KOMPAS.com - Normalnya, rasa sakit atau nyeri akan mereda saat cedera sembuh.
Namun, terdapat kondisi di mana tubuh terus mengirimkan sinyal nyeri ke otak sehingga penderita tetap merasakan nyeri meski kondisi yang menyebabkannya telah disembuhkan.
Kondisi ini disebut nyeri kronis, yaitu nyeri yang berlangsung terus menerus dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan, bahkan hingga menahun.
Baca juga: Sering Merasa Lelah dan Nyeri di Sekujur Tubuh, Waspadai Fibromyalgia
Rasa sakit dapat terasa tajam atau tumpul dan menimbulkan nyeri atau sensasi terbakar pada daerah yang terkena.
Rasa sakit ini juga dapat terjadi secara terus-menerus maupun secara berkala atau datang dan pergi tanpa alasan yang jelas.
Nyeri kronis dapat terjadi hampir di semua bagian tubuh dan rasa sakit mungkin terasa berbeda pada bagian tubuh yang terkena.
Beberapa penderita nyeri kronis tidak memiliki riwayat cedera atau gangguan kesehatan yang lain.
Nyeri kronis dapat berdampak buruk pada kesehatan emosional penderita karena kondisi ini menyebabkan penderita merasa cemas dan sulit tidur.
Merangkum DocDoc dan Cleveland Clinic, nyeri kronis memengaruhi kesehatan fisik, emosi, bahkan seiring waktu memengaruhi kehidupan sosial penderita.
Berikut gejala nyeri kronis secara umum:
Baca juga: Apakah Kanker Terasa Nyeri?
Nyeri kronis juga dapat memengaruhi kondisi fisik, seperti:
Nyeri kronis yang memengaruhi kondisi emosional penderita ditandai dengan gejala berikut:
Dirangkum dari WebMD dan Healthline, nyeri kronis dapat disebabkan oleh beberapa faktor berbeda.
Salah satunya terjadi karena faktor penuaan.
Seiring bertambahnya usia, sel-sel dalam tubuh mulai mengalami kerusakan. Kondisi ini sering terjadi pada tulang dan sendi.
Baca juga: Bahu Sering Nyeri dan Kaku, Bisa Jadi Tanda Frozen Shoulder
Selain itu, kerusakan saraf akibat cedera yang tidak sembuh secara maksimal juga dapat menyebabkan nyeri kronis.
Nyeri kronis juga dapat terjadi akibat gaya hidup yang tidak sehat.
Misalnya saja, nyeri punggung yang dipicu oleh postur yang buruk, sering mengangkat beban berat, atau berat badan berlebih.
Namun, nyeri kronis juga dapat terjadi karena penyakit yang mendasarinya, seperti:
Dalam banyak kasus, penyebab nyeri kronis dapat menjadi masalah yang kompleks dan sulit untuk dicari penyebabnya.
Meskipun mungkin diawali dengan cedera atau penyakit, sakit yang berkelanjutan dapat mengembangkan dimensi psikologis setelah masalah fisik sembuh.
Inilah yang menyebabkan sulit untuk menemukan pengobatan yang efektif untuk mengatasi nyeri kronis.
Melansir dari Everyday Health, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko mengalami nyeri kronis, yaitu:
Baca juga: Penyebab dan Cara Mengatasi Punggung Terasa Nyeri saat Bangun Tidur
Dirangkum dari Mayo Clinic dan WebMD, berikut beberapa komplikasi dari nyeri kronis:
Baca juga: Meditasi Ampuh Redakan Sakit dan Nyeri, Begini Cara Melakukannya
Mengutip WebMD, dokter akan melakukan anamnesis untuk menanyakan penyakit atau riwayat cedera penderita yang mungkin memicu rasa sakit.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui kondisi lain yang menyebabkan rasa sakit, seperti CT scan, MRI, atau rontgen.
Melansir dari dan Healthline, tidak ada obat untuk nyeri kronis, tetapi penanganan yang tepat dapat membantu mengelola rasa sakit.
Pengobatan nyeri kronis bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan meningkatkan mobilitas agar penderita dapat kembali beraktivitas.
Tingkat keparahan dan frekuensi nyeri kronis dapat berbeda antarindividu sehingga penanganan nyeri kronis akan berbeda sesuai dengan kondisi penderita.
Berikut beberapa jenis obat yang tersedia untuk membantu meredakan gejala nyeri kronis:
Prosedur medis juga dapat membantu meredakan nyeri kronis, seperti:
Baca juga: 3 Cara Atasi Nyeri Akibat Skoliosis
Selain itu, terdapat pengobatan alternatif yang dapat membantu meringankan rasa sakit akibat nyeri kronis, di antaranya;
Dikutip dari Everyday Health, beberapa nyeri kronis mungkin tidak dapat dicegah. Namun, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala nyeri, yaitu:
Baca juga: Mengenal Plantar Fasciitis, Penyakit yang memicu Nyeri di Tumit
Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.