Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 02/11/2021, 11:00 WIB
Jessica Rosa Nathania,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi otak, tengkorak, atau kulit kepala yang terjadi akibat goncangan atau pukulan di kepala.

Cedera dapat terjadi dalam kategori ringan hingga kronis yang menyebabkan benjolan, memar, kerusakan otak, bahkan kematian.

Baca juga: Cedera Kepala, Kapan Perlu Waspada?

Tipe

Menurut Healthline, cedera kepala dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

  • Tertutup, cedera kepala yang tidak mematahkan tengkorak
  • Terbuka, cedera merusak kulit kepala, tengkorak, dan memengaruhi otak.

Gejala

Melansir Medical News Today, cedera kepala dapat menunjukkan gejala yang berbeda tergantung pada tingkat keparahannya, seperti:

Cedera kepala ringan

  • Sedikit pendarahan
  • Memar
  • Sakit kepala ringan
  • Mual
  • Pusing.

Cedera kepala sedang

  • Pingsan sesaat
  • Kebingungan
  • Muntah
  • Sakit kepala yang berkepanjangan
  • Perubahan perilaku sementara
  • Masalah memori
  • Kehilangan keseimbangan.

Baca juga: Kenali Gejala Cedera Kepala Ringan, Sedang, Parah

Cedera kepala berat

  • Perdarahan yang signifikan
  • Pingsan dan tidak bangun
  • Mengalami kejang
  • Masalah dengan penglihatan, rasa, atau penciuman
  • Kesulitan untuk tetap waspada atau terjaga
  • Keluarnya cairan bening atau darah dari telinga atau hidung
  • Memar di belakang telinga
  • Kelemahan atau mati rasa
  • Kesulitan berbicara.

Segera hubungi dokter untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut, meskipun jika Anda hanya mengalami gejala ringan.

Diagnosis

Berdasarkan Mayo Clinic, diagnosis pada cedera kepala dapat dilakukan dengan cara berikut:

  • Glasgow Coma Scale (GCS), menilai tingkat keparahan cedera kepala
  • Pencarian tanda-tanda trauma, termasuk memar dan bengkak
  • Pemeriksaan neurologis, mengevaluasi fungsi saraf dengan menilai kontrol dan kekuatan otot, gerakan mata, dan sensasi
  • CT scan, mendeteksi patah tulang, bukti pendarahan, pembekuan darah, pembengkakan otak, dan kerusakan struktural lainnya
  • Pemindaian MRI, menampilkan otak dengan lebih detail yang akan dilakukan setelah Anda dalam kondisi stabil.

Baca juga: Cedera Kepala: Jenis, Penyebab, Gejala hingga Cara Mengatasinya

Perawatan

Dilansir dari Healthline, perawatan untuk cedera kepala berat dapat meliputi:

Obat-obatan

  • Obat anti kejang untuk mengatasi cedera kepala yang memengaruhi otak
  • Duretik, jika cedera telah menyebabkan penumpukan tekanan di otak
  • Pemberian obat untuk membuat Anda koma, dilakukan pada cedera kepala kronis untuk mengatasi pembuluh darah yang rusak.

Operasi

Operasi darurat dilakukan untuk:

  • Mencegah kerusakan berlanjut pada otak
  • Menghilangkan hematom
  • Memperbaiki tengkorak
  • Melepaskan sebagian tekanan di tengkorak.

Rehabilitasi

Dilakukan untuk mendapatkan kembali fungsi otak, mobilitas, dan kemampuan berbicara secara utuh.

Komplikasi

Berdasarkan Healthline, cedera kepala dapat menyebabkan komplikasi seperti:

Baca juga: Trauma Kepala Ringan

  • Hematoma, gumpalan atau pembekuan darah di luar pembuluh darah yang dapat menyebabkan hilangnya kesadaran atau kerusakan otak permanen
  • Pendarahan yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan penumpukan tekanan
  • Gegar otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen
  • Edema, menyebabkan penumpukan tekanan di otak dan menyebabkan otak menekan tengkorak Anda
  • Patah tulang tengkorak, kemungkinan besar akan terjadi kerusakan pada otak
  • Cedera aksonal difus, cedera yang merusak sel-sel otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan bahkan kematian.

Pencegahan

Pada dasarnya, cara utama untuk mencegah terjadinya cedera pada kepala Anda adalah dengan menggunakan pelindung atau pengaman saat beraktivitas.

Contohnya seperti menggunakan sabuk pengaman, helm, atau pelindung olahraga untuk menghindari terjadinya benturan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com