Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 01/10/2021, 11:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bagi sebagian orang, menggertakkan gigi adalah tindakan yang sering dilakukan bahkan menjadi kebiasaan. Kebiasaan ini dalam istilah medis disebut bruxism.

Menggertakkan gigi merupakan tindakan menyatukan gigi dan mengepalkan otot tanpa menggerakkan gigi ke depan dan ke belakang.

Bruxism adalah kondisi ketika seseorang menggertakkan, menekan, atau menggesekkan giginya ke atas dan ke bawah maupun ke kanan dan ke kiri saat tidak mengunyah.

Baca juga: 8 Masalah Gigi dan Mulut beserta Cara Mengatasinya

Bruxism sering terjadi ketika sedang stres atau cemas dan sering kali tidak dilakukan secara sengaja atau penderita tidak menyadari bahwa mereka melakukannya.

Bruxism yang terjadi secara tidak sadar saat penderita bangun atau terjaga disebut awake bruxism. Sedangkan bruxism pada malam hari atau saat tidur disebut dengan sleep bruxism.

Bruxism yang terjadi pada saat tidur merupakan salah satu gangguan tidur dan umumnya diikuti kebiasaan lain, seperti mendengkur atau sleep apnea, yaitu henti napas sejenak saat tidur.

Gejala

Mengutip Mayo Clinic, gejala bruxism di antaranya:

  • Menggertakkan atau mengepalkan gigi yang mungkin cukup keras hingga dapat membangunkan pasangan tidur penderita
  • Gigi terkelupas atau retak
  • Enamel gigi yang aus atau terkelupas sehingga memperlihatkan lapisan gigi yang lebih dalam
  • Meningkatnya rasa sakit atau sensitivitas gigi
  • Otot wajah dan rahang menegang, atau rahang terkunci sehingga tidak dapat membuka atau menutup sepenuhnya
  • Nyeri dan kekakuan pada sendi rahang dan otot di sekitar wajah dapat menyebabkan temporomandibular disorders (TMD)
  • Telinga terasa sakit tetapi sebenarnya telinga tidak bermasalah
  • Sakit kepala tumpul yang dimulai di pelipis
  • Kerusakan pada bagian dalam pipi
  • Gangguan tidur

Baca juga: Menkes Dorong Pemanfaatan Teknologi untuk Layanan Dokter Gigi Saat Pandemi Covid-19

Penyebab

Melansir Medical News Today, penyebab bruxism masih belum diketahui secara pasti tetapi terdapat beberapa faktor yang mungkin memicu bruxism.

Pada anak-anak, bruxism biasanya terjadi setelah gigi pertama muncul dan kembali dialami ketika gigi permanen muncul. Kondisi ini biasanya berhenti setelah erupsi gigi permanen.

Bruxism juga sering terjadi ketika stres, misalnya saat marah, cemas, atau sedang konsentrasi.

Selain itu, bruxism juga dapat terjadi akibat efek samping dari obat-obatan tertentu, seperti beberapa jenis obat antidepresan dan antipsikotik, serta amfetamin.

Kondisi neurologis, seperti penyakit Huntington atau penyakit Parkinson juga dapat menyebabkan bruxism.

Terdapat beberapa faktor lain yang dapat memicu bruxism atau memperparahnya, seperti:

  1. Kelelahan
  2. Konsumsi alkohol
  3. Penggunaan narkoba, seperti ekstasi dan kokain
  4. Mengonsumsi banyak minuman berkafein, seperti teh dan kopi sebanyak enam cangkir atau lebih dalam satu hari
  5. Merokok
  6. Mengalami gangguan tidur, seperti sleep apnea, mendengkur, atau mengigau

Diagnosis

Dikutip dari Mayo Clinic, bruxism dapat didiagnosis dengan melakukan pemeriksaan gigi rutin karena dokter gigi akan memeriksa gejala bruxism.

Baca juga: 5 Hal Sederhana yang Bisa Rusak Gigi

Jika ditemukan gejala bruxism maka dokter gigi akan melihat perubahan pada gigi dan mulut selama beberapa kali kunjungan.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan atau kemajuan dari perawatan, serta untuk menentukan apakah diperlukan perawatan lebih lanjut.

Selain itu, dokter juga akan mencari penyebab bruxism melalui tanya jawab mengenai kesehatan gigi secara umum, penggunaan obat-obatan, dan sebagainya.

Cara yang paling dapat diandalkan untuk mendiagnosis bruxism adalah melalui pengukuran elektromiografi (EMG).

Metode ini dilakukan dengan mengambil sinyal listrik dari otot masseter dan otot temporal.

Otot masseter memiliki fungsi, di antaranya:

  • Mengunyah
  • Membuka dan menutup mulut
  • Mengatupkan geraham

Sedangkan fungsi utama otot temporal adalah untuk mengangkat rahang dan menjulurkannya ke depan.

Perawatan

Dirangkum dari Hopkins Medicine dan Healthline, perawatan akan disesuaikan dengan penyebab bruxism.

Tidak ada obat untuk bruxism tetapi terdapat berbagai metode untuk meredakan gejala dan penyebab yang mendasarinya, seperti:

Baca juga: 5 Tips Aman Pergi ke Dokter Gigi Saat Pandemi Covid-19

  1. Perubahan perilaku
    Dokter akan memberikan terapi atau latihan agar penderita dapat mengistirahatkan lidah, gigi, dan bibir dengan benar
  2. Memasang mouth guard
    - Digunakan sebagai penghalang untuk mengurangi tekanan antara gigi rahang atas dan rahang bawah yang beradu
    - Dapat mengatasi sleep apnea
    - Dapat memperkecil suara yang timbul akibat gigi-gigi yang saling bergesekan
  3. Terapi biofeedback
    Membantu mengubah perilaku atau kebiasaan bruxism, terutama ketika kebiasaan ini muncul saat terjaga atau di siang hari
  4. Meditasi dan yoga
    Dapat membantu mengurangi stres, kecemasan, rasa sakit, dan depresi
  5. Obat-obatan
    - Memberikan obat yang dapat membantu mengatur neurotransmitter
    - Mengganti obat jika bruxism terjadi akibat efek obat antidepresan
    - Suntikan Botulinum toxin atau botox dapat membantu penderita bruxism parah yang tidak pulih dengan perawatan lain
  6. Melatih otot lidah dan rahang
    Hal ini dapat membantu mengendurkan otot rahang dan wajah, serta mempertahankan kesejajaran rahang. Berikut langkah-langkahnya:
    a. Buka mulut lebar-lebar sembari menyentuhkan lidah ke gigi depan untuk membantu mengendurkan rahang
    b. Ucapkan huruf “N” dengan lantang untuk mencegah gigi atas dan bawah bersentuhan, serta membantu mengurangi keinginan untuk mengepalkan gigi

Pencegahan

Manajemen stres dan kecemasan dapat membantu mengurangi atau mencegah bruxism pada orang yang rentan mengalaminya.

Baca juga: Kapan Harus Pergi ke Dokter Gigi Saat Pandemi Covid-19?

Menerapkan kebiasaan tidur yang baik juga dapat mencegah bruxism saat tidur, misalnya:

  • Tidur di ruangan yang sejuk, gelap, dan tenang
  • Jauhkan televisi, komputer, gawai, atau barang-barang lain berhubungan dengan pekerjaan dari tempat tidur
  • Lakukan beberapa aktivitas santai yang menyenangkan menjelang jam tidur, seperti mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik
  • Tidur dalam keadaan miring atau tengkurap

Selain itu, melakukan pemeriksaan gigi secara rutin juga dapat membantu mengidentifikasi gejala bruxism.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau