Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/10/2021, 08:08 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Susunan gigi yang tidak rapi atau tidak rata dan bentuk rahang yang tidak normal dapat mengurangi tingkat percaya diri seseorang.

Hal ini sering diatasi dengan memasang kawat gigi atau behel untuk memperbaiki bentuk gigi atau rahang ke posisi yang tepat dan menunjang penampilan.

Namun, sebenarnya terdapat kondisi medis yang menyebabkan bentuk gigi tidak sejajar dengan benar yang disebut dengan maloklusi.

Baca juga: Tren Behel untuk Fashion, Waspada Risiko Pasang Kawat Gigi Asal-asalan

Maloklusi merupakan kondisi dimana gigi tidak sejajar atau tidak bertemu dengan benar saat digunakan untuk menggigit bersama-sama.

Maloklusi dapat menyebabkan kerusakan pada gigi karena penyakit ini menyebabkan gigi sulit dibersihkan dan memicu gigi berlubang.

Tingkat

Pada kasus yang parah, maloklusi dapat menyebabkan penderita sulit untuk makan atau berbicara.

Maloklusi dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya, yaitu:

  1. Kelas 1
    - Merupakan jenis maloklusi yang paling umum terjadi
    - Ditandai dengan gigi atas sedikit tumpang tindih dengan gigi bawah
  2. Kelas 2
    - Disebut juga overbite atau tonggos, ketika gigi dan rahang atas secara signifikan tumpang tindih dengan gigi dan rahang bawah
    - Disebut retrognathism jika rahang bawah terlalu mundur ke belakang dibandingkan rahang atas
  3. Kelas 3
    - Disebut prognatisme atau underbite
    - Terjadi ketika rahang bawah lebih menonjol ke depan dan menyebabkan gigi bawah lebih maju daripada gigi dan rahang atas

Baca juga: Cara Merawat Gigi Anak, Orangtua Wajib Tahu

Gejala

Melansir Medline Plus, beberapa gejala maloklusi, antara lain:

  • Penjajaran gigi yang tidak normal
  • Perubahan struktur wajah
  • Kesulitan atau ketidaknyamanan saat menggigit atau mengunyah
  • Gangguan atau kesulitan bicara, termasuk perkembangan cadel
  • Sering menggigit pipi atau lidah bagian dalam
  • Lebih sering bernapas melalui mulut daripada melalui hidung
  • Ketidakmampuan untuk menggigit makanan dengan benar (gigitan terbuka)

Penyebab

Dirangkum dari Medline Plus dan Healthline, maloklusi biasanya merupakan kondisi genetik, yaitu dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Maloklusi juga dapat disebabkan oleh perbedaan antara ukuran rahang atas dan bawah atau antara ukuran rahang dan gigi.

Kondisi ini menyebabkan kepadatan gigi atau pola gigitan yang tidak normal.

Selain itu, bentuk rahang atau cacat lahir, seperti bibir sumbing dan celah di langit-langit mulut juga dapat menyebabkan maloklusi.

Penyebab lainnya meliputi:

  1. Kebiasaan masa kecil, seperti:
    - mengisap jempol
    - menjulurkan lidah
    - penggunaan dot pada balita di atas usia tiga tahun
    - penggunaan botol susu yang berkepanjangan
  2. Gigi ekstra, gigi hilang, gigi impaksi, atau gigi berbentuk tidak normal
  3. Perawatan gigi yang tidak tepat, seperti tambalan gigi, mahkota, atau kawat gigi yang tidak pas
  4. Cedera yang mengakibatkan tulang rahang bergeser atau tidak sejajar
  5. Adanya tumor di mulut atau rahang
  6. Mengidap bruxism
  7. Gangguan sistem pernapasan yang menyebabkan penderita bernapas melalui mulut
  8. Gigi tidak tumbuh

Baca juga: 5 Hal Sederhana yang Bisa Rusak Gigi

Diagnosis

Mengutip University of Michigan Health, maloklusi umumnya didiagnosis melalui kunjungan gigi rutin.

Jika rahang atau gigi keluar dari garis maka dokter gigi mungkin akan menyarankan konsultasi kepada ortodontis.

Berikut beberapa metode yang akan dilakukan ortodontis untuk mendiagnosis maloklusi:

  • Menanyakan riwayat kesehatan penderita
  • Melakukan pemeriksaan pada mulut dan gigi
  • Melakukan rontgen untuk mengetahui keadaan tulang gigi dan rahang

Perawatan

Beberapa orang dengan maloklusi ringan umumnya tidak memerlukan perawatan apa pun. Namun, pada maloklusi sedang atau berat mungkin diperlukan penanganan untuk:

  1. Memperbaiki posisi gigi
  2. Membuat gigi lebih mudah dibersihkan
  3. Mengurangi risiko kerusakan gigi dan penyakit periodontal, seperti radang atau infeksi gusi
  4. Menghilangkan ketegangan pada gigi, rahang, dan otot untuk mengurangi risiko patah gigi

Berikut beberapa perawatan untuk mengatasi maloklusi:

  1. Memasang kawat gigi, untuk memperbaiki posisi gigi.
  2. Pencabutan satu atau lebih gigi, jika maloklusi akibat kepadatan gigi
  3. Menggunakan peralatan gigi atau retainer gigi, untuk meluruskan kembali gigi
  4. Melakukan perbaikan pada gigi yang mengalami gangguan atau tidak normal
  5. Melakukan pembedahan, untuk membentuk, memperpendek, serta menstabilkan tulang rahang.

Baca juga: Menyikat Gigi Sebelum Vs Setelah Sarapan, Mana yang Lebih Baik?

Pencegahan

Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mengalami maloklusi:

  1. Batasi penggunaan dot dan botol susu, untuk membantu mengurangi perubahan perkembangan rahang
  2. Mencegah atau memberhentikan kebiasaan mengisap jempol pada anak sedini mungkin
  3. Lakukan pemeriksaan gigi dan mulut secara rutin ke dokter gigi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau