Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/10/2021, 18:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Normalnya, rasa sakit atau nyeri akan mereda saat cedera sembuh.

Namun, terdapat kondisi di mana tubuh terus mengirimkan sinyal nyeri ke otak sehingga penderita tetap merasakan nyeri meski kondisi yang menyebabkannya telah disembuhkan.

Kondisi ini disebut nyeri kronis, yaitu nyeri yang berlangsung terus menerus dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan, bahkan hingga menahun.

Baca juga: Sering Merasa Lelah dan Nyeri di Sekujur Tubuh, Waspadai Fibromyalgia

Rasa sakit dapat terasa tajam atau tumpul dan menimbulkan nyeri atau sensasi terbakar pada daerah yang terkena.

Rasa sakit ini juga dapat terjadi secara terus-menerus maupun secara berkala atau datang dan pergi tanpa alasan yang jelas.

Nyeri kronis dapat terjadi hampir di semua bagian tubuh dan rasa sakit mungkin terasa berbeda pada bagian tubuh yang terkena.

Beberapa penderita nyeri kronis tidak memiliki riwayat cedera atau gangguan kesehatan yang lain.

Nyeri kronis dapat berdampak buruk pada kesehatan emosional penderita karena kondisi ini menyebabkan penderita merasa cemas dan sulit tidur.

Gejala

Merangkum DocDoc dan Cleveland Clinic, nyeri kronis memengaruhi kesehatan fisik, emosi, bahkan seiring waktu memengaruhi kehidupan sosial penderita.

Berikut gejala nyeri kronis secara umum:

  • Nyeri dengan intensitas apa pun, baik ringan atau berat
  • Rasa sakit yang tidak hilang setelah enam bulan
  • Sensasi seperti terbakar, kesemutan, atau nyeri di sebagian atau seluruh tubuh
  • Kualitas tidur yang buruk atau insomnia
  • Nyeri punggung bawah
  • Nyeri yang menyebabkan kekakuan dan ketidaknyamanan
  • Nyeri sendi
  • Sakit kepala

Baca juga: Apakah Kanker Terasa Nyeri?

Nyeri kronis juga dapat memengaruhi kondisi fisik, seperti:

  • Sistem kekebalan tubuh terganggu akibat penderita kurang istirahat karena merasakan nyeri
  • Rentang gerak menjadi terbatas
  • Lebih sering beristirahat dan kurang gerak sehingga dapat terjadi kekakuan pada tubuh
  • Otot-otot menegang
  • Kekurangan energi
  • Perubahan nafsu makan

Nyeri kronis yang memengaruhi kondisi emosional penderita ditandai dengan gejala berikut:

  • Depresi
  • Sifat mudah marah
  • Kecemasan
  • Ketakutan berlebih sehingga membatasi kemampuan tubuh dalam bekerja atau beraktivitas
  • Ketidakmampuan untuk bekerja atau beraktivitas karena merasakan sakit

Penyebab

Dirangkum dari WebMD dan Healthline, nyeri kronis dapat disebabkan oleh beberapa faktor berbeda.

Salah satunya terjadi karena faktor penuaan.

Seiring bertambahnya usia, sel-sel dalam tubuh mulai mengalami kerusakan. Kondisi ini sering terjadi pada tulang dan sendi.

Baca juga: Bahu Sering Nyeri dan Kaku, Bisa Jadi Tanda Frozen Shoulder

Selain itu, kerusakan saraf akibat cedera yang tidak sembuh secara maksimal juga dapat menyebabkan nyeri kronis.

Nyeri kronis juga dapat terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat.

Misalnya saja,  nyeri punggung yang dipicu oleh postur yang buruk, sering mengangkat beban berat, atau berat badan berlebih.

Namun, nyeri kronis juga dapat terjadi karena penyakit yang mendasarinya, seperti:

  • Rheumatoid arthritis
  • Osteoarthritis
  • Fibromyalgia
  • Kanker
  • Multiple sclerosis
  • Maag
  • Penyakit kandung empedu

Dalam banyak kasus, penyebab nyeri kronis dapat menjadi masalah yang kompleks dan sulit untuk dicari penyebabnya.

Meskipun mungkin diawali dengan cedera atau penyakit, sakit yang berkelanjutan dapat mengembangkan dimensi psikologis setelah masalah fisik sembuh.

Inilah yang menyebabkan sulit untuk menemukan pengobatan yang efektif untuk mengatasi nyeri kronis.

Faktor risiko

Melansir dari Everyday Health, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami nyeri kronis, yaitu:

Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Punggung Terasa Nyeri saat Bangun Tidur

  1. Berusia lanjut
  2. Memiliki kondisi genetik yang menyebabkan lebih sensitif terhadap rasa sakit, migrain dapat terjadi karena faktor gen
  3. Keturunan Afrika dan Hispanik cenderung lebih berisiko untuk nyeri kronis
  4. Memiliki berat badan berlebih atau obesitas karena rentan memiliki kesehatan yang buruk
  5. Memiliki riwayat cedera atau trauma di masa kecil
  6. Kondisi mental tertentu yang memengaruhi persepsi otak terhadap sakit, misalnya depresi atau kecemasan akibat cedera atau trauma di masa lalu
  7. Melakukan pekerjaan yang memerlukan aktivitas fisik secara berlebihan, misalnya pekerjaan dengan mengangkat beban
  8. Nyeri kronis telah dikaitkan dengan stres kronis dan gangguan stres pascatrauma
  9. Kebiasaan merokok

Komplikasi

Dirangkum dari Mayo Clinic dan WebMD, berikut beberapa komplikasi dari nyeri kronis:

  1. Kecemasan atau kegelisahan
  2. Depresi
  3. Kurang istirahat karena sulit tidur sehingga dapat menyebabkan penderita sulit berkonsentrasi
  4. Merasa hilang arah dan tujuan hidup
  5. Kehilangan minat untuk melakukan aktivitas atau pekerjaan
  6. Penyalahgunaan narkoba atau alkohol
  7. Menghindari pasangan atau keluarga karena sakit atau karena memicu rasa sakit
  8. Sulit mencari atau kehilangan pekerjaan
  9. Muncul pikiran untuk mengakhiri hidup (bunuh diri)

Baca juga: Meditasi Ampuh Redakan Sakit dan Nyeri, Begini Cara Melakukannya

Diagnosis

Mengutip WebMD, dokter akan melakukan anamnesis untuk menanyakan penyakit atau riwayat cedera penderita yang mungkin memicu rasa sakit.

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi lain yang menyebabkan rasa sakit, seperti CT scan, MRI, atau rontgen.

Perawatan

Melansir dari dan Healthline, tidak ada obat untuk nyeri kronis, tetapi penanganan yang tepat dapat membantu mengelola rasa sakit.

Pengobatan nyeri kronis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas agar penderita dapat kembali beraktivitas.

Tingkat keparahan dan frekuensi nyeri kronis dapat berbeda antarindividu sehingga penanganan nyeri kronis akan berbeda sesuai dengan kondisi penderita.

Berikut beberapa jenis obat yang tersedia untuk membantu meredakan gejala nyeri kronis:

  • Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti paracetamol atau acetaminophen, dan ibuprofen
  • Obat pereda nyeri opioid yang diresepkan dokter, seperti kodein dan morfin
  • Analgesik adjuvant, merupakan obat-obat golongan antikonvulsan dan antidepresan untuk mengatasi rasa sakit

Prosedur medis juga dapat membantu meredakan nyeri kronis, seperti:

Baca juga: 3 Cara Atasi Nyeri Akibat Skoliosis

  • Terapi stimulasi listrik atau electrical stimulation (ES)
    mengurangi rasa sakit melalui aliran listrik ke otot
  • Blok saraf
    merupakan suntikan yang mencegah saraf mengirimkan sinyal rasa sakit ke otak
  • Akupunktur
    menusukkan jarum halus ke bawah kulit pada titik-titik tertentu di tubuh untuk mengurangi rasa sakit
  • Operasi
    untuk memperbaiki cedera yang mungkin tidak sembuh dengan benar dan yang memicu rasa sakit

Selain itu, terdapat pengobatan alternatif yang dapat membantu meringankan rasa sakit akibat nyeri kronis, di antaranya;

  • Fisioterapi
  • Tai Chi
  • Yoga
  • Psikoterapi
  • Terapi relaksasi
  • Modifikasi perilaku, misalnya tidur cukup, tetap aktif dan terlibat dalam kegiatan keluarga
  • Terapi pijat
  • Meditasi

Pencegahan

Dikutip dari Everyday Health, beberapa nyeri kronis mungkin tidak dapat dicegah. Namun, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala nyeri, yaitu:

Baca juga: Mengenal Plantar Fasciitis, Penyakit yang memicu Nyeri di Tumit

  1. Terapkan gaya hidup yang sehat dengan berolahraga secara rutin
  2. Berhenti merokok
  3. Kelola stres dengan cara yang benar
  4. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang
  5. Pertahankan berat badan yang sehat dan ideal
  6. Lakukan aktivitas yang dapat meningkatkan mood dan mengurangi stres
  7. Tetap bersosialisasi dengan teman atau kerabat
  8. Dapatkan dukungan dari teman, keluarga, atau kelompok yang dapat membawa kenyamanan
  9. Hindari aktivitas yang meningkatkan risiko cedera
  10. Lakukan tindakan pencegahan untuk membatasi risiko cedera saat bekerja, misalnya menggunakan helm saat bekerja di bidang konstruksi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau