Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/01/2022, 07:00 WIB
Luthfi Maulana Adhari,
Resa Eka Ayu Sartika

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pneumotoraks atau paru-paru kolaps terjadi ketika udara bocor ke ruang antara paru-paru dan dinding dada.

Udara tersebut mendorong bagian luar paru-paru dan membuatnya kolaps.

Pneumotoraks dapat berupa kolaps paru total atau kolaps hanya sebagian paru.

Baca juga: Pneumotoraks: Gejala dan Penyebab

Penyebab

Pneumutoraks dapat disebabkan oleh cedera pada paru-paru.

Dalam beberapa kasus, pneumotoraks disebabkan oleh gelembung udara (blebs) yang pecah, sehingga mengirimkan udara ke ruang di sekitar paru-paru.

Hal ini dapat terjadi akibat perubahan tekanan udara seperti saat scuba diving atau bepergian ke tempat yang tinggi.

Penyakit paru-paru juga dapat meningkatkan risiko terkena pneumotoraks, antara lain:

  • Asma
  • Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
  • Fibrosis kistik
  • Tuberkulosis
  • Batuk rejan.

Dalam beberapa kasus, pneumotoraks terjadi tanpa sebab. Kondisi ini disebut pneumotoraks spontan.

Gejala

Gejala umum pneumotoraks meliputi:

  • Nyeri dada atau bahu yang tajam, diperburuk oleh napas dalam-dalam atau batuk
  • Sesak napas
  • Hidung melebar (dari sesak napas).

Baca juga: 10 Jenis Infeksi Paru-paru yang Perlu Diwaspadai

Pneumotoraks yang lebih besar dapat menyebabkan gejala yang lebih parah, seperti:

  • Warna kulit kebiruan karena kekurangan oksigen
  • Sesak dada
  • Pusing dan hampir pingsan
  • Mudah lelah
  • Pola pernapasan abnormal atau peningkatan upaya pernapasan
  • Detak jantung cepat
  • Syok dan kolaps.

Diagnosis

Penyedia layanan kesehatan akan mengecek penurunan suara napas atau hilangnya suara napas di sisi yang terkena.

Tes yang dapat dilakukan meliputi:

  • Rontgen dada
  • Gas darah arteri dan tes darah lainnya
  • CT scan jika cedera atau kondisi lain dicurigai
  • Elektrokardiogram (EKG).

Perawatan

Pneumotoraks ringan dapat hilang dengan sendirinya seiring waktu. Pasien biasanya hanya membutuhkan perawatan oksigen dan istirahat.

Dokter dapat menggunakan jarum untuk memungkinkan udara keluar dari sekitar paru-paru sehingga dapat berkembang lebih penuh.

Baca juga: 10 Tanda Infeksi Paru-paru yang Perlu Diwaspadai

Untuk pneumotoraks yang parah, metode pengobatan dengan tabung dada yang ditempatkan di antara tulang rusuk ke dalam ruang di sekitar paru-paru dapat dilakukan agar paru-paru mengembang kembali.

Beberapa orang yang mengalami pneumotoraks membutuhkan oksigen ekstra.

Operasi paru-paru bisa diperlukan untuk mengobati pneumotoraks atau untuk mencegah episode berikutnya.

Terkadang, bahan kimia khusus ditempatkan di area paru-paru yang kolaps.

Bahan kimia ini dapat menyebabkan bekas luka terbentuk. Prosedur ini disebut pleurodesis.

Hubungi dokter segera jika memiliki gejala pneumotoraks, terutama jika pernah mengalami penyakit ini sebelumnya.

Komplikasi

Meskipun sebagian besar kasus pneumotoraks sembuh tanpa masalah, komplikasi serius dapat terjadi, seperti:

  • Reekspansi edema paru, (adanya cairan ekstra di paru-paru)
  • Kerusakan atau infeksi yang disebabkan oleh pengobatan
  • Ketidakmampuan untuk bernapas
  • Gagal jantung
  • Kematian.

Pencegahan

Jika memiliki kondisi medis tertentu atau riwayat keluarga dengan pneumotoraks, penyakit ini sulit dicegah.

Baca juga: 9 Ciri-ciri Penyakit Paru-paru, Tak Hanya Sesak Napas

Meski demikian, langkah-langkah berikut dapat dicoba untuk mengurangi kemungkinan pneumotoraks:

  • Berhenti merokok
  • Hindari atau batasi aktivitas dengan perubahan tekanan udara yang drastis 
  • Temui dokter secara teratur untuk memantau kondisi paru-paru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini tidak diperuntukkan untuk melakukan self diagnosis. Harap selalu melakukan konsultasi dengan dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Video rekomendasi
Video lainnya

Indeks Penyakit


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com