Prosedur ini telah terbukti meningkatkan hasil dan mengurangi kecacatan jangka panjang akibat stroke iskemik secara signifikan.
Untuk mengurangi terjadinya stroke lanjutan atau serangan iskemik transien, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur untuk membuka arteri yang menyempit akibat plak.
Prosedur alternatif mencakup:
- Endarterektomi karotis. Operasi ini mengangkat plak yang menghalangi arteri karotis dan mengurangi risiko terjadinya stroke iskemik. Namun, prosedur ini dapat berisiko bagi khususnya penderita sakit jantung atau kondisi medis lainnya.
- Angioplasti dan stent. Prosedur ini meliputi kateter yang dimasukkan ke dalam arteri melalui selangkangan. Setelah itu, dokter akan memompa semacam balon untuk memperluas arteri yang menyempit. Lalu, stent (semacam tabung kecil dari logam untuk membuka arteri yang tersumbat) dimasukkan untuk menopang arteri yang terbuka
Pemulihan
Pemulihan bagi penderita stroke berfokus kepada empat bidang, yaitu:
Baca juga: 7 Gejala Stroke yang Pantang Diabaikan
- Terapi wicara. Biasanya, penderita stroke akan memiliki kesulitan berkomunikasi. Terapi wicara dilakukan untuk melatih kembali kemampuan berbicara.
- Terapi kognitif. Akibat perubahan perilaku dan suasana hati yang mudah berubah, terapis dapat membantu mengembalikan pola pikir penderita stroke. Selain itu, terapis juga dapat membantu mengontrol emosi lebih baik.
- Memelajari ulang kemampuan indera. Untuk mengurangi hilangnya sensasi atau mati rasa pada beberapa bagian tubuh seperti tangan atau kaki, penderita akan dilatih untuk kembali mempertajam indera tersebut.
- Terapi fisik. Dilakukan untuk melatih otot dan kekuatan tubuh yang melemah. Dengan terapi ini, penderita stroke dapat mencoba untuk kembali menggerakkan tubuh seperti semula.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.