KOMPAS.com - Salah satu kelainan tulang langka adalah displasia fibrosa, yaitu kondisi ketika tulang yang sehat digantikan dengan jaringan fibrosa atau jaringan ikat.
Pertumbuhan jaringan fibrosa bersifat jinak atau nonkanker. Ketika jaringan ini semakin berkembang maka akan melemahkan tulang.
Jaringan fibrosa atau jaringan ikat yang menggantikan sel-sel pembentuk tulang menyebabkan tulang normal menjadi berubah bentuk atau mengalami kerapuhan, bahkan patah tulang.
Baca juga: Patah Tulang
Displasia fibrosa dapat memengaruhi semua tulang di tubuh, tetapi kondisi ini paling sering terjadi pada:
Displasia fibrosa merupakan kelainan yang disebabkan oleh mutasi gen yang tidak diturunkan dari orang tua ke anak.
Hal ini berarti bahwa tulang yang terkena memang sudah abnormal sejak awal sebelum penderita dilahirkan.
Selain itu, displasia fibrosa juga tidak menyebar dari satu tulang yang rusak ke tulang sehat lainnya.
Terdapat dua jenis displasia fibrosa, yaitu:
Baca juga: 6 Gejala Rakhitis, Kelainan Tulang yang Perlu Diwaspadai
Merangkum OrthoInfo dan Mayo Clinic, displasia fibrosa tidak menimbulkan gejala apa pun jika kondisinya cukup ringan.
Sering kali, kondisi ini ditemukan secara tidak sengaja saat melakukan tes pencitraan, seperti rontgen atau pemeriksaan untuk kondisi medis lainnya.
Namun, jika kondisi semakin parah maka gejala yang akan muncul, meliputi:
Displasia fibrosa juga dapat memengaruhi kelenjar sehingga menyebabkan hiperaktivitas kelenjar dengan gejala berikut:
Baca juga: 11 Cara Meningkatkan Kepadatan Tulang Secara Alami
Displasia fibrosa juga menyebabkan pigmentasi pada kulit yang ditandai dengan bintik-bintik berwarna cokelat muda, yang disebut café au lait spots.
Selain itu, penambahan berat badan akan menyebabkan peningkatan rasa sakit hingga menyebabkan penderita terbangun di malam hari, dan tidak mereda saat beristirahat.
Dirangkum dari Mayo Clinic dan OrthoInfo, displasia fibrosa disebabkan oleh mutasi gen yang masih belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Kelainan genetik ini tidak diturunkan dari orang tua, tetapi dikarenakan mutasi pada gen tertentu yang ada pada sel-sel pembentuk tulang.
Mutasi ini menyebabkan sel cenderung membentuk jaringan tulang fibrosa atau jaringan ikat yang abnormal pada tulang.
Mutasi gen biasanya terjadi setelah pembuahan, yaitu pada tahap awal perkembangan janin.
Maka dari itu, mutasi gen tidak diwariskan dari orang tua ke anak, penderita juga tidak akan menularkan kelainan ini kepada keturunan mereka.
Melansir National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, diagnosis displasia fibrosa disesuaikan dengan lokasi dan tingkat keparahan gejala.
Berikut beberapa tes pemeriksaan yang dilakukan untuk mendiagnosis displasia fibrosa:
Baca juga: 5 Penyebab Osteomalasia, Kondisi Tulang Lunak yang Perlu Diwaspadai
Mengutip dari National Institute of Arthritis and Musculoskeletal and Skin Diseases, tidak ada obat untuk mengobati displasia fibrosa.
Tujuan perawatan displasia fibrosa adalah untuk:
Penderita displasia fibrosa yang tidak merasakan gejala dan tidak berisiko mengalami suatu kelainan amda dokter mungkin akan memantau perkembangan kondisi tersebut.
Sedangkan penderita displasia fibrosa dengan gejala maka perawatan yang mungkin dilakukan, meliputi:
Baca juga: 6 Posisi Duduk yang Benar untuk Menjaga Kesehatan Tulang
Selain itu, pemberian obat antinyeri dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat patah tulang dan nyeri tulang kronis.
Dikutip dari Mayo Clinic, displasia fibrosa yang parah dapat menyebabkan masalah kesehatan berikut:
Baca juga: Benarkan Minum Susu Bantu Menjaga Kesehatan Tulang?
Dikutip dari Cleveland Clinic, penyakit ini merupakan kelainan yang disebabkan oleh mutasi genetik sehingga masih belum tersedia cara untuk mencegah penyakit ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.