Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2021, 21:00 WIB
Annisyah Dewi N,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Rasa sakit ketika buang air besar (BAB) dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Salah satunya adalah fisura ani.

Fisura ani merupakan luka kecil atau robekan pada jaringan mukosa di anus. Mukosa adalah jaringan tipis dan lembap yang melapisi anus.

Fisura ani dapat terjadi ketika feses yang dikeluarkan cukup besar dan keras. Kondisi ini menimbulkan rasa sakit dan perdarahan ketika buang air besar (BAB).

Baca juga: 4 Gejala Fisura Ani, Robekan di Lapisan Anus yang Perlu Diwaspadai

Fisura ani dapat dialami oleh siapa saja dari segala usia, tetapi kondisi ini lebih sering terjadi pada bayi dan lansia.

Kondisi ini biasanya dapat membaik dengan perawatan sederhana, seperti meningkatkan asupan serat atau terapi air hangat.

Akan tetapi, tak jarang kondisi ini terjadi dalam kasus yang lebih parah sehingga memerlukan penanganan khusus, bahkan pembedahan.

Gejala

Merangkum Healthdirect dan DocDoc, gejala fisura ani, di antaranya:

  • Rasa terbakar dan gatal di sekitar anus
  • Rasa sakit setelah buang air besar (BAB)
  • Kram di sekitar anus
  • Perdarahan atau darah merah segar yang keluar secara terpisah dari feses
  • Nyeri anus yang terasa tajam ketika buang air besar (BAB)
  • Keluarnya cairan berbau busuk dari anus yang menandakan penderita mengalami fisura ani parah, serta dapat mengindikasikan adanya infeksi
  • Buang air kecil terganggu, seperti lebih sering atau lebih jarang dari biasanya
  • Retakan kecil atau robekan pada kulit di sekitar anus
  • Benjolan kecil atau skin tag di dekat fisura ani.

Penyebab

Dirangkum dari Family Doctor dan Healthline, fisura ani umumnya disebabkan karena cedera pada saluran anus.

Baca juga: 7 Penyebab Fisura Ani, Robekan di Lapisan Anus yang Perlu Diwaspadai

Jika feses yang dikeluarkan dari anus berukuran besar dan bertekstur keras maka akan menyebabkan seseorang mengejan terlalu keras yang memicu cedera pada saluran anus.

Sembelit kronis atau diare berkepanjangan juga dapat merobek kulit di sekitar anus sehingga saluran pada anus mengalami cedera.

Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan saluran anus mengalami cedera, meliputi:

  1. Melahirkan bayi atau persalinan
  2. Radang usus atau inflammatory bowel disease (IBD), seperti penyakit Crohn
  3. Menurunnya aliran darah ke area anorektal
  4. Memiliki otot anus (sfingter ani) yang terlalu kencang sehingga saluran anus lebih rentan robek
  5. Memasukkan benda asing ke dalam anus
  6. Kanker anus
  7. HIV
  8. Tuberkulosis (TBC)
  9. Infeksi menular seksual (IMS), seperti sifilis dan herpes.

Faktor risiko

Menurut Mayo Clinic, terdapat beberapa kondisi yang meningkatkan risiko terkena fisura ani, yaitu:

  1. Sembelit (konstipasi), menyebabkan penderitanya mengejan terlalu keras untuk mengeluarkan feses yang keras
  2. Menjalani persalinan normal
  3. Menderita radang usus, seperti penyakit Crohn, yang menyebabkan dinding saluran anus lebih rentan robek
  4. Melakukan hubungan seksual secara anal
  5. Usia, terutama pada bayi dan orang dewasa yang berusia di antara 20 hingga 40 tahun.

Baca juga: 7 Cara Mengobati Anus Luka Akibat Diare

Diagnosis

Merangkum National Health Service dan Mayo Clinic, diagnosis fisura ani diawali dengan anamnesis mengenai gejala yang dirasakan dan melihat riwayat kesehatan pasien.

Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada anus dan area sekitarnya melalui pemeriksaan colok dubur.

Pada prosedur pemeriksaan colok dubur, dokter akan memasukkan jari ke dalam anus secara perlahan searah jam 6, yakni ke arah posterior.

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kondisi saluran anus dan mendeteksi adanya kelainan.

Selain pemeriksaan colok dubur dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang untuk memastikan diagnosis, seperti:

  1. Anoskopi, merupakan pemeriksaan dengan alat khusus berbentuk tabung yang dimasukkan ke dalam anus untuk melihat kondisi rektum dan anus
  2. Sigmoidoskopi, menggunakan selang tipis dan fleksibel yang disertai dengan kamera yang dimasukkan ke dalam anus guna melihat bagian bawah usus besar
  3. Kolonoskopi, pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan selang fleksibel ke dalam anus untuk memeriksa kondisi usus besar dan anus

Perawatan

Dikutip dari Medical News Today, fisura ani umumnya dapat menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu.

Namun, jika tidak kunjung membaik maka dokter akan memberikan penanganan untuk mengobati kondisi ini.

Baca juga: 16 Penyebab Anus Sakit dan Cara Mengobatinya

Beberapa penanganan yang dapat diberikan, meliputi:

  • Obat-obatan, seperti:

  1. Krim yang mengandung anestesi untuk meredakan sensasi terbakar atau nyeri pada anus, seperti lidocaine
  2. Obat pereda nyeri, seperti ibuprofen atau tylenol
  3. Krim nitrogliserin, untuk membantu mempercepat penyembuhan luka dengan melebarkan pembuluh darah pada area tersebut
  4. Calcium channel blockers (CCB) atau antagonis kalsium
    Merupakan jenis obat antihipertensi yang juga dapat membantu mengendurkan sfingter ani, serta meningkatkan suplai darah ke saluran anus
  5. Krim atau salep yang mengandung kortikosteroid, untuk meredakan gejala gatal dan peradangan di sekitar anus.

Apabila pasien mengalami sembelit atau konstipasi yang menyebabkan feses mengeras dan kering maka dokter akan memberikan obat pencahar untuk mengatasinya.

  • Suntik toksin botulinum (botoks)

Metode penanganan dengan suntik botoks dapat dilakukan untuk mencegah kekakuan pada otot anus.

  • Operasi

Pada kasus yang sangat parah dan berkepanjangan, dokter mungkin akan menyarankan prosedur operasi untuk mengatasi fisura ani.

Prosedur operasi untuk mengatasi fisura ani disebut lateral internal sphincterotomy (LIS), yaitu operasi dengan memotong bagian kecil dari sfingter ani guna meredakan kejang.

Baca juga: 10 Penyebab Anus Berdarah, Tak Hanya Ambeien

Selain melalui beberapa metode di atas, terdapat beberapa perawatan yang dapat membantu mempercepat pemulihan, yaitu:

  1. Rutin mengonsumsi makanan tinggi serat, seperti buah dan sayur
  2. Memperbanyak minum air putih
  3. Berendam atau mandi dengan air hangat untuk membantu mengendurkan otot-otot di anus.

Komplikasi

Merangkum National Health Service dan Mayo Clinic, berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul akibat kondisi ini:

  • Robekan yang meluas ke otot-otot di sekitar anus yang berfungsi untuk menahan anus tetap tertutup (sfingter ani internal)
  • Inkontinensia tinja atau inkontinensia alvi
  • Kekambuhan fisura ani atau fisura ani kronis karena gagal disembuhkan

Pencegahan

Dilansir dari WebMD, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena fisura ani:

  1. Konsumsi makanan tinggi serat, terutama buah dan sayur untuk mencegah sembelit
  2. Minum banyak air putih agar feses menjadi lebih lunak dan dan lebih mudah dikeluarkan
  3. Batasi konsumsi alkohol dan minuman berkafein
  4. Rutin berolahraga, setidaknya 2,5 jam setiap minggu
  5. Tidak menunda buang air besar (BAB)
  6. Jaga kebersihan alat kelamin, anus, dan area di sekitarnya, serta pastikan area anus tetap kering
  7. Ganti popok bayi secara berkala guna mencegah iritasi pada anus bayi
  8. Tidak melakukan seks anal.

Baca juga: Bahaya Anal Seks, Picu Berbagai Penyakit hingga Kanker Anus

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau